Datangnya Sang Penyihir

Bunuh Sang Dewa (2)



Bunuh Sang Dewa (2)

3Langit yang gelap     

Ada dua sosok di sana— satu terang dan satu gelap — saling berhadapan dalam kecepatan yang tak terbayangkan. Senjata mereka saling menghantam dengan frekuensi yang luar biasa. Setiap kali serangan mereka bertabrakan, udara akan bergetar. Udara di tempat itu terasa seperti permukaan laut saat badai berlangsung.     

Pertempuran kekerasan ini tidak bersuara sama sekali. Hanya ada riak getar di udara, dan kilatan cahaya sesekali.     

"Tolong!" teriak Eliard. Ia bisa melihat lebih jelas dari Dylosen. Link dapat memblokir serangan Morpheus, tetapi sosok setengah dewa itu lebih unggul. Link sedang menari di ujung kematian sekarang!     

Ia juga tahu bahwa serangan itu tidak ditujukan pada Link. Target aslinya adalah Dylosen, tetapi Link telah mengubah arah dan memblokir serangan Morpheus.     

Di antara ketiganya, hanya Link yang merupakan Master dalam sihir dan sekaligus seni bela diri yang dapat menghalangi serangan Morpheus. Jika Eliard atau Dylosen mendekati Morpheus, mereka akan langsung terbunuh!     

Saat ini Link sedang menahan Morpheus. Itu adalah kesempatan terbaik bagi mereka untuk mengalahkan Morpheus — dan satu-satunya kesempatan!     

Sambil berteriak, Eliard hendak mulai bertindak tanpa bimbang.     

Tongkat emas gelap muncul di tangan kanannya. Itu adalah alat sihir Legendaris dari Bengkel Rune Emas, yang disebut Malaikat Bersayap Patah. Ia mendesainnya sendiri dan menggunakan semua jatah pendapatannya. Ia bahkan juga menggunakan kreditnya dan mendapatkan bantuan Evelina dan Link. Tongkat itu belum lengkap, tetapi kekuatannya mencapai Level 12.     

Fragmen cahaya menyala di tangan kirinya. Dua batu rune pun lalu muncul. Salah satunya adalah Kristal Ethereal, sedangkan batu lainnya adalah batu sihir murni. Link telah membuatnya hanya untuk perjalanan ini.     

"Lasso Jiwa!" Dalam sekejap mata, batu rune itu menyala. Sinar cahaya berbentuk surai keemasan keluar darinya dan berayun ke arah Morpheus.     

Lasso Jiwa     

Mantra Jiwa Level 14      

Biaya: 29.000 (Saat ini dalam mode penyimpanan energi)     

Efek: Setelah aktivasi, kekuatan misterius akan membungkus jiwa target dan membatasi pergerakannya. Efek spesifiknya adalah bahwa jiwa tidak dapat melarikan diri, target akan bergerak lambat, ingatan mereka akan memburuk, dan mereka akan menjadi linglung.     

(Catatan: Mantra ini akan menjebak jiwamu.)     

Ketika Lasso Jiwa muncul, Morpheus menggunakan semua kekuatannya untuk membatasi gerak Link. Pada kenyataannya, ia ingin membunuh Link, tetapi setelah dua detik, ia menyadari bahwa ia sebenarnya tidak bisa melakukannya.     

Morpheus memang lebih cepat dan lebih kuat, tetapi teknik dan daya tahan pertempuran Link lebih baik. Pedang Link kurang lebih seperti seekor Naga. Pemblokiran serangan, tikaman, tebasan, potongan, dan ayunan adalah semua gerakan bela diri yang paling dasar dan juga jelas. Tetapi ketika disatukan, mereka membentuk rangkaian gerakan yang luar biasa.     

Beberapa gerakan telah membatasi kekuatannya, membuat Morpheus merasa bahwa belatinya hanya menusuk bola kapas. Lalu, Link juga terlihat sudah terbiasa beradaptasi dengan keadaan, membuat Morpheus merasa bahwa ia telah memasuki hutan jebakan. Ular berbisa beracun dapat menyerang kapan saja. Ia tidak sudi pikirannya menjadi teralihkan.     

Jika ia hanya berhadapan dengan Link saja, ia masih bisa bertahan hingga sepuluh detik sampai kekuatannya pulih. Walau mungkin, ia tidak dapat mengalahkan Link dengan cepat. Pada saat itu, ia pun dapat membunuh Link dengan kekuatan brutal.     

Tapi, ia berhadapan dengan tiga musuh sekarang!     

Cahaya keemasan tiba-tiba muncul di belakang Morpheus. Tanpa disadari, cahaya itu melilitnya. Ia merasakan getaran pikirannya dan kemudian seolah-olah ada bola kapas yang masuk ke dalam. Gerakannya juga turut melambat. Ia semakin sulit untuk memblokir serangan Link. Bahaya semakin meningkat.     

Untungnya, ia adalah manusia setengah dewa. Jika ia adalah Pembunuh Level 15 biasa, ia pasti akan mati saat diserang oleh Link.     

Penyihir sialan! Ia jelas tahu apa yang terjadi. Ia hendak membunuh Penyihir yang menyerangnya secara diam-diam, tetapi kemudian Link menyerang dengan kekuatan baru. Ia tidak bisa melarikan diri.     

Tapi, Morpheus punya trik lain.     

"Kabut!" Cahaya hitam bergetar di sekitarnya. Pada saat yang bersamaan, kabut hitam melayang di udara, dan kemudian berputar ke arahnya. Mereka bersatu dan menyentak sinar emas di sekelilingnya!     

Hal tersebut membuat Morpheus waspada. Dengan menggunakan pengalaman pertarungannya yang kaya, ia kemudian menghindar ke samping dan menolehkan kepalanya. Pada saat yang hampir bersamaan, cahaya perak yang tajam menggesek wajahnya, membawa darah emas gelap yang bersinar dengan cahaya hitam. Itu pedang Link!     

Langkah ini sangat berbahaya. Jika ia lebih bergerak lambat, kepalanya akan berada di tempat lain sekarang.     

Sebelum serangan itu mereda, gelombang serangan lain datang.     

"Medan Kekuatan Pengekangan!" Itu adalah Eliard dengan mantra Ethereal lainnya.     

"Pecahan Jiwa!" ucap Dylosen. Ia menggunakan mantra Jiwa. Sudah jelas sekarang — jika mereka dapat mengganggu fokus pikiran Morpheus, Link akan dapat membunuhnya. Karena itulah, serangan terhadap jiwa adalah hal terbaik yang bisa mereka lakukan saat ini.     

Dua mantra Legendaris beraksi melawan Morpheus secara mental dan fisik secara bersamaan.     

Ia pun bergetar hebat dan gerakannya melambat lagi. Hal ini hanya sekitar sepersepuluh detik, tetapi ketika berhadapan dengan Link, maka itu sama saja ia sedang berkencan dengan kematian.     

Hasilnya sudah jelas!     

Bzzz. Pedang Link berdengung pelan. Pedang Syair Bulan Purnama menyala dengan cahaya dingin. Seberkas "sinar bulan" mengitari Morpheus dan setelah itu, Link bergerak ke belakang Morpheus.     

Morpheus tidak bisa bergerak sekarang. Cahaya perak samar meliuk di sekelilingnya. Dari kejauhan, pemandangan itu tampak seperti cermin yang retak. Setelah dua detik, ia perlahan berbalik ke arah Link dan akhirnya berbicara. Suaranya serak dan lemah.     

"Ketika aku pertama kali menatapmu, aku merasa dirimu berbahaya. Namun, aku tidak menyangka aku akan mati di tanganmu."     

Klang! Link menyarungkan pedang Syair Bulan Purnama. Langkah itu telah memotong semua harapan Morpheus untuk tetap hidup. Ia hanya bisa berbicara sekarang karena itu hanya refleksi dirinya.     

"Aku hanya takut pada Fragmen Dewamu. Aku tidak pernah menganggapmu sebagai lawan." Link hanya melihat Morpheus sebagai seseorang yang beruntung, dan pendapat ini tidak pernah berubah. Morpheus bukanlah Tuan dari Fragmen Dewa - ia adalah budaknya!     

Morpheus menghela napas dan suaranya terdengar seperti tangisan dan tawa. "Ketika aku menerima Fragmen Dewa Bayangan, aku pikir itu adalah berkah. Setelah 100 tahun, aku menyadari itu adalah kutukan. Siapa pun yang mendapatkannya akan hidup dengan menyedihkan. Aku tidak percaya ketika aku pertama kali mendengar itu. Aku pikir aku akan menjadi istimewa dan menembus belenggu takdir. Ha. Manusia fana, semoga beruntung."     

Ia lalu membentuk senyum aneh di wajahnya. Retak perak bak jaring laba-laba di tubuhnya lalu melebar. Kekuatan di dalam dirinya pun lalu kehilangan kendali, dan ia meledak.     

Pencuri Bayangan Morpheus yang telah meneror alam Firuman selama ratusan tahun kini tewas begitu saja.     

Begitu tubuh fisiknya hancur, wilayah markasnya juga menghilang. Siluet bayangan di sekitarnya juga menghilang, dan digantikan oleh sinar terang matahari.     

Di bawah sinar matahari itu, Link, Eliard, dan Dylosen melayang-layang di udara. Mereka semua merasa lega.     

Pertempuran itu hanya berlangsung sekitar enam detik, tetapi mereka dapat mati kapan saja. Itu seperti danse macabre—tarian kematian.     

"Apakah ia benar-benar telah mati?" Eliard tidak percaya.     

"Seharusnya begitu," tegas Dylosen. "Bulan Kekacauan mengatakan bahwa target telah menghilang."     

"Lihat, Fragmen Dewa seharusnya ada di sana." Link menunjuk ke ujung lembah.     

Akibat pertempuran tadi, kabut pun telah menyebar. Sebuah dinding dengan kastil yang dibangun di dalamnya lalu muncul di ujung lembah. Itu adalah sarang Morpheus: Benteng Bayangan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.