The Eyes are Opened

Penunggu Motel Tua (Mencari Tumbal)



Penunggu Motel Tua (Mencari Tumbal)

1Sore itu terjadi keributan di depan tempat wisata puncak sehingga membuat perhatian banyak orang yang sedang melintas di jalan raya. Aku dan kakak yang tak tahu harus melakukan apa, segera menghindar dari tempat tersebut, sedangkan ibu yang selalu mengikuti kita dari tadi pagi di bawa oleh petugas keamanan ke kantor polisi. Aku berlari bersama kakak menyebrang ke arah rumah makan di depan kami, dimana papa dan mama telah menunggu kami untuk makan malam.     

"Ada apa pa kok ribut-ribut?" Tanya mama yang mendengar keributan dari dalam rumah makan.     

Banyak orang yang melihat keributan itu dari depan tempat rumah makan itu sambil berbisik-bisik.     

"Ehhmm nggak tahu juga. Yuk lihat yuk." Ucap papa yang ikut penasaran akan keributan yang terjadi di tengah jalan. Papa dan mama berjalan keluar menuju halaman depan rumah makan tersebut sambil terkejut melihat aku yang di ganggu oleh orang gila. Papa hendak menghampiri kami tapi mama mencegahnya. Membiarkan ku bersama kakak yang mengatasi masalah orang gila itu. Papa menjadi sangat marah pada mama yang membiarkan anaknya bersama orang gila yang bisa saja melukai kedua putrinya, namun mama berkata dengan tenang pada papa..     

"Biarkan mereka dulu mengatasi masalah mereka dengan ibu itu. Aku rasa ibu itu tidak bermaksud mengganggu anak kita atau melukai anak kita." Ujar mama dengan anda yang tenang dan terus melihat kita dari kejauhan.     

"Kamu gila ya?! Anakmu lagi di ganggu orang lalu aku diam saja!" Teriak papa pada mama.     

"Sssstttt!! Janga teriak-teriak di sini. Banyak orang memperhatikan mereka, kamu nggak mau kan kalau kita juga jadi pusat perhatian satu kota?" Ucap mama dengan bijak, lalu papa terdiam dan melihat kami dari kejauhan sambil terus berdoa dengan suara lirih agar kami tidak terluka sedikitpun.     

"Jika ibu itu ingin mencelakai anak kita, seharusnya ia dari tadi sudah mengganggu kita dan mencelakai kita. Namun apa? Ibu itu sampai rela menunggu dan mencari waktu yang tepat untuk berbicara dengan anak kita. Aku lihat ibu itu ingin mengatakan sesuatu pada anak kita tapi caranya yang ia tak mengerti." Ucap mama yang ternyata sedari awal memperhatikan ibu itu.     

Di saat yang bersamaan, terdengar langkah seseorang yang sedang menuruni anak tangga dari dalam rumah makan itu dan berdiri di samping mama dan papa. Ia seorang wanita tua berbadan tambun dan memiliki kulit putih. Wanita itu menggunakan dress bermotif bunga-bunga dan juga menggunakan perhiasan berupa kalung dengan liontin batu sapphire yang berwarna biru laut serta gelang emas di tangan kanannya dan tak lupa cicin permata di jari manisnya. Wanita itu adalah pemilik dari rumah makan itu, ia menyaksikan keributan yang terjadi di seberang tempat usahanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali.     

"Ckckckckc.. bikin ulah lagi wanita itu. Ckckckckc.. mau sampai kapan ia akan bersikap seperti itu terus? Bisa-bisa kota ini lama-lama sepi dengan wisatawan jika ia seperti itu." Gumam wanita pemilik resto.     

Mendengar ucapan dari pemilik rumah makan, mama langsung menanyakan perhila yag baru saja ia ucapkan.     

"Maaf cik, emangnya apa sering terjadi seperti ini?" Tanya mama.     

"Yaaa... nggak sering banget sih ya.. tapi, wanita itu memang selalu buat ulah ketika ada wisatawan datang. Apalagi wisatawan asing selalu berteriak-teriak di pinggir jalan dan menghasut mereka dengan ucapan yang membuat orang yang mendengarnya ketakutan. Beberapa bulanlalu juga begitu. Saya sampai bertanya dengan korbannya yang mampir di rumah makan saya, dan mereka bercerita jika mereka akan meninggal tak akan lama ini dengan cara di bunuh oleh seseorang. Tapi selang setelah itu orang yang saya tanyai itu menghilang dan di temukan kepalanya terpotong di salah satu perkebunan di dekat hutan. Yahhh.. banyak yang bilang wanita itu memiliki kemampuan supranatural, kaya peramal gitu. Karena banyak yang nggak percaya padanya, termasuk keluarganya sendiri yang nggak percaya dan sampai membuangnya akhirnya ia hidup seperti itu sekarang. Sebenarnya kasihan sekali hidup wanita itu. Ia di tinggal suaminya, di buang keluarganya, anaknya meninggal dua kali saat baru lahir." Ucap wanita pemilik resto menjelaskan.     

"Apakah dua anak gadis itu anak kalian?" Tanya wanita itu.     

"Iya itu kedua putri kami." Jawab papa.     

"Lalu kenapa kalian nggak membantu mereka?" Tanyanya lagi.     

"Karena filling saya wanita gila itu tidak akan menyakiti anak-anak saya." Ucap mama.     

"Ow ya kalian menginap dimana?" Tanya wanit aitu.     

"Oh.. kami menginap di sebuah penginapan yang ada di atas pucak, uhm.. kalau nggak salah namanya Motel Omah Turu." Jawab papa.     

"Hah? apa? Saya nggak salah dengar kan?"     

"Memangnya kenapa cik?" Tanya papa yang penasaran, melihat reaksi wanita pemilik resto yang kelabakan dan terkejut mendengar jawaban papa, namun belum sempat dijawab pertanyaan dari papa, tiba-tiba datang seorang pria muda dari belakang mama papa yang ikut menceritakan kisahnya sehingga mambuat ketiga orang itu tercengang.     

"Maaf bapak dan ibu, maaf jika saya ingin menyela pembicaraan kalian. Tapi dari tadi saya mendengar tentang wanita yang baru saja di tangkap polisi dan menemui putri bapak, dan juga saya mendengar bapak dan ibu menginap di Motel Omah Turu. Benar?"     

"Iya benar. Anda siapa ya?" Tanya papa.     

"Kenalkan nama saya Dito. Saya seorang karyawan swasta. Sebenarnya saya dulu adalah salah satu karyawan dari motel tersebut. Saya telah bekerja di sana sejak saya lulus dari SD hingga saya berumur 25 tahun. Pemilik motel itu bernama ibu Srikandi. Beliau merupakan dari ahli waris satu-satunya dari orang tuanya." Terang mas Dito, di saat mas Dito menceritakan dirinya aku bersama kakak baru saja masuk ke rumah makan itu dan ikut mendengarkan kisahnya.     

"Jadi, pemilik sebelumnya itu orang tua dari ibu Srikandi? Dan ibu Srikandi ini anak tunggal? Benar begitu maksudnya mas" Terang papa.     

"Iya pak. Ibu Srikandi ini anak tunggal dari Nyona Shinta dengan Tuan Walters. Tuan Walters ini sendiri berasal dari Jerman yang akhirnya memutuskan menikah dan tinggal di sini hingga akhir hidupnya bersama Nyonya Shinta. Saat itu saya masih umur 12 tahun dan kedua orang tua ibu Srikandi masih hidup, Ibu Srikandi sendiri masih berumur 23 tahun. Umur kedua orang tuanya sudah 60 tahunan kalau nggak salah, mereka sudah sangat tua sekali dan menyerahkan aset keluarga kepada Ibu Srikandi agar ia mengelolanya."     

"Lalu apa benar kalau motel itu sekarang sebenarnya sudah nggak ada? Tapi kenapa di aplikasi travel kok masih kedaftar?" Tanya papa lagi.     

"Iya pak, memang adanya motel itu tidak ada sebenarnya, tapi ya mungkin Ibu Srikandi yang membuatnya. Apakah bapak dan ibu pernah bertemu dengan beliau di penginapan?"     

"Saya pernah mas sama adik saya." Ucap kakak. Mas Dito terdiam seribu bahasa dan tak bergeming sama sekali. Hingga ia menarik nafas panjang dan melanjutkan ceritanya kembali. Mas Dito menceritakan jika sebenarnya Ibu Srikandi itu sebenarnya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu sebelum ia akhirnya meninggalkan motel itu. Ibu Srikandi memang merupakan seorang wanita yang sangat cantik parasnya dan banyak sekali pria-pria tampan dan juga kalangan orang kaya tertarik padanya, namun tak ada satu priapun yang dapat mengambil hatinya. Hingga suatu saat ada seorang seniman lukis dari Belanda datang di motel kami dan menginap cukup lama. Pria ini sangat suka melukis dan hampir seluruh lukisan yang ada di motel merupakan lukisan karyanya. Karena pria ini menginap sangat lama di motel dan sering bertemu dengan Bu Srikandi, Ibu akhirnya jatuh cinta pada pria ini. Apakah kalian pernah melihat lukisan bu Srikandi yang sangat besar di dalam motel?"     

"Iya saya pernah lihat mas. Lukisan yang sangat besar di tengah-tengah lorong kosong dan hanya satu kamar di sisinya kan?" Ucapku.     

"Iya benar lukisan itu. Karena lukisan itu juga Bu Srikandi menjadi sangat jatuh hati pada pria itu. Namun kisah cintanya bertepuk sebelah tangan saat mengetahui perasaan dari si pria. Tak lama kemudian pria itu kembali pulang ke Belanda dan tak pernah lagi kembali ke motel kami ataupun menghubungi bu Srikandi. Sejak itu Bu Srikandi menjadi stres dan sakit sakitan. Beliau juga sering sekali pergi ke orang pintar untuk mencari pria itu, namun kenyataan yang ia terima sangat menyakitkan sehingga makin streslah beliau. Tahun berganti tahun beliau masih terus menunggu pria itu, tapi hasilnya nihil. Kulitnya yang mulai kendur dan berkeriput juga menjadi salah satu alasan ia menjadi stres dan kesehatannya makin melemah hingga akhirnya beliau di beritakan oleh saudaranya telah meninggal. Setelah kabar itu saya dan bersama seluruh karyawan yang bekerja di penginapan itu memutuskan untuk resign dari sana dan mencari pekerjaan lain. Setelah itu motel itu tak beroperasi cukup lama dan pernah saya menhmapiri motel itu untuk melihat kondisinya kembali. Kondisi bangunannya sudah banyak yang lapuk, semak belukar sudah menutup hampir seluruh bangunan dan sudah tak ada kehidupan lagi di dalam motel itu. Oleh karena itu ketika saya mendengar bapak dan ibu berkata jika menginap di motel itu, saya sangat terkejut dan tak percaya. Ada yang bercerita pada saya beberapa minggu yang lalu, jika kerabatnya ada yang menginap di motel tempat dulu saya bekerja karena tak percaya dengan cerita saya. Orang itu nekat pergi kesana dengan dalih yang sama, jika di dalam aplikasi motel itu masih beroperasi dan menunjukkan kepada saya bukti foto motel itu pada saya."     

"Lalu orang yang bercerita kepada mas Dito gimana akhirnya?" Tanya mama.     

"Kerabat orang yang bercerita pada saya, orang itu telah hilang. Tak pernah di temukan baik jasadnya maupun barang-barang yang ia bawa saat itu. Wanita gila yang tadi di bawa oleh polisi memang sebenarnya adalah seorang paranormal, dan sebenarnya juga wanita itu adalah sepupu dari Bu Srikandi sendiri. Segala sesuatu yang terjadi dan ia lihat dengan mata batinnya merupakan hal yang nyata."     

"Apa? Yang benar kamu mas? Kalau ibu-ibu tadi masih sepupu bu Srikandi?" Tanya papa.     

"Iya benar. Dulu saat saya masih bekerja, saya pernah melihat Bu Shinta membawa seorang anak perempuan kecil bersama bu Srikandi bermain di taman penginapan. Ia bernama Wulan. Saya rasa Bu Wulan dan Bu Srikandi telah berteman sejak kecil, namun saat Wulan telah tumbuh dewasa dan kemampuan supranaturalnya yang sering menceritakan kejadian-kejadian masa depan membuat keluarganya tak menyukainya. Yahhh hingga akhirnya seperti saat ini. Wulan di jauhi oleh seluruh keluarganya hingga di jauhkan dengan Bu Srikandi. Tapi jika saya boleh tahu apa yang dikatakan bu Wulan pada kalian tadi?" Tanya mas Dito pada kami.     

"Uhmm.. itu ibu itu menyuruh kami sekeluarga untuk hati-hati mulai malam ini dan di suruh untuk keluar dari motel itu saat ini juga. Udah itu aja yang ia sampaikan pada saya. Saya juga bingung dan nggak tahu maksud ibu itu. Apakah ini ada hubungannya dengan keberadaan bu Srikandi? Ow ya, saya juga tadi pagi melihat warna rambutnya berubah hitam, padahal saat awal bertemu waktu datang wambutnya masih putih dan kulitnya terlihat lebih kencang dari sebelumnya. Apakah Bu Srikandi melakukan sautu ritual tertentu ya untuk mempermuda umurnya?" Tanyaku.     

"Bisa jadi! Jika dikaitkan dengan kejadian-kejadian yang sudah terjadi, beliau pasti melakukan ritual-ritual tertentu dan dalam ritual itu pasti membutuhkan tumbal manusia sebagai gantinya. Jika Bu Wulan bicara seperti tu ya saya kembalikan lagi kepada kalian sepenuhnya mau percaya dengan cerita saya dan ucapacn bu Wulan atau nggak. Saya sebagai mantan karyawannya juga takingin hal buruk terjadi pada keluarga anda semua." Terang mas Dito.     

Kami sekeluarga yang telah mendengar cerita dari mas Dito pun tercengang dan saling bertatapan satu sama lain, sebagian barang kami masih tertinggal di dalam motel, nggak mungkin kami meninggalkannya begitu saja. Tapi jika kami meninggalkan malam ini dan kembali besok pagi, apakah yang akan terjadi? Papa pun masih bingung untuk mengambil keputusan harus bagaimana. Tak lama wanita oemilik rumah makan menawarkan kepada kami kamar kosong di hotel miliknya dan kami diperbolehkan untuk tinggal di sana semalam jika kami tak ingin kembali ke motel di atas puncak itu untuk berjaga-jaga akan adanya kejadian yang tak di inginkan pada kami sekeluarga. Akhirnya papa memutuskan untuk mengambil kamar yang di tawarkan wanita pemilik resto itu dan juga memutuskan untuk menambah hari pada penginapannya. Namun wanita itu tetap tak ingin di bayar sepeserpun meskipun papa menambah hari di sana.     

Kami akhirnya diantarkan oleh wanita pemilik resto itu ke hotelnya. Ternyata hotelnya merupakan hotel bintang lima di puncak dan memiliki fasilitas yang lengkap dan nyaman. Hotel itu memiliki kolam renang yang sangat besar dan kamar yang kami tempat juga sangat luas. Kami merasa bersyukur dan berterima kasih pada wanita pemilik resto atas kebaikannya. Kami sekeluarga menikmati malam itu di hotel bintang lima hingga ke esokan paginya.     

Kami sekeluarga tidur di dalam satu kamar suite room, di sana memiliki dua bedroom dengan kasur king size tiap kamarnya. Saat aku bersama kakak dan menceritakan kembali apa yang kami alami hari ini, kakak juga tak menyangka dengan apa yang akan terjadi pada kami, jika kami tak bertemu dengan Bu Wulan, mungkin kami sekeluarga akan tidak akandapat kembali lagi dan bisa jadi kami akan hilang seperti orang-orang yang lainnya.     

"Kak, berarti orang-orang yang berwajah pucat tadi pagi kita lihat itu hantu semua dong? Dan mereka juga merupakan korban dari bu Srikandi dong?" Ucapku yang bergidik mengingat kembali kejadian tadi pagi.     

"Hiiiii.. Andra kamu jangan aneh-aneh lagi deh. Tapi jika benar kaya gitu ceritanya, berarti aku waktu tadi pagi di kamar ada yang ngetuk itu juga hantu dong yang ketuk-ketuk? Ahhhhh.. Andraaa kakak jadi takut nihhh.. di sini nggak ada kan yang kaya begituan? Eh kalau gitu kita kemarin malam tidur di rumah berhantu dong? Hiiiiiii.." Teriak kakak sambil memeluk selimut hotel denga wajah yang ketakutan.     

"Tapi tenang lah kakkk.. Di sini nggak ada kok. Aku nggak merasa aneh sih di kamar atau di hotel ini. Jadi di sini amanlahhh.. Ow ya paaaa.. besok kita balik ke motel jam berapa?" Tanyaku pada papa yang sedang menonton di ruang tv kamar hotel bersama mama.     

"Ya kalau bisa pagi aja kita ambil dulu barang-barangnya. Kan kita juga di sini masih lama. Udah sana kalian tidur aja dulu! Papa sama mama mau kencan nonton tv nih. Selagi bisa berdua santai tanpa ada kalian. Iya kalau kalian masih kecil, selalu mengganggu kami ajah." Ucap papa dengan nada bercanda.     

"Iiiihhh papa gitu ihhh.. sana! Sana di kamar aja kalau mau kencan! Jangan di depan tv bahaya!!" Teriak kakak yang ikut menggoda mama dan papa.     

Malam itu telah pukul 22.00 WIB dan aku tertidur pulas bersama kakak.     

Keesokan harinya..     

Pukul 05.00 WIB..     

[Drrttt-drrttt-drrrrttt-drrrtt]     

"Andraaaaa ponselmu bunyi tuuhh!!" Teriak kakak yang mendengar ponselku berbunyi namun ia tak dapat membuka matanya sedikitpun.     

[Drrrrrttt-drrrttttt-drrrrttttt-drrrtttt]     

"Andraaaa!!! Banguuuunn!! Ada telepon tuh!!" Teriak kakak sambil menendang pantatku saat aku masih tertidur. Tak lama setelah itu aku terbangun dan melihat ke layar ponselku yang aku taruh di meja nakas kamar hotel sebelah ku.     

[Drrrrtttt-dddrrrrrrttt-ddddrrrrrtttt]     

"Haaahhh?? Kak Andrew? Kenapa ya?" Gumamku lirih sambil tak percaya dengan nama yang muncul di layar ponselku.     

"Halloooo??" Ucapku dengan lirih yang masih setengah sadar.     

["Ndra? Lu baik-baik aja kan selama liburan?"] Tanya kak Andrew tiba-tiba.     

"Iya aku baik-baik aja kok kak. Kenapa ya? Uhhmmm aku masih ngantuk kakkk.." Ucapku yang masih malas untuk bangun dan menerima telepon saat itu.     

["Ah, maaf ya kalau aku telepon kamu terlalu pagi. Soalnya aku khawatir banget sama kamu. Semalam juga aku mendapat perasaan nggak enak tentang kamu. Aku mau menanyakan langsung kemarin tapi aku takut kalau itu salah. Makanya baru berani memastikannya sekarang."] Ucapnya dari balik telepon.     

"Iya nggak apa kok kak aku. Mungkin nanti waktu kita ketemu aku akan cerita ke kakak yang aku alami beberapa hari ini."     

["Emang kenapa? Mau cerita apa? Sekaranga ja? Jangan bikin orang khawatir dong.."]     

"Ya aku malas banget kalau aku harus cerita sekarang.. Uhhmm.. bentar-bentar aku keluar kamar dulu deh.. Nggak enak kedengaran kakakku" Ucapku yang akhirnya terbangun dari tidurku dan berjalan menuju balkon depan kamar sambil menikamati pemandangan matahari terbut dari atas balkon.     

["Kamu mau cerita sekarang kan?"]     

"Iyaaaa... aku ceritain deehhh.." Ucapku.     

Akhirnya aku menceritakan seluruh kejadian yang aku alami di sini kepada kak Andrew. Ia terkejut mendengar apa yang aku alami. Kak Andrew juga menceritakan jika ia mendapatkan penglihatan tentangku yang bertemu dengannya namun wujudku bukan lagi manusia, namun aku menjadi roh dan tak dapat kembali ke tubuhku lagi karena tubuhku telah terikat suatu hal ghaib yang tak mudah untuk di patahkan jika orang yang mengikatku belum di kalahkan. Disaat aku menderitakan seluruh kejadian pada kak Andrew, ia membenarkan dengan yang ia lihat saat ia bertemu denganku dalam bentuk roh. Aku pun bergidik mendengar dari kak Andrew. Aku juga menceritakan jika nanti akan ke motel itu untuk mengambil barang-barang kami dan kemudian kami memutuskan untuk tinggal di hotel ini beberapa hari kedepan.     

["Ndra, kalau kamu nanti mau ambil barang-barangmu, kalau bisa nanti kamu siapkan mental ya.. karena kalian akan melihat bangunan yang sebenarnya. Uhmm saranku kalian jug aharus menghubungi polisi setempat sebelum ke sana, karena kasus yang kamu alami itu dapat di selidiki terutama korban yang telah hilang sudah lama bisa di pertemukan dengan keluarganya kembali. Yaahhh.. meskipun mereka sudah tak berwujud lagi sih.."] Ucap kak Andrew mengakhiri teleponnya pagi itu.     

Akhirnya aku melakukan apa yang di perintahkan kak Andrew dan juga menceritakan kepada kakak terlebih dahulu sebelum bercerita ke mama dan papa. Kami keluar hotel pukul 08.30 pagi setelah kami sarapan di cafetaria hotel yang kami tempat saat ini. Lalu papa meminta tolong pada seorang polisi kenalan dari pemilik hotel serta paranormal yang terkenal di puncak untuk mengantar kami ke motel Omah Turu. Dan benar saja, ketika kami tiba di sana, halaman penginapan itu sudah sangat kotor tak seperti pertama kali kami datang. Lampu lampion yang harusnya tergantung di gapura pintu masuk sudah terjatuh di tanah dan sudah hancur. Semak belukar tumbuh hampir menutupi penginapan dan hanya terlihat atap penginapan itu saja. Paranormal dan polisi itu berjalan di depan kami sambil sesekali polisi itu memotong semak belukar yang tinggi dengan kapak yang ia bawa. Kami terus berjalan hingga akhirnya di depan lobi. Kami melihat lobi penginapan itu hancur dan tak berwujud, lalu kami terus berjalan ke arah kamar kami dan menemukan barang-barang kami tergeletak di atas rerumputan dan beberapa baju kami tergantung di dahan pohon yang sangat besar. Kami segera mengambilnya dan mengemasinya.     

Polisi dan Paranormal yang kami bawa berjalan mengelilingi penginapan itu, tiap kamar di dalam sana mereka buka dan menemukan banyak jasad-jasad yang sudah mengering dan beberapa telah menjadi tulang belulang. Polisi itu akhirnya menelepon rekannya di kota dan menyuruh untuk membawa ambulance untuk mengangkut beberapa jenazah yang ia temukan. Paranormal itu terus menyusuri penginapan hingga ia menemukan sebuah ruangan yang berada di lorong yang terdapat sebuah lukisan wajah dari bu Srikandi dan paranormal itu menemukan jasad dari bu Srikandi yang masih utuh namun sudah mengering. Ia melihat tubuh dari bu Srikandi dan paranormal itu berkata jika ia menggunakan susuk cantik dan hidup abadi. Untuk melepaskannya ia harus mengambil barang ghaib yang tanam di halamannya. Hingga akhirnya penyelidikan itu dilakukan hingga selesai dan seluruh jasad yang di temukan di identifikasi dan di kembalikan ke keluarganya agar dapat di makamkan dengan layak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.