The Eyes are Opened

Malam Jum'at



Malam Jum'at

2Tak terasa waktu cepat berlalu, baru saja aku merasakan bertemu dengan teman-temanku beberapa saat yang lalu. Kami makan bersama, bercerita dan bercanda bersama. Kini mereka telah kembali pulang ke rumah mereka masing-masing dan kami akan bertemu beberapa bulan kemudian. Hari-hari ku di rumah sakit juga belakangan ini biasa saja, 'mereka' juga nggak menghampiriku lagi selama aku tak menanggapinya. Hari demi hari juga terlewati dengan sanagt cepat hingga aku tak merasa jika esok sudah dekat dengan akhir pekan dalam minggu ini.     

"Waahhh nggak kerasa aku di rumah sakit ini hampir seminggu. Bosan juga ya lama-lama jika harus berbaring terus-terusan. Hmmm.. pengen pulang juga... Mama sama papa kapan balik rumah sakitnya juga?" Ucapku saat sedang sendirian di kamar rumah sakit. Tak ada orang yang datang menjengukku lagi setelah terakhir dari teman-temanku. Kak Dita juga tak dapat ke sini karena perkuliahannya yang sangat padat di semester ini, ia harus mempersiapkan skripsi di semester depan agar ia dapat selesai kuliah lebih cepat, target kakak selama 3,5 tahun. Makanya di semester ini ia mengambil semua mata kuliahnya sehingga kemungkinan kakak tak dapat pulang ke rumah selama liburan nanti.     

Suasana rumah sakit hari ini sangat padat dan ramai, dari pagi hingga sore hari ini banyak pasien yang keluar dan masuk. Tempat tidur di sebelahku pun saat ini juga telah di isi oleh seorang pasien wanita yang baru saja mengalami kecelakaan kendaraan dan membuatnya harus menjalani operasi di kakinya. Ia terluka lebih parah dari pada aku, tulang keringnya patah namun tak sampai melukai kulitnya. Saat ini ia masih terbaring lemah karena efek obat biusnya masih belum hilang. Sudah 4 jam lamanya ia masih tertidur dengan sangat pulas dan keluarganyapun masih belum ada yang mengunjunginya. Aku yang mulai bosan membuka ponselku dan memainkan beberapa game yang ada di ponsel. Selama beberapa menit aku bermain, suasana kamarku biasa saja karena saat itu juga masih sore, masih jam 4 sore, langit di luar jendela masih sangat terang dengan cahaya matahari yang mulai berwarna kuning keemasan masuk menyinari kamarku saat itu. Tak lama kemudian terdengar suara pintu kamar yang di ketuk dari depan dan seorang pengantar makanan masuk sambil membawa tray yang berisi penuh makanan dan snack untuk sore ini. Ia mengantarkan kepadaku sepiring nasi merah dan semangkuk kuah rawon daging yang tercium sangat lezat serta tak lupa buah jeruk di sampingnya dan segelas susu hangat penambah kalsium yang aku butuhkan agar cepat pulih. Pengantar makanan itu terlihat sangat asing bagiku, sepertinya setiap hari petugas pengantar makanan selalu berganti setiap hari. Ia juga tak banyak berbicara maupun tersenyum. Ia menaruh semua makananku di atas meja kecil yang terletak di sebelah kanan tempat tidurku, lalu meninggalkan kamar begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun hanya membungkuk tanpa melihat ke arahku. Aku hanya mengucapkan terima kasih selesai ia mengantarkan makanan dan langsung menyantap makan malam yang sudah tersaji di depanku.     

[Triririring! Tririririiring! Tririririring]     

Suara ponsel dari tempat tidur sebelhaku berbunyi dengan nyaring beberapa kali namun karena ia masih belum sadar, maka ponselnya beberapa kali berbunyi terus menerus tanpa henti.     

"Ih berisik banget sih! Kalau aku bisa jalan juga aku akan angkat teleponnya dan bilang kalau yang di telepon masih dalam kondisi tidur. Lah gimana aku sendiri aja belum boleh turun dari tempat tidur kok! Ughhh agak mengganggu sih! Udah ah, dengerin lagu aja pake head setbiar nggak kedengaran." Gumamku sambil melanjutkan makan malamku.     

Tak lama aku sedang makan sambil menggunakan headset, mama mengagetkanku dengan berdiri di depanku tanpa ekspresi dan tak mengatakan apapun padaku. Mama hanya terdiam dan memandangiku dengan tatapan kosong.     

"Ihh!! Mama ini kenapa berdiri di sana kaya gitu sih! Bikin kaget aja!" Ucapku berlalu dan kembali fokus pada makan malam ku yang sesekali memperhatikan layar ponsel.     

Tanpa aku sadari jika mama yang aku lihat baru saja bukanlah mamaku yang sebenarnya. 'Ia' merupakan jelamaan makhluk halus yang berubah dengan orang yang kita kenal. Lalu selesai makan aku mengangkat kepalaku lagi dan tak melihat mama di dalam kamar, aku mencoba memanggil mama beberapa kali namun tak ada suara yang membalasnya.     

"Mama kemana sih? Kok dari tadi nggak ngejawab aku manggil? Apa ke kamar mandi ya?hmmm sudah ah.. main aja lagi." Ucapku yang masih terus bermain game di ponsel.     

"Ndraaaa!! Ini mama sudah balik lagi sama papa. Kamu sudah makan?" Ucap mama yang baru saja kembali dari hotel dengan membawa beberapa bungkus makanan dan buah serta susu segar.     

"Hmmm?? Sudah kan?? Mama tadi sudah lihat Andra makan gitu lo." Ucapku yang tanpa memperhatikan mama yang benar-benar baru saja datang.     

"Hah? Kapan mama kesini? Mama sama papa lho baru aja datang? Siapa yang kamu lihat nak?" Ucap mama yang semakin curiga denganku.     

"Kenapa ma?" Tanya papa yang masih nggak paham dengan situasi yang sedang terjadi.     

"Oh, di sebelah sudah ada orang yang ngisi?" Bisik papa sambil mengintip dari tirai pembatas kamar yang terbuka sedikit.     

"Huss! Pa! Sini! Jangan asal ngintip gitu ah! Nggak sopan!" Ucap mama sambil menarik lengan papa masuk ke dalam bilik tempat tidurku. Di saat itu aku baru saja sadar jika mama yang tadi aku lihat dengan mama yang sekarang baru datang sangat berbeda. Dari baju yang mereka pakai tadi juag berbeda. Mama yang tadi aku lihat, 'ia' memakai blous putih gading dengan celana panjang hitam. sedangkan mama yang baru saja datang menggunakan kaos oblong dengan menggunakan celana jeans pendek. Aku saat itu langsung terdiam dan hanya memandangi mama yang terus berbicara dengan papa tanpa henti dan sesekali bergurau dengan papa di hadapanku. Aku membayangkan kembali dengan mama yang sebelumnya aku lihat. Hanya terdiam di depan tempat tidurku tanpa bersuara satu katapun.     

"Ndra! Kamu kenapa kok bengong kaya gitu?" Tanya mama dan memandangiku dengan sangat heran.     

"Mama beneran tadi nggak ke sini sebelumnya?" Tanyaku lagi.     

"Hah? Nggak lah! Mama baru aja nyampek kok." Ucap mama sambil berjalan ke kursi dekat tempat tidurku. "Kenapa?" Tanya mama lagi.     

"Beneran mama nggak kesini sore-sore jam empatan gitu? Pake blous putih gading sama celana panjang hitam gitu?"     

"Hah? Mana ada mama punya baju itu?"     

"Mamamu jam segitu ya masih mandi tadi. Orang papa sama mama masih di hotel, masih siap-siap kok itu mau ke sini. Kita nggak ada keluar hotel sendirian. Jam setengah lima baru kami keluar hotel sambil beli makanan dan buah di supermarket sebelah hotel baru ke sini." Ujar papa menjelaskan.     

"Lha terus siapa dong yang kesini? Aku tadi tuh masih makan sambil main game, lalu aku lihat mama berdiri di depanku tapi nggak bicara apapun, cuman berdiri aja nggak ngapa-ngapain. Lalu waktu Andra balik memperhatikan game lagi sambil makan, terus pas sudah selesai makan, barulah Andra sadar kalau mama tadi langsung ilang nggak ada suaranya. Pas datang juga nggak ada suaranya sih." Ucapku dengan ekspresi kebingungan dengan apa yang telah aku lihat.     

"Hayo loh! Siapa Ndra yang datengin kamu tadi! Beneran deh mama nggak bercanda. Mama sama papa ini baru aja sampai." Ucap mama meyakinkan.     

"Lah emangnya tadi ada papa nggak waktu kamu lihat mama pertama kali?" Tanya papa.     

"Nggak. Nggak ada siapa-siapa cuman mama aja yang keliahatan dan berdiri di sini ini." Ucapku sambil menunjuk dimana mama berdiri saat aku pertama kali melihatnya sore tadi.     

Mama dan papa menjadi heran dan mulai khawatir dengan lingkung rumah sakit yang sering di ganggu oleh makhluk halus. Apalagi posisi kamarku sangat jauh dari meja jaga, yang terletak di ujung lorong. Hampir beberapa kamar di sebelahku kosong tanpa ada pasien yang menginap.     

"Aahhh.. sudah lah.. kamu mungkin salah lihat! Makanya kalau makan ya fokus makan! Jangan sambil main game!" Ujar papa mengalihkan pembahasan kami tadi.     

"Kamu mau makan lagi nggak nak?" Tanya mama yang sedang membuka beberapa bungkus makanan berisi nasi goreng hongkong, koloke ayam dan fuyung hai.     

"Wadduuhh kok bauny alebih sedap gini dari pada makanan rumah sakit sih!"Ucapku sambil menelan ludah saat melihat beberapa masakan kesukaanku terhidang di depan mataku.     

"Ya sudah makan lagi aja gih! Biar cepat sembuh harus makan enak yang cukup. Ya nggak ma!" Ujar papa sambil tersenyum kepadaku.     

"Hmmm gitu ya pa.. yayayaya... Ya udah ma, Andra mau. Tapi dikit aja ya!" Teriakku sambil ikut tersenyum melihat papa.     

Suasana malam di bangsal tempat aku menginap selalu sepi dari pada bangsal yang lainnya. Mungkin karena hampir tak ada yang menginap di sini dan hanya sedikit yang terisi. Jam dinding mulai menunjukkan pukul setengah tujuh, dan saat itu aku mendengar suara dari orang di sebelah tempat tidurku memencet tombol untuk memanggil perawat yang sedang berjaga malam ini. AKu hanya melirik ke kiri dimana orang itu berada yang terhalang dengan tirai kamar. Dan benar saja, tak lama kemudian perawat yang berjaga malam ini datang menghampiri wanita di sebelah tempat tidurku, lalu suster itu memeriksa tanda vital dan mengambil infus yang baru untuknya.     

"Baru siuman ya sebelah?" Bisik papa pada mama yang sedang makan.     

"Iya mungkin. Sudahlah makan aja." Ucap mama yang juga berbisik pada papa.     

Detik demi detik terus berjalan hingga tak terasa malam telah tiba. Mama dan papa memutuskan untuk kembali ke hotel dan nggak bisa menemaniku menginap di rumah sakit lagi. Mama sering masuk angin sejak tidur di sini dan membuat papa nggak tega dengan mama yang jadi sakit. Akhirnya terpaksa malam ini aku tidur sendirian di temani dengan pasien di sebelah tempat tidurku. Saat malam tiba, lampu kamar yang berada tepat di atas tempat tidurku selalu kumatikan agar tidak terlalu silau. Di saat itulah beberapa saat kemudian aku merasakan hawa yang berbeda dengan sebelumnya. Seakan ada orang yang sedang melihatku di depan tempat tidur dengan tatapan tajan dan dingin. Udara di kamar juga seketika berubah sangat dingin sampai aku mengira jika pendingin ruangan malam ini sangat dingin dan di tambah suhu di luar yang juga sangat dingin. Aku mengambil selimutku dan menariknya hingga ke dada dan berusaha untuk tetap terlelap tanpa terganggu dengan sekitarku. Saat tengah malam tiba, aku tiba-tiba mendengar suara seseorang yang sedang bersenandung sangat pelan dan lirih. Aku yang mendengarnya langsung membuka mata dan memeriksa sumber suara itu. Namun aku tak dapat menemukan sumber suara itu saat aku mencarinya, karena disaat aku mencari sumber suara itu, suara senandung seketika berhenti. Sunyi senyap yang aku dengar tengah malam itu. Akhirnya aku memutuskan untuk tidur kembali dan terpaksan memasang headset di telingaku agar tidak terganggu dengan 'mereka' yang ingin menggangguku hingga esok pagi datang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.