The Eyes are Opened

Rumah Jati Negara (Part 02)



Rumah Jati Negara (Part 02)

2[Krrriiieeettt!!]     

Terdengar suara pintu yang berderit seperti engsel pintu yang telah lama tidak pernah di beri pelumas. Kami yang telah menunggu di depan pintu seketika memandang ke arah pintu yang terbuka itu. Terlihat ada seseorang yang mengintip dari balik pintu besar itu. Hanya matanya yang bersinar dalam gelapnya ruangan dibalik pintu yang terlihat membuat ku dan kak Dita terkejut.     

"Ini saya pak. Andrew." Ucap kak Andrew pada orang di balik pintu itu.     

Setelah mendengar suara dari kak Andrew, pintu besar itu perlahan terbuka lebih lebar dari yang sebelumnya. Tampak seorang laki-laki tua yang berjenggot dan memiliki tubuh yang besar, pria tersebut menggunakan kaos putih dan celana pendek berwarna hitam muncul dari balik pintu itu sambil menatap ke arah kami dengan tatapan tajam. Lalu pria itu berjalan mendekati kak Andrew hingga sangat dekat. Ia mencium seluruh aroma badan kak Andrew yang sedang berdiri dengan santai. Setelah selesai, laki-laki itu membukakan pintu lebih lebar agar kami dapat masuk kedalamnya.     

Laki-laki yang membukakan pintu bagi kami bernama pak Seto. Beliau adalah pengurus dan penjaga panti ini sejak 20 tahun yang lalu. Beliau memiliki istri yang bernama Nilam yang juga tinggal bersama di dalam rumah panti anak itu dan membantunya mengurus segala kebutuhan tiap anak. Sebenarnya di dalam panti ini ada beberapa perawat dan asisten rumah tangga yang ikut bekerja di dalamnya. Namun kebanyakan mereka tidak tinggal di dalam rumah panti, melainkan datang harian setiap pagi buta dan pulang ketika hari mulai gelap. Siang itu suasana panti sangat sunyi hampir tidak terdengar suara anak kecil di dalamnya. Kami yang baru saja datang hanya di sambut pak Seto dan bu Nilam sambil memberikan kode untuk tidak bersuara terlalu keras agar tidak mengganggu anak-anak yang lainnya yang sedang tidur siang.     

Kami di bawa masuk ke dalam rumah yang terlihat tampak kokoh dan terawat dari dalam rumah, meskipun di depan terlihat rumah panti ini tak terawat. Di dalam rumah panti ini hampir 60% temboknya terbuat dari kayu yang terpasang lampu tempel di setiap sudutnya, seluruh lantainya di lapisi dengan karpet dan di langit-langit rumah terpasang sebuah lampu gantung kristal yang sangat besar dan mewah. Kami berjalan melewati sebuah lorong yang panjang sebelum memasuki ruangan utama rumah panti ini. Aku juga melihat terdapat banyak sekali CCTV yang terpasang di setiap sudut ruangan sebagai pengaman dari rumah panti ini. Tak lama kami berjalan menyusuri lorong, pak Seto akhirnya menunjukkan ruangan yang sangat besar dan luas, di hiasi dengan satu set meja tamu, layar televisi yang sangat besar, dan beberapa lemari kabinet dengan model klasik menghiasi ruangan yang sangat besar ini.     

"Ini namanya ruangan utama. Biasanya anak-anak bermain dan menonton bersama ya di sini. Jadi kalau malam dan nggak ada pembantu mereka ngumpul disini sekedar buat bermain bersama ataupun menonton. Kami juga lebih mudah untuk mengawasi mereka." Terang pak Seto.     

Di sisi sebelah kanan dari ruang utama terlihat ada dua tangga dengan desain interior tradisional yang melingkar menghiasi rumah yang besar ini. Banyak guci dan vas bunga tertata rapi di setiap sudut tangga.     

"Ini tangga utama rumah ini, jadi kalau mau ke lantai atas ya selalu melewati tangga ini. Nanti di lantai atas ada tangga lagi untuk menuju lantai tiga. Di lantai dua ini berisi kamar-kamar anak bayi dan balita. Lalu di lantai tiga itu kamar anak-anak yang sudah lima tahun ke atas hingga remaja. Di atas masih ada lantai lagi, berisi perpustakaan, ruang belajar, dan ruang komputer serta teras untuk bersantai. Mari ikut saya untuk lihat ke bagian dalam" Ajak pak Seto yang mengajak kami melihat ke bagian dalam dari rumah panti ini.     

Kami terus berjalan melewati beberapa lorong yang berkelok kelok hingga akhirnya kami berhenti di suatu ruangan yang tertutup dengan pintu kaca. Dari balik pintu ini terlihat jika ruangan ini adalah ruang makan dan dapur umum bagi anak-anak makan bersama. Lalu pak Seto mengajak kami menuju ke halaman belakang rumah yang terdapat gazebo dan kolam renang serta taman bermain bagi anak-anak. Halaman yang sangat luas untuk tempat bermain dan berlari, dan juga terlihat gazebo-gazebo yang memiliki bangku dan meja yang terbuat dari batang pohon yang langsung di potong, serta kolam renang yang besar dengan kedalaman mulai dari 50 centi meter hingga 2,5 meter. Aku yang melihat rumah ini sangat bagus dari dalam sempat tak percaya dan hampir sepanjang perjalanan mengelilingi rumah ini aku hanya terdiam dan tercengang melihatnya.     

"Waaahh gila nggak sih rumah sebesar ini bagus banget dalamnya.. Pantas aja kalau depannya terlihat usang gitu, gede banget. Meskipun punya pembantu yang banyak pun rasanya tak sanggup jika harus merawat dan membersihkansetiap celah yang ada di rumah panti ini." Ucap kakak yang berada di sampingku sepanjang kami berkeliling.     

"Iya benar mbak. Kami yang memiliki banyak pembantu memang tak sanggup untuk membersihkan seluruh bangunan dan prabotan yang ada. Hanya yang sering di gunakan dan yang sering di jangkau anak-anak saja yang kami bersihkan setiap hari. Jika jarang di gunakan, kami membersihkannya minimal satu minggu sekali. Itupun aja kami memerlukan waktu beberapa hari untuk dapat membersihkan rumah ini menyeluruh." Terang pak Seto yang mendengar perkataan kakak.     

["Hmmm.. kaya ada yang aneh dari rumah ini. Auranya terasa ada makhluk lain yang juga tinggal di rumah ini."] Gumamku dalam hati.     

"Ndra? Kamu nggak apa? Mau gantian gendong Dante?" Tanya kak Andrew yang melihatku mulai kelelahan menggendong Dante yang tertidur.     

"Oh, iya kak. Boleh bantu gendong ya.."     

"Nggak masalah. Dante memang seharusnya tanggung jawabku. Makasi sudah nggendong anak satu ini." Ucap kak Andrew yang mengambil alih menggendong Dante di pundaknya.     

"Ndra, di sini bukan manusia aja lho yang tinggal. Ada yang lain yang ikut tinggal. Aku kasih kamu gelang khusus agar bisa berinteraksi dengan mereka nanti saat anak-anak di panti sudah bangun tidur siang." Bisik kak Andrew di telingaku.     

"Hah? Iya ta? Makanya aku dari tadi saat masuk ke dalam rumah panti ini ngerasa ada yang aneh. Rumah pantinya terasa dingin banget, tapi dinginnya itu bedaaa.." Jelasku dengan nada lirih pada kak Andrew.     

"Iya emang. Nanti yaa.. pasti kamu akan bertemu dengan mereka dan 'mereka' ini adalah arwah anak-anak yang sebelumnya tinggal di sini dan sudah lama mereka meninggal." Ucapnya.     

"Lalu kenapa 'mereka' nggak meninggalkan dunia ini jika sudah meninggal lama?" Tanyaku pada kak Andrew dengan nada yang sangat lirih.     

"Uhhmmm.. Nanti 'mereka' akan bisa kamu ajak bicara kok." Jawab kaka Andrew yang makin membuatku penasaran dan ia berlalu begitu saja setelah mengatakannya.     

Pak Seto mengajak kami untuk bersantai di gazebo sambil menikmati hidangan ringan yang di buat oleh bu Nilam. Beliau menyediakan kami secangkir teh hangat serta kue kering yang ia buat sendiri. Kami sangat menikmati kue yang bu Nilam buat, sangat renyah dan enak. Tak kalah dengan kue buatan toko-toko ternama di kota. Semakin lama apa yang aku rasakan semakin kuat, di dalam rumah panti ini terasa aura yang bercampur dengan aura arwah-arwah anak-anak panti yang gentayangan. Ketika aku ingin meminum teh yang telah di sediakan di depanku, tiba-tiba aku terkejut melihat sosok wajah anak kecil yang berada di bayangan cangkir tehku dan aku melihat bayangan itu berada persis di atas kepalaku. Aku terjatuh dari tempat dudukku dan langsung melihat ke atasku. Tak ada seorangpun di atas sana. Hanya langit-langit gazebo yang tersusun dari kayu yang di tata berongga-rongga. Kak Dita yang melihatku terjatuh dari tempat dudukku juga ikut terkejut dan langsung membantuku.     

"Kamu nggak apa dek?" Tanya kak Dita yang menolongku untuk berdiri dan kembali duduk di bangkuku.     

"Oh nggak apa kok kak." Jawabku.     

"Kak Andrew! Itu ada kakak yang di atas sana!" Ujar Dante yang terbangun dari tidurnya sambil menunjuk ke arah atas.     

"Mana? Udah jangan tunjuk-tunjuk lagi ya.." Jawab kak Andrew. Saat ini kak Andrew seprti menyembunyikan sesuatu dari kami. Seperti tak ingin membuat orang lainnya ketakutan akan adanya arwah-arwah anak-anak ini. Aku hanya terdiam di bangkuku dan tak berkutik sama sekali.     

Aku terus memandangi bayangan yang terpancar di dalam cangkir tehku. 'Mereka' masih memperhatikanku sambil terus tersenyum tanpa henti.     

"Kenapa nggak di minum nak." Ucap bu Nilam yang memperhatikanku belakang saat ia ingin menyuguhkan kami beberapa buah segar yang di dapat dari hasil panen di kebun panti ini. Aku terkejut untuk kedua kalinya saat mendengar suara bu Nilam yang sangat pelan dan lirih terdengar di telingaku. Aku langsung menoleh ke belakang dan melihat bu Nilam tersenyum kepadaku.     

"Ini silahkan di amakan. Ini buah hasil panen sendiri di kebun kami. Masih segar dan manis karena baru saja kami petik." Ucapnya yang terus tersenyum kepadakami yang masih menikamti makanan di meja gazebo.     

[Wuuuuuusshhhh..]     

Angin berhembus lembut di taman belakang panti. Udara yang sangat dingin dan lembab terasa hingga di kulitku. Matahari juga mulai berjalan ke arah barat dan terlihat akan tenggelam, menandakan hari mulai sore.     

"Sudah jam berapa sih sekarang? Kok kelihatan sudah sore aja?" Tanya kak Dita yang sambil memperhatikan jam tangannya.     

"Lho kok jamku berheti sih jarumnya? Perasaan tadi pagi masih bisa." Ucapnya lagi sambil beberapa kali memperbaiki jam tangannya.     

"Apa jammu analog atau digital?" Tanya kak Robby yang duduk di samping kanannya.     

"Jam tanganku padahal analog, tadi pagi masih berjalan, tetapi baru sadar sewaktu di sini jarumnya tak berjalan dan berhenti di angka 02.20. Anhe banget nggak sih." Ujar kak Dita.     

Aku, kak Andrew dan Dante yang menyadari hal ini hanya terdiam dan saling melirik satu sama lain.     

"Jam tanganmu nggak kenapa-kenapa dek?" Tanya kak Dita padaku.     

"Iya ini juga rusak kak. Jarumnya juga berhenti di angka yang sama."     

"Ada yang aneh nggak sih di tempat ini? Katanya panti Asuhan tapi sepi banget." Ucap kak Dita dengan nada yang sangat lirih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.