The Eyes are Opened

Bunga Bersemi



Bunga Bersemi

2Cuaca hari ini sangat cerah. Matahari bersinar dengan terang, awan putih menghiasi langit yang biru. Burung-burung terbang kesana dan kemari menari-nari sambil bernyanyi. Angin berhembus sepoi-sepoi menambah sejuknya hari itu. Hingga daun berguguran berganti dengan daun yang baru dan bunga-bunga di taman bermekaran menambah keelokannya dan menarik perhatian setiap mata yang melihatnya. Hari yang sangat cocok untuk bersantai bersama dengan keluarga.     

Aku yang sedang bermalas-malasan dan asik membaca komik kesukaanku di dalam kamar hotel tiba-tiba mendengar ponselku berbunyi. Aku segera melihat siapa yang menghubungiku.     

"Tumben ada pesan masuk? Bisanya kalau liburan gini hampir nggak ada pesan masuk, dari temanku pun jarang karena sibuk liburan semua. Siapa ya?" Gumamku.     

Aku melihat nama pengirim pesan di layar ponselku tertulis kak Andrew. Aku terkejut pria itu menghubungiku tiba-tiba. Segera aku membuka pesannya tanpa basa basi.     

11.15 AM ["Non kamu lagi ngapain?"]     

11.16 AM ["Lagi baca komik aja nih kak. Kenapa emangnya?"]     

11.18 AM ["Nggak jalan-jalan?"]     

11.19 AM ["Nggak. Lagi mager."]     

11.20 AM ["Kamu kalau di chat singkat-singkat ya kalau balas. Hahahaha.. Nggak mau tanya kabarku apa? Atau aku lagi di mana?"]     

11.23 AM ["Nggak. Kenapa emang?"]     

11.24 AM ["Iiihh kok gitu sih non.. Ya udah yuk sini keluar. Aku ajak jalan-jalan."]     

11.29 AM ["Hah? jangan bercanda deh! Aku lagi nggak di rumah nih. Ajak jalan-jalan gimana?"]     

11.30 AM ["Seriusan kok. Yuk keluar o kamar hotelmu terus ketemuan di kolam renang ya! See you."]     

"Hah? Apa'an sih kak Andrew ini? Lagi bercanda ya? Halah pasti bohongan. Udah ah, lanjut baca komik lagi." Gumamku yang tidak memperdulikan pesan dari kak Andrew.     

"Maaa.. kakak kemana?" Tanyaku yang mulai bosan.     

"Kakakmu lagi renang di bawah. Kamu nggak ikutan renang? Gih sana renang aja dari pada kamu cuman makan tidur aja mulu." Ucap mama yang sedang asik tiduran sambil nonton televisi bersama papa.     

Akhirnya siang itu aku menghampiri kakak ke kolam renang tanpa membawa ponselku dan tanpa memikirkan jika kak Andrew benar-benar ada di hotel yang sama denganku. Aku menyusuri lorong yang sangat panjang di antara kamar-kamar hotel lainnya dan menuruni lantai tiap lantai menggunakan lift yang memiliki kaca yang sangat besar di belakang, sehingga kita bisa melihat pemandangan dari luar lift yang menghadap ke arah kolam renang hotel. Aku tak menyadari jika ada seorang pria yang duduk membelakangi kaca lift itu adalah kak Andrew yang sedang menungguku. Aku keluar dari lift dan harus berjalan lagi mengikuti lorong yang di penuhi dengan stand-stand makanan kecil dan stand pakaian serta aksesoris ataupun oleh oleh. Hotel ini sangat ramai pengunjung dari luar kota sehingga aku tidak terlalu memperhatikan orang-orang di sekitarku yang lalu lalang. Kak Andrew yang melihatku sejak aku turun dari lift dari balik jendela kaca yang terlihat dari kolam renang sangat gembira melihatku datang ke arah kolam renang. Ia tanpa segan mendekatiku tanpa aku mengetahuinya. Ia berjalan menggunakan kaos hitam, dengan celana surfing pendek dan topi hitam menutupi sebagian wajahnya. Akupun yang sedari tadi tak memperdulikan orang di sekitarku yang lalu lalang pun tak menyadarinya jika ia berjalan ke arahku hingga saat ia menghadang langkahku sambil menundukkan kepalanya yang tertutup dengan topi. Aku menghentikan langkah kakiku dan berhenti membaca komik yang aku bawa, aku melihat ke depanku. Ada seorang pria yang menghadangku, persis di depan mataku. Ia sangat tinggi jangkung dan aku berdiri di dekatnya setinggi dadanya. Susah bagiku untuk melihat wajahnya karena ia sangat tinggi. Sehingga aku memutuskan untuk mundur beberapa langkah untuk menghindarinya, namun ia selalu mengikuti setiap langkahku kemanapun aku berjalan dan itu membuatku sangat susah untuk menghidarinya.     

["Ya Tuhaann orang ini tinggi sekalii.. Aku saja sampai sedadanya. Apa dia nggak melihat ada aku di depannya ya? Kenapa orang ini berhenti di sini sih!"] Gumamku yang hendak menghindar dan melanjutkan langkahku.     

"Maaf permisi. Saya mau lewat." Teriakku sambil berjalan ke arah kiri, namun ia mengikutiku berjalan ke arah yang sama. Ia melakukan hal yang serupa beberapa kali hingga aku merasa kesal karena seakan-akan aku tak di perbolehkan lewat darinya padahal jalanan di lorong hotel itu sangat luas dan tidak terlalu banyak orang yang berlalu lalang. Hingga akhirnya terdengar dari pria itu tertawa dan membuka topinya di hadapanku. Aku menengadahkan kepalaku untuk melihatnya. Betapa terkejutnya aku yang melihat pria itu ternyata benar-benar kak Andrew. Seketika saja aku reflek untuk mundur beberapalangkah agar aku dapat melihatnay dengan jelas tanpa harus melihat ke atas.     

"Hahahahahaha.. kamu kok lucu sih non. Hahahaha.. makanya kalau jalan itu lihat kedepan jangan lihat ke buku. Hahahaha.." Ucapnya sambil tertawa terbahak-bahak.     

"Iiiihh apanya sih yang lucu! Bikin kesal tahu!" Ujarku sambil memasang muka masam.     

"Yeeee.. ngambek nih anak."     

"Eh, kamu kok ada di sini sih kak? Ngikutin aku ya?"     

"Iihh ge-er. Nggak tahu. Aku ke sini ya mau berlibur lahh.. bosan aja di rumah jadi yaaa.. kesini.. Lagian aku sudah sering ke sini bersama keluargaku kok. Hahahaha.."     

"Ohhh kirain.."     

"Iiiiihhh kamu ngarep aku ke sini buat ngikutin kamu yaaaa... Hayooo.. atau jangan-jangan kamu suka denganku yaaa.." Ledek kak Andrew yang melihatku dari tadi masih manyun karena ia mengerjaiku saat awal bertemu.     

"Iiiihh enggak kok. Apa'an sih. aku nggak ada ngarep-ngarepnya sama kamu kak." Ucapku yang masih ngambek.     

"Ya udah yuk jalan.. kan tadi aku udah bilang mau ajak kamu jalan-jalan." Ucap kak Andrew sambil menarik lenganku. Aku yang tak dapat berkata apapun saat itu cuman hanya dapat terdiam dan mengikutinya dari belakang. Jantungku berdebar kencang seakan ingin copot, aku sangat takut sekali ia mendengar detak jantungku yang berdebar kencang saat ia memegang lengan kananku. Kami berlari menyusuri lorong tiap lorong di dalam hotel hingga akhirnya kami berhenti di depan sebuah pintu kaca besar. Dari luar pintu terlihat cake-cake yang terlihat cantik dan roti-roti besar terpajang di dalam etalase. Kak Andrew mendorong pintu itu dan kami memasukinya. Aroma kue yang baru keluar dari oven dan bau aroma kopi yang di panggang semerbak saat aku memasuki tempat itu. Nuansanya yang santai dan tenang membuatku nyaman ketika masuk kedalamnya. Kami memilih untuk duduk di pojok cafe itu dan menghadap pemandangan gunung dan kebun bunga hotel ini. Kak Andrew memesankanku kue cokelat yang sangat enak dan menjadi favorit dari hotel ini dan tak lupa segelas strawberry squash yang menyegarkan.     

Siang itu kami menceritakan banyak hal, dari hal yang sangat remeh seperti kesukaan kami, binatang peliaharaan hingga tentang kemampuan kami. Yap, membicarakan tentang kemampuan kami memang menjadi topik yang sangat menarik bagi kami. Disaat kami sedang asik mengobrol, tiba-tiba kakak mama dan papa menghampiriku. Aku sempat terkejut melihat mama dan papa berada di cafe ini. Aku ingin bersembunyi namun kak Andrew yang melihat gelagatku langsung saja berbalik dan melihat kebelakang. Ia berdiri dan menyapa mama papa yang ingin membeli kopi. Benar saja, mama dan papa lagsung mengampiri kami dan ikut duduk bersama kami.     

"Siang tante.. om.. mau pesan apa om? Biar saya yang memesankannya." Ucap kak Andrew dengan ramah pada mama dan papaku.     

"Oh siang.. kamu yang namanya Andrew ya? Yang kemarin antar Dyandra pulang?" Tanya papa memastikan.     

"Iya benar om. Hehehe.. Mau pesan apa om? Nanti saya pesankan." Tanyanya lagi.     

"Oh kami sudah pesan kok. Kami cuman pesan kopi saja. Kamu kelas berapa?" Tanya papa.     

"Saya kelas tiga om. Kakak kelasnya Dyandra." Ucapnya sambil tersenyum.     

"Iiihh papa ngapain ke sini? Bukannya tadi papa sama mama lagi di kamar ya?" Tanyaku dengannada sinis.     

"Ya nggak apa dong papa ke sini. Emang nggak boleh. Atau kamu sengaja nggak mau papa sama mama ke sini soalnya nggak mau ketahuan kalian kencan ya???" Goda papa sambil tersenyum licik padaku.     

"Kami nggak kencan kok! Papa jangan ngomong aneh-aneh ya! Kami cuman berteman, dan kebetulan kak Andrew menginap di hotel ini juga. Emang nggak boleh?"     

"Yaaaa... boleh-boleh saja dong.. Addduuuhhh maaa... anak kecil kita udah besar ya ternyataaa..." Ucap papa sambil bermanja-manja pada mama di depan kami.     

"Iiiiihhh apa'an sih papa ini. Ngomongnya mulai ngelantur deh. Ma! Bawa sana papa ke kamar hotel lagi! Bikin rusuh aja di sini. Tuh minumannya papa sudah selesai tuh. Papa di panggil tuh!" Ujarku yang gemas dengan tingkah papa. Mama dan kak Andrew yang melihat kami hanya tersenyum dan tertawa.     

"Hei anak kecil kok usir-usir orang tua sih! Nggak sopan tahu! Orang temanmu yang memperbolehkan papa duduk di sini kok!. Ya kan Ndrew?"     

"Hahahaha.. iya om. Ikut ngobrol-ngobrol aja sama kami nggak masalah kok. Saya suka juga kalau bisa ngobrol-ngobrol sama om dan tante. Hahahaha.."     

"Tuh kan. Jadi kamu nggak ada hak Ndra buat ngusir papa dan mama kembali ke kamar. KAmi kan juga bosen di kamar. Pengen jalan-jalan juga.."     

"Iyaaa.. tapi kenapa harus ngerese'in Andra sih? Kan ada kak Dita yang lagi renang? Kenapa papa nggak ikutan kakak renang? Papa kan juga suka renang?" Ucapku.     

"Lho kakakmu tadi ada di kolam renang Ndra?" Tanya kak Andrew.     

"Iya kakakku tadi ada di kolam renang dan lagi renang. Tadi sebenarnya aku nggak percaya kamu ada di sini buat ajak aku ketemu. Makanya aku ke kolam renang buat nemuin kakakku. Eh tahunya emang beneran kamu di hotel ini. Hahahahaha..."     

"Nah lho Ndrew, kamu di remehin sama Andra nih.. sakit hati nggak! Sakit hati nggak! Ya sakit hati lah!! Hahahahaha... jangan di seriusin ya Ndrew.. Om cuman bercanda.. Hahahahaha.."     

"Hahahahahaha.. iya-iya om santai saja.. hahahaha.."     

Akhirnya kami berempat mengobrol bersama beberapa menit. Papa yang tertarik pada kak Andrew yang anaknya easy going dan mudah berbaur dengan siapa saja membuat papa menyukainya sebagai teman ngobrol. Hingga aku dan mama hanya bisa ikut mendengarkan dan tertawa melihat mereka mengobrol dan bercanda.     

"Ya udah Ndra, papa balik kamar dulu ya. Mau tidur, ngantuk nih." Ucap papa yang sudah mulai menguap sedari tadi.     

"Om balik dulu ya Ndrew. Jaga baik-baik anak om!"     

"Iya baik om!"     

"Waaaahhh papamu ini ternayat suka bercanda juga ya. Orangnya asik. Next boleh dong aku ajak jalan papamu?"     

"Hah? Apa maksudnya kak? Aku nggak paham."     

"Yaaa aku ajak papamu nongkrong gitu.. Orangnya asik sih.."     

"Ya terserah sih kak.. asalkan papaku sendiri mau ya nggak apa. Hahaha.. ow ya kak, yang waktu itu kakak tanya tentang Karin itu gimana akhirnyanya?"     

"Ow iya. Uhmm.. ya aku cuman bisa bantu sebisaku. Aku juga sudah bertemu dengan mamanya sih. Mamanya terlihat sangat shock dengan kejadian yang menimpa keluarganya apalagi keluarga besar dari papanya sebenarnya tidak menyukai mamanya." Jelas kak Andrew.     

Siang itu akhirnya kami menghabiskan waktu bersama di cafe dan berjalan-jalan di sekitar taman hotel. Kami juga banyak bercerita tentang Karin dan masalah yang Karin alami saat ini. Saat itu aku masih belum tahu jika kak Andrew sudah beberapa kali menghibur Karin, menghubungi Karin dan juga jalan bareng Karin. Entah itu dari Karin yang menghubungi kak Andrew sendiri atau kak Andrewnya yang menghubungi Karin. Namun aku saat itu tak menanyakan banyak hal tentang mereka. Aku hanya terdiam dan tak mau tahu untuk menjaga privasi mereka, Jika memang benar firasatku, mungkin salah satu dari mereka seharusnya bercerita kepadaku. Namun hingga saat ini tak ada yang bercerita, jadi aku memilih untuk diam saja dan hanya menikmati hari-hariku saat ini bisa mengenalnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.