Istri Liar Kaisar Hantu: Nona Sulung Pesolek

Sakit Hatinya (4)



Sakit Hatinya (4)

0Tidak ada orang lain yang tahu sebaik Mu Dong mengenai rasa sakit teman lamanya ini selama bertahun-tahun. Jika Jun'er benar-benar masih hidup, maka itu adalah sebuah hal yang harus dirayakan.     

"Mu Dong," Kakek Jun berbalik untuk melihat Mu Dong. "Tolong bantu aku dan bantu aku mengantar Ling'er kembali ke Kediaman Jun."     

Mu Dong tertegun. "Apa yang ingin kau lakukan?"     

"Aku ingin melakukan perjalanan ke Provinsi Timur dan mencari gubernurnya untuk menanyakannya mengenai penampilan dan nama gadis itu!" Kakek Jun menarik napas dalam-dalam dan dengan sungguh-sungguh menyatakan, "Kali ini, aku pasti tidak akan kembali ke Provinsi Spiritual hingga aku menemukannya!"     

"Baiklah!" Mu Dong mengangguk dengan ringan. "Serahkan Ling'er padaku dan pergilah. Kau telah menjadi sakit karena kerinduan selama bertahun-tahun. Sekarang kau akhirnya menerima berita Jun'er masih hidup, kau sudah pasti tidak boleh melewatkannya!"     

Kakek Jun menatap pada Mu Dong dan menepuk punggungnya, namun dia tidak mengucapkan terima kasih. Mereka tidak pernah perlu untuk mengungkapkan terima kasih di antara mereka berdua. Tanpa basa-basi lagi, Kakek Jun berbalik dan sosok putihnya menghilang dari jalanan.     

"Kembalilah kalau begitu." Mu Dong melirik pada pengawal Keluarga Jun. "Aku akan mengantarkan Ling'er pulang dengan selamat."     

"Baik, Tuan Mu Dong." Pengawal itu mengepalkan tangannya dan juga menghilang ke dalam kerumunan yang ramai.     

…     

Semenjak mereka lulus ujian, Yun Luofeng dan Hong Luan mengikuti kerumunan dan dengan sukses pergi dari Kota Tianyue. Namun, mereka tidak tinggal bersama kelompok itu dan memisahkan diri dari prosesi setelah mereka meninggalkan Kota Tianyue. Mereka bergegas ke arah Kota Kulong secepat mungkin.Saat ini, di dalam Kota Kulong yang hening, daun-daun musim gugur perlahan melayang di udara dan menutupi jalanan.     

Mungkin karena semua penghuni tahu bahwa akan ada sebuah pertempuran yang akan terjadi di dalam Kota Kulong di masa depannya, semua orang telah mengosongkan kota itu dan meninggalkan jalanannya dalam keadaan gersang dan sepi. Di dalam sebuah ruangan pribadi, seorang pria duduk tegak di atas tempat tidurnya. Jubah hitamnya terbuka lebar, otot-ototnya yang kencang terlihat kuat, dan dadanya yang mulus memunculkan keinginan orang untuk menyentuhnya.     

Pria itu sangat tampan, namun wajahnya kaku dan tidak ada emosi seperti biasanya, serta matanya yang hitam dan dingin mirip dengan sebuah jurang yang sangat dalam.     

"Pergi." Suara pria itu dingin hingga ke tulang, menyebabkan pria berjubah biru kehijauan yang sedang berdiri di pintu menjadi gemetar.     

Pria berjubah biru kehijauan itu mengepalkan tangannya dan berkata, "Baiklah!"     

Pria berjubah biru kehijauan itu mengerti bahwa setelah ekstraksi tanpa henti selama beberapa hari dan malam, cairan obat dari Jantung Bodhi itu akhirnya diperoleh. Apa yang terjadi selanjutnya adalah memotong buka jantung tuannya untuk membersihkan sari darah milik Bai Su.     

Memikirkan hal ini, pria berjubah biru kehijauan itu dengan diam mundur dan menutup pintu untuk pria lain itu. Keheningan yang serius menetap di ruangan itu.     

Pria itu membalikkan telapak tangannya dan memegang sebuah belati yang bersinar di tangannya. Mata pisau yang dingin itu menunjuk ke dadanya, dan dia dengan kejam menusukkannya. Rasa sakit yang intens menimbulkan erangan yang tertahan dari pria itu, namun alisnya tidak berkerut sama sekali, dan dia tidak menahan gerakannya.     

Sebuah suara terkejut tiba-tiba terdengar dari luar pintu, menyebabkan tangan pria itu gemetar, dan dia hampir kehilangan cengkeramannya pada belati.     

"Nyonya, mengapa kau di sini?"     

Brak!     

Pintu kamar ditendang terbuka tiba-tiba. Yun Luofeng menyerbu masuk ke dalam ruangan, dan apa yang membentur tatapannya adalah adegan Yun Xiao menggunakan belatinya untuk memotong terbuka dadanya. Adegan berdarah ini menyebabkan hati Yun Luofeng bergetar dengan kencang. Yun Luofeng bertanya dengan tidak percaya, "Yun Xiao, apa yang kau lakukan?"     

"Feng'er, mengapa kau di sini?" Yun Xiao tertegun, dan matanya mendarat pada gadis itu. Dia jelas-jelas lupa mengenai rasa sakitnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.