The Eyes are Opened

Berkemah : "Turun Gunung" (Part 06)



Berkemah : "Turun Gunung" (Part 06)

2"Woi ada orang yang kasih tanda tuh pake lampu senter!" Teriak salah satu pendaki pria yang berada di pos 2 sambil menunggu kabut yang turun menghilang.     

"Apa itu artinya? Kenapa mereka menyalakan, lalu mematikan lampu senternya?" Ujar salah satu pendaki wanita yang ada di sana.     

"Eh itu sandi morse! Mereka sepertinya meminta tolong atau memberi tahu sesuatu deh! Coba di lihat ke internet arti dari yang mereka kirim!" Ucap pendaki pria tersebut. Dengan cepat mereka mencari arti dan menerjemahkan setiap sandi yang kita buat. Tak lama kemudian, para pedaki yang berada di pos 2 memberikan signal kembali kepada kami sehingga kami dapat berjalan kembali meskipun sangat hati-hati karena kabut yang turun hari itu sangat tebal hingga jarak pandang kami cuman beberapa meter saja ke depan.     

Kami mengirimkan pesan "apakah di dalam pos 2 terdapat orang atau tidak. Jika ada, tolong balas pesan ini karena kami sedang tersesat di tengah-tengah kabut tebal." Hingga akhirnya mereka mengirim pesan kembali dengan berkata " Iya di dalam pos 2 terdapat pendaki lain yang sedang beristirahat karena kabut tebal. Kami akan membantu kalian untuk terus menyalakan lampu senter kami agar kalian dapat mengetahui posisi kami saat ini".     

Hari itu benar-benar hari yang sangat beruntung bagi kami semua. Di tengah-tengah masalah demi masalah yang terjadi selama perjalanan kami pulang sebelum meninggalkan gunung Lawu, kamimasih di lindungi dan di jaga oleh Tuhan. Dimana kami selalu ada orang yang menolong kami di saat kami sedang kesusahan. Seperti dengan hadirnya pak Narto seorang porter yang hendak turun gunung,membantu kami menggendong Via yang sedang pingsan dan belum siuman sedari tadi hingga kami bisa sampai di pos 2. Seekor burung jalak yang datang menghampiri kami dan memberikan obat untuk luka kaki padaku. Serta aji-aji untuk memulangkan bunga yang di ambil Rena saat turun dari puncak tadi pagi, dan sekarang kami di bantu oleh pendaki lain agar kami dapat mengetahui posisi pos 2 supaya tidak ada yang tersesat.     

Hari ini benar-benar hari yang sangat menegangkan bagi kami. Apalagi di tengah kabut tebal yang sedang turun menyelimuti seluruh gunung Lawu sehingga membuat jarak pandang kami sangat terbatas. Dengan banyak akal yang kami lakukan untuk saling menjaga satu sama lain, kami saling mengikat diri dengan sebuah tali yang di kaitkan ke satu sama lain. Untuk melihat 2 meter di depanku saja saat itu aku tak dapat melihatnya dengan jelas. Sangat rentan sekali untuk kami tersesat di tengah kabut yang tebal jika tak mengikatkan diri satu sama lain.     

"Oke anak-anak dan pak Narto! Tolong kalian sebutkan nama kalian satu persatu ya! Sampai kita tiba dan berkumpul di pos 2. Saya nggak mengharapkan untuk ada anggota yang menghilang dari rombongan ini!" Ucap pak Andi yang berjalan di depan.     

"Oke mari kita mulai! Andi!!"     

"Dito!"     

"Angga!"     

"Karin!"     

"Bella!"     

"Claudi!!"     

"Narto dan anak gadis!!"     

"Dyandra!!"     

"Gunawan!!     

"Dani!!"     

"Eka!!"     

Kami mengulang-ulang menyebut nama kami satu persatu sambil mengikuti cahaya lampu yang ada di depan kami. Namun hal ganjil kembali datang pada kami. Ketika kami menyebutkan nama kami sambil berjalan perlahan di tengah-tengah kabut untuk yang ke tiga kalinya, tiba-tiba Dani mendengarkan suara orang lain yang berada di belakang kami yang juga ikut menyebutkan namanya. Suara itu terdengar tidak hanya Dani saja, tetapi pak Eka dan Gunawan juga mendengarnya sangat jelas. Pak Eka yang berjalan di barisan paling belakang pun langsung terkejut dan sempat berhenti sesaat sehingga kami yang berada di depan pun ikut tertarik dan berhenti semua.     

"Wwooiiiii!!! Yang di belakang kenapa berhenti!!" Teriak pak Andi yang berada di depan. Namun saat itu pak eka tak langsung menjawab ucapan pak Andi. Pak Eka tak ingin kami semua merasa takut dan khawatir dengan apa yang di dengarnya.     

"Nggak apa!!! Ini taliku cuman tersangkut dahan pohon! Sudah selesai! Ayo jalan lagi!" Teriak pak Eka.     

Kami kembali menyebutkan nama kami satu persatu kembali dengan nada yang sangat lantang, dan lagi-lagi suara tak di kenal itu kembali muncul dengan nada yang lebih keras dari pada sebelumnya hingga kami semuapun mendengar namanya di sebut. Suara itu menyebut namanya "Bagas". Kami yang mendengarkannya tetap terus berjalan dengan perasaan yang berdebar dan ketakutan. Beberapa kali kami masih mendengar nama itu tersebut hingga kami hampir tiba dengan pos 2 yang kurang beberapa meter di depan kami. Kami mlai melihat ada bangunan pondok dan warung yang berdiri di sana. Dengan cepat kami berjalan menuju pondok tersebut sambil berteriak-teriak pada pendaki yang memberikan bantuan kepada kami. Para pendaki lain yang berada di pondok pos 2 menghampiri kami d tengah jalan sambil melampai-lambaikan tangan mereka untuk memberi tahu kami lebih dekat. Kami akhirnya tiba di depan pondok pos 2 bersama yang lainnya dan berkumpul untuk memastikan rombongan kami selamat semua tanpa ada yang tertinggal satu orang pun.     

"waahhh kalian ini nekat sekali ya! Di tengah kabut tebal di gunung Lawu gini kalian masih melanjutkan perjalanan kalian! Sangat bahaya sekali lho kondisi seperti ini jika di paksakan untuk terus berjalan." Ujar salah satu pendaki pria yang menjemput kami di depan pondok pos 2.     

"Iya kami terpaksa melakakukannya karena kabut tebal juga baru turun sewaktu kami sudah tiga perempat perjalananan ke pos 2 ini, sedangkan rombongan kami beberapa ada yang terkena musibah waktu turun tadi. Jadi kami nggak memungkinkan untuk berhenti lebih lama sebelum matahari terbenam dan hari semakin gelap."Ucap pak Andi.     

"Ow ya perkenalkan nama saya Brian, ini istri saya Josse dan ini rombongan kami, Angel, Lika, Ben, dan Jojo. Kalian sangat beruntung sekali saat memeberi tahu sandi morse itu ada kami di pos 2. Jika tidak kami juga nggak tahu apa yang akan kalian alami di perjalanan ini. Karena banyak sekali pendaki yang menghilang selama perjalanan mendaki atau turun jika ada kabut gunung turun dengan tebal seperti ini. Kami saja sudah dua jam menunggu di pos 2 untuk kabutnya turun setelah hujan tadi. Namun belum turun juga kabutnya, Jadi yaaa.. kami mungkin memutuskan untuk bermalam di sini jika memang kabutnya tidak hilang sama sekali sepanjang malam ini." Ucap Brian. Seorang pendaki yang masih di bilang sangat muda yang memiliki tubuh yang sangat atletis dan terlihat fisiknya sangat baik.     

"Iya kami sangat beruntung sekali hari ini. Kejadian-kejadian yang kami alami tidak ada yang membuat kami terhilang satu orang pun." Ucap pak Andi.     

"Kalian dari mana? Sejak kapan kalian mendaki?" Tanya Josse.     

"Kami dari rombongan anak sekolahan di salah satu kota kecil di Jawa Timur sedang melakukan kamping untuk menyambut hari 17 agustus. Namun kami mempercepat jadwal kepulangan kami,a karena sudah banyak kejadian-kejadian yang kami alami saat berkemah kemarin. Seharusnya besok kami baru turun. Hehehe.."     

"Ohhh rombongan anak sekolahan yang jumahnya sangat banyak itu ya? Makanya saya waktu datang melihat banyak sekali rombongan pendaki yang masih sangat muda dan jarang sekali gunung Lawu ini sangat ramai seperti itu. Tadi kami berpapasan dengan mereka di pos 1 sewaktu kami mau naik dan hari itu baru saja hujan reda. Mungkin mereka sudah berada di basecamp atau sudah keluar dari gunung Lawu. Mereka berpapasan dengan kami sekitar pukul tiga sore tadi." Ujar Josse.     

"Ahhh.. iya itu rombongan kami yang lainnya. Terima kasih sudah memberi tahu kami kondisi rombongan kami yang lain. Kami benar-benar sangat berterima kasih kepada kalian untuk hari ini." Ucap pak Andi sekali lagi.     

"Aaaaahh santai saja pak. Namanya orang itu ya memang harus saling tolong menolong. Kalau nggak mau siapa lagi yang menolong ya nggak? Hehehehe.. Bapak dan murid-muridnya jika ingin menginap di sini bisa menginap di pos bayangan yang itu pak. Itu sebenarnya warung tapi jika hari seperti ini mereka nggak akan membuka warungnya. Jadi bisa di gunakan untuk beristirahat." Ucap Brian sambil menunjukkan sebuah pondok yang tertutup dengan tulisan bascamp di depannya.     

"Ah.. iya terima kasih banyak sudah memberi tahu kami. Kami akan beristirahat di sana sampai kabutnya mulai menipis." Ujar pak Andi.     

"Iya pak.."     

"Uhmmm anu pak kalau boleh tahu, murid yang di panggul itu kenapa ya pak?" Tanya Josse yang sedari tadi memperhatikan Via yang tergeletak lemas di punggung pak Narto.     

"Ohhh.. itu murid saya pingsan namun sedari tadi belum juga siuaman." Jelas pak Andi.     

"Hah!! Kok Bisa pak? Ngel, Angel! Sini Ngel!" Teriak Josse sambil memanggil temannya.     

"Eh, ini ada yang pingsan sampia sekarang belum siuman lho! Coba kamu cek deh. Gue takut anak ini kenapa-kenapa." Terang Josse pada temannya.     

Hari mulai gelap, kabut yang ada di gunung Lawu masih saja belum hilang, membuat kami memtuskan untuk beristirahat sementara di bascamp bayangan yang telah di beri tahu oleh kak Brian. Saat itu aku melihat ke arah jam tanganku sudah pukul 17.30 WIB.     

"Ndra, gimana kaki lu?" Tanya Claudi yang berdiri di sebelah kananku saat kami tiba di pondok pos 2.     

"Uhmmm Udah mulai agak kemeng nih. Tapi nggak sesakit awal tadi sih." Ucapku yang masih berdiri menunggu pak Andi yang masih berbincang dengan kak Brian dan kak Josse.     

"Eh, itu Via mau di apain? Kok kakak yang itu ngecek-ngecek tubuh Via sih!" Ujar Cladi yang penasaran.     

"Nggak tahu juga. Coba kita lihat dari dekat." Ucapku sambil berjalan perlahan mendekati Via yang terbaring di lantai pos 2.     

Kami yang saat itu tak tahu menahu apa yang sedang di lakukan teman dari kak Josse kepada Via, maka kami mendekatinya dan tak lama kami berdiri di sana, kami mengetahui jika salah satu teman dari kak Josse ini adalah seorang dokter. Lalu teman wanita kak Josse setelah memeriksa Via, ia melihat kakiku yang terluka dan terbalut kain syal dengan terkejut.     

"Lho! Kaki mu ini kenapa?" Tanya teman kak Josse yang sudah memeriksa kondisi Via.     

"Ini tadi saya tergelincir di atas kak. Pergelangan kaki saya rasanya bermasalah." Ucapku.     

"Boleh aku lihat?" Tanya kak Angel.     

Ketika kak Angel mengetahui kondisi kakiku saat itu ia semakin terkejut lagi karena tulang pergelangan kakiku bergeser, untungnya tidak ada fraktur yang membahayakan kondisi kakiku. Ia meminta bantuan temannya yang bernama Jojo untuk memastikan luka di kakiku dan mengambil sample obat bobok yang di balurkan di kakiku untuk di teliti leboh lanjut. Kak Angel jug atak lupa meninggalkan kartu namanya untuk menyuruh menghubunginya jika aku memerlukan untuk operasi tulang kaki yang aku alami ini. Ternyata kelompok mendaki kak Brian ini hampir semuanya adalah seorang dokter yang masih aktiv bekerja di salah satu rumah sakit di ibu kota Jawa Timur. Aku saat itu sangat beruntung sekali dan berterima kasih atas kebaikan mereka kepada kami hari itu. Akhirnya setelah kami berbincang dan menanyakan banyak hal tentang luka yang kami alami, kami akhirnya memutuskan untuk tidur di bascamp bayangan hingga esok hari tiba.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.