Istri Liar Kaisar Hantu: Nona Sulung Pesolek

Menyatakan Otoritas (3)



Menyatakan Otoritas (3)

3Di waktu yang sama, sebuah badai gangguan muncul di Keluarga Wu.     

Di dalam ruangan yang mewah dan indah, kepala Keluarga Wu duduk tegak dengan ekspresi yang serius dan tegas. Tatapannya melihat pada orang-orang di sekelilingnya sembari dia berbicara dengan serius. "Mengenai tindakan Menara Medis, apa yang semua orang pikirkan?"     

Tindakan Menara Medis jelas-jelas memengaruhi situasi di Kota Tanpa Akhir.     

Mungkin dengan kedatangan mereka, akan memecahkan situasi kebuntuan di antara tiga kelompok ini dan ini bukan yang mereka ingin lihat.     

"Kepala Keluarga, aku merasa kita harus menerima undangan Menara Medis ini dan lihat apa yang Tuan Menara telah rencanakan." Penatua dari Keluarga Wu memperlihatkan ekspresi suram ketika dia tertawa dengan mengerikan, "Selain itu, kita bisa menyelidiki kekuatan Menara Medis itu menggunakan kesempatan ini!"     

Mengetahui kekuatan mereka sendiri dan musuh adalah hal yang sangat penting untuk muncul sebagai pemenang di setiap pertempuran!     

Kepala Keluarga Wu menghantam meja dan berdiri. "Baiklah, kalian semua mulai bersiap-siap. Tak lama setelah ini, aku akan pergi ke Menara Medis!"     

…     

Distrik Barat.     

Dibandingkan dengan dengan beberapa distrik lainnya, Distrik Barat dianggap sebagai lokasi yang kumuh. Jangankan petinggi dari tiga keluarga besar, bahkan orang-orang dari kelompok lain tidak bersedia untuk melangkah ke sana.     

Namun, Distrik Barat luar biasa hidup hari ini. Tidak hanya sejumlah ahli yang tak terhitung banyaknya mencari pengobatan, bahkan orang-orang dari keluarga tiga besar datang sambil naik kereta kudanya. Terutama, tiga Kepala Keluarga yang hadir.     

Oleh karena itu, seluruh Distrik Barat kaget. Beberapa orang biasa berdiri dan menatap dengan penasaran pada kereta kuda mewah yang melewati jalanan.     

Sayangnya, petinggi ini terbiasa untuk mendominasi dan setelah melihat orang-orang biasa ini mengelilingi mereka dan menonton, para petinggi itu langsung marah.     

Seorang pengawal tiba-tiba berdiri dan menunjuk ke arah gadis kecil yang berdiri di tengah-tengah jalan sementara berteriak dengan tegas. "Apakah kau tidak melihat orang-orang Keluarga Ou di sini? Namun kau masih berani berdiri di tengah jalan? Cepat enyahlah!"     

Gadis kecil ini hanya berusia sekitar tiga atau empat tahun dan memegang sebatang manisan buah di tangannya. Mendengar teriakan kemarahan pengawal itu, wajahnya yang merah dan cerah dipenuhi dengan kebingungan. Jelas, gadis kecil itu tidak mengerti apa yang pengawal itu katakan.     

Pengawal itu dengan dingin mendengus, "Aku telah memperingatkanmu, namun jelas-jelas kau cari mati!"     

Dengan demikian, pengemudi kereta kuda itu tidak berhenti karena anak kecil itu menghalangi di depannya namun malahan, meningkatkan kecepatannya dan bergegas ke sana.     

Mengedipkan matanya, mata cerah dan bulat anak kecil itu dengan penasaran menatap pada kereta kuda yang bergegas menghampirinya.     

Mungkin karena … gadis kecil itu tidak pernah melihat kereta kuda yang begitu mewah seumur hidupnya!     

"Hati-hati!"     

Ketika kerumunan melihat kereta kuda yang hampir menabrak anak kecil itu, mereka berteriak terkejut. Orang tua anak kecil itu menjajakan manisan buah di satu sisi dan setelah mendengar teriakan semua orang, mereka menoleh tanpa sadar ….     

Dan menyaksikan adegan yang menyebabkan detak jantung mereka menjadi cepat!     

Mereka ingin bergegas ke sana dan menyelamatkan putri mereka namun sudah terlambat dan mereka hanya bisa menatap dengan pasrah pada kereta kuda yang berlari ke arahnya ….     

Brak!     

Melihat pada kereta kuda yang hampir menabrak gadis kecil itu, sebuah pedang tajam menebas dari langit dan menyerang kereta kuda itu. Dengan satu serangan pedang itu, kabin kereta kuda itu telah diiris menjadi dua bagian.     

"Siapa yang berani untuk menyerang diam-diam Keluarga Ou kami!"     

Di dalam kereta kuda itu, seorang pria paruh baya mengenakan pakaian bersulam berjalan keluar. Sosoknya seperti agak malu namun dia tidak kehilangan sikap mengesankannya. Ekspresi yang tak tergoyahkannya itu setajam sebuah pisau yang diarahkan ke arah pria dan wanita yang berjalan dari belakang anak kecil itu.     

Pria itu tampan dan tak acuh sementara matanya memancarkan aura dingin yang menggigit. Dia memegang sebuah pedang panjang dan menatap ke pria paruh baya itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.