Istri Liar Kaisar Hantu: Nona Sulung Pesolek

Waktu Seperti Air (7)



Waktu Seperti Air (7)

0Mu Dong berkata dengan senyum masam, "Terlebih lagi, kita belum melihat mayat Yun Kecil, jadi mengapa kau begitu yakin dia sudah mati?"     

"Orang-orang dari Suku Penyihir itu berkata bahwa orang dari Lembah Racun-lah yang menyebabkan kematian cucuku!" Kakek Jun mengatakannya di antara gigi gemertaknya. "Mereka juga merasa bahwa sebuah perubahan terjadi di dalam dunia ilusi itu, jadi cucuku pasti sudah tidak ada!"     

Saat itu, ketika Kakek Jun melesat pergi ke Provinsi Timur dan mengetahui dari Gubernur Provinsi Timur bahwa Yun Luofeng adalah putri dari Jun'er, Kakek Jun sangat gembira hingga dia tidak menginginkan apa-apa lagi selain langsung mencari Yun Luofeng dan memeluknya tanpa keraguan.     

Namun … nasib mempermainkan manusia. Sebelum Kakek Jun bisa bertemu dengan cucunya, mimpi buruk itu terjadi.     

Bagaimana dia tidak sedih? Lantas kenapa jika tiga tahun sudah berlalu? Kakek Jun tidak bisa melupakan kesedihan ini seumur hidupnya.     

"Jun Lingtian, hubunganmu dengan Yun Kecil, apakah kau tidak berencana untuk memberi tahu Keluarga Jun?" tanya Mu Dong dengan mengerutkan alisnya.     

Kakek tua itu menggelengkan kepalanya. "Sudah cukup hanya aku saja yang sedih, mengapa aku harus membuat orang lain berduka denganku? Jika Yun'er masih hidup, maka aku pasti akan memperkenalkannya pada anggota dari Keluarga Jun, namun karena dia tidak lagi bersama kita, jika aku memberitahukan hal ini pada mereka, bukankah aku akan membuat semua orang sedih bersama denganku?"     

Kakek tua mulai terisak kembali. Air matanya mengalir seperti sungai, menyebabkan ekspresi Mu Dong menjadi pasrah. Dalam tiga tahun ini, Mu Dong mendengar tangisan kakek tua itu setiap hari, hanya surga yang tahu betapa menyiksanya itu. Apakah kakek tua itu tidak takut menangis hingga buta?     

Namun … mengingat gadis yang menuliskan jawaban saat itu, rasa sangat disayangkan memasuki hati Mu Dong.     

Lembah Racun itu telah menyebabkan benua ini kehilangan seorang jenius yang tiada tandingannya, dan jadi mereka harus memikul tanggung jawab ini.     

"Benar, Jun Lingtian, aku dengar seorang pria menyerbu masuk ke dalam Gunung Pemakaman Dewa tiga tahun lalu. Pria itu pasti memiliki hubungan yang baik dengan Yun Kecil karena dia mengambil risiko untuk membunuh orang-orang Lembah Racun.     

Mendengar ini, Jun Lingtian memelototi Mu Dong. "Jika bukan karena kalian para bajingan yang menghalangiku, aku sudah akan menyerbu masuk sejak lama! Aku tidak akan merasa puas kecuali aku secara pribadi membunuh orang-orang itu! Apakah tidak cukup kau sudah menghentikanku saat itu? Haruskah kau mengawasiku setiap hari? Aku hanya ingin membalaskan dendam cucuku, lantas kenapa?"     

Mu Dong bukan tandingan Jun Lingtian jika itu melibatkan ilmu medis mereka. Namun kekuatan mereka tidaklah terlalu berbeda. Pada saat itu, dalam usahanya memasuki Gunung Pemakaman Dewa, Kakek Jun bertarung dengan Mu Dong selama lebih dari setengah bulan sebelum Kakek Jun berhenti. Semenjak itu, Mu Dong tetap menempel di samping Kakek Jun, takut kalau-kalau Kakek Jun akan menyerbu ke dalam Gunung Pemakaman Dewa di saat sedang tidak rasional.     

"Pria itu adalah Kaisar Hantu." Kakek Jun melirik pada Mu Dong dan menghela napas. "Aku bertanya ke sekitar, Yun'er berpartisipasi di ujian hari itu dengan tujuan untuk melihat Kaisar Hantu. Mereka sudah menikah."     

Kakek Jun memandang ke langit yang jauh dan dengan samar berkata, "Kaisar Hantu pasti seseorang yang setia dan tulus. Dia berani menyerbu ke dalam Gunung Pemakaman Dewa untuk membalaskan dendam Yun'er. Sekarang, tiga tahun sudah berlalu semenjak dia memasuki pegunungan itu, namun nasibnya masih tetap tidak diketahui."     

"Jika pria itu adalah Kaisar Hantu, maka aku percaya bahwa dia pasti masih hidup."     

Kaisar Hantu adalah legenda baru di Benua Tujuh Provinsi. Mereka berkata bahwa dia masih muda, namun kekuatannya luar biasa, dan dia kejam, jahat dan tidak punya belas kasihan. Seorang pria seperti dia akan kembali hidup-hidup apa pun yang terjadi!     

"Mu Dong, berapa lama kau akan mengikutiku?" Jun Lingtian dengan marah meraung ketika dia berdiri dan menemukan bahwa Mu Dong berdiri juga. Kemarahan menutupi wajah Kakek Jun yang berlinang air mata.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.