The Eyes are Opened

Curiga



Curiga

0Mana ada hati seorang perempuan yang tak curiga jika pacarnya tak sungguh-sungguh menjalin kasih dengannya apalagi sampai bermain api di belakangnya. Yap. Ini lah yang sedang ku rasakan sekarang. Rasa curiga yang besar tetapi tak mudah ku ungkapkan. Aku sangat takut dengan kata-kata putus. Apalagi ini adalah pengalamanku pertama dalam menjalin hubungan dengan seseorang. Aku tak tahu harus berbuat apa jika dalam posisi seperti ini. Aku juga tak ingin bertengkar dengannya karena hal yang belum pasti kebenarannya. Hingga satu ketika saat siang hari tepat di jam istirahat pertama, aku mendengar keramaian dari arah lorong yang menghubungkan dengan gedung SMP. Terdengar suara teriakan siswa kelas 3 yang berlarian dari tangga sebelah kelasku hingga depan lorong kelas. Mereka berlarian ke sana kemari sambil beberapa kali berteriak memanggil nama teman-temannya. Beberapa anak dari kelasku yang pertama kali mendengar suara tersebut langsung keluar kelas untuk melihat apa yang sedang terjadi. Ada juga yang menaiki meja untuk melihat dari jendela dan ada juga yang ikutan langsung berlari menuju lorong penghubung untuk melihat secara langsung sedang apa yang terjadi saat itu.     

"Eh apa itu? Kok rame-rame?" Ucap salah satu temanku yang duduk di paling depan.     

"Iya apa o itu kok anak kelas 3 pada lari ke lorong??"     

"Lihat yuk! Lihat yuk!"     

Hampir semua anak di kelasku menjadi penasaran dan melihat apa yang sedang terjadi, sedangkan aku yang saat itu sedang makan di kelas enggan untuk beranjak dari bangku ku dan melihat ke depan.     

"Ndra. Kamu nggak lihat ke depan?" Tanya Linda padaku yang baru saja kembali dari kantin.     

"Nggak ah. Ngapain? Males banget. Lagian aku ya masih makan. Emang ada apa sih?" Ujarku sambil terus melanjutkan makanku saat itu.     

"Nggak tahu itu kenapa. Tapi aku lihatnya sih hebih banget anak kelas 3 IPS deh. Soalnya aku lihat sekilas ada kak Azka tadi di sana.." Ucap Linda lalu duduk di depanku dan membalikkan bangkunya menghadap kepadaku.     

"Eh, masa ada kak Azka?"     

"Iya Ndra. Makanya itu aku tanya kamu apa kamu nggak mau lihat?"     

"Uhmm.. mungkin lagi main-main sama teman-temannya paling.."     

"Lha orang mereka ada yang bawa bucket bunga kok. Sampe ke SMP ngapain coba? Apa ada yang di tembak ya?" Ucap Linda sambil tersenyum membayangkan cewek yang sedang di tembak oleh anak SMA.     

"Uhmm.. ya udah deh aku lihat bentar. Aku nitip makananku ya Lin." Ucapku sambil beranjak dari tempat dudukku dan berlari menuju depan kelas.     

Saat aku melihat ke depan kelas, terlihat di sepanjang lorong depan kelasku sangat ramai dengan anak-anak yang sedang melihat apa yang terjadi pada anak kelas 3 IPS. Aku mencoba melihat pada sela-sela anak yang berdiri di depan kelasku.     

"Eh ada apa sih? Kok heboh banget?" Tanyaku pada Darren yang berdiri tepat di depanku.     

"Aku juga kurang tahu. Tadi sih aku dengar ada yang nembak gitu di SMP. Tapi nggak tahu juga beneran nggaknya.."     

"Ohhh.. gitu.. tapi kok sampe gitu banget ya?"     

"Iya makanya Ndra.. hampir semua anak pada lihatin lho!"     

"Waduh ada Dyandra. Mana nih anak. Kaaaa!!! Azkaaaa!!! Woooiii cepetan balik Kaaaaa!!!" Teriak salah satu anak kelas 3 yang bernama Boy memanggil kak Azka yang masih berada di lorong SMP. Tak lama kemudian, kak Azka keluar sambil berlari sekencang mungkin setelah Boy menyusulnya ke dalam lorong. Ia langsung berlari menuju lantai 2 yang tanpa melihatku sama sekali. Aku langsung kembali ke kelas setelah melihat anak-anak kelas 3 kembali ke kelasnya masing-masing. Ketika aku sedang berjalan kembali masuk ke dalam kelas, aku sekilas melihat kak Azka memandangiku sekilas dari lantai 2.     

"Kenapa Ndra?" Tanya Linda yang baru saja menyelesaikan makanannya saat aku kembali.     

"Nggak tahu. Aku tanya anak-anak yang nonton di depan juga kurang tahu kok mereka. Banyak yang bilang sama kaya kamu tadi Lin. Tapi mereka nggak tahu siapa." Ucapku sambil duduk di bangkuku dan memulai menghabiskan sisa makananku tadi. Aku mengambil ponselku dan melihat di layar tak ada balasan pesan dari kak Azka juga.     

Tak berapa lama kemudian sebelum jam bel istirahat pertama habis, Alex tiba-tiba berlari masuk ke dalam kelas sampai wajahnya memerah seperti kepiting rebus dan terlihat di raut wajahnya sambil tersenyum-senyum.     

"Abis dari mana kamu Lex sampe kaya gitu?" Tanya Ruben yang sedari tadi di dalam kelas sambil main game onlie di ponselnya.     

"Aku abis dari situ seng anak-anak kelas 3 tadi rame-rame. Guendeng ancene anak-anak kelas 3 itu. Sampe nembak anak SMP. Sampe ndek SMP ya heboh terus pintu sambungan yang di SMP di tutup sama pak Joko sekarang. Hahahaha." Terang Alex yang bercerita sangat kencang saat ia tiba di kelas.     

Aku yang mendengarnya langsung ikut bertanya detailnya pada Alex yang saat itu sudah duduk di bangkunya sambil terengah-engah.     

"Lex, emange tadi ada apa sih kok rame banget?" Tanyaku yang penasaran.     

"Itu lho Ndra ada anak kelas 3 di tembak sama anak SMP!" Ujarnya sambil nafasnya terengah-engah.     

"Hah?? Anak SMP nembak anak SMA? Siapa??" Tanyaku lagi.     

"Uhmm.. aku ya gak tahu pasti e sapa.. soal e tadi anak SMA buanyak ngumpul di depan tangga SMP itu.. Ada Azka, Boy, Hendra, Agung, Dimas.. Ya banyak lah.. Aku tadi nggak sempat lihat kelanjutan e soal e ada pak Joko yang datang mengusir kami sewaktu mereka buat keributan. Sampe-sampe pagar yang tembusan e SMP di tutup lantai satu lantai dua." Terang Alex yang bercerita kepadaku.     

Mendengar hal tersebut membuat perasaanku menjadi tak nyaman. Sedangkan kak Azka hingga sekarang masih belum membalas pesan yang aku kirim.     

[Teng-teng-teng-teng!!!!]     

Bel berbunyi tepat pukul 10.00 WIB tanda jam istirahat pertama telah usai dan juga sebagai pertanda jam pelajaran selanjutnya akan di mulai. Aku yang terbayang-bayang dengan cerita Alex serta perilaku Boy temannya kak Azka membuatku semakin curiga. Tetapi aku tak dapat menuduh kak Azka sembarangan karena belum tentu yang menembak saat itu kak Azka. Bisa saja ia hanya membantu temannya yang ingin menembak anak SMP secara anak-anak kelas 3 IPS apalagi anak basket banyak sekali yang di sukai dengan anak-anak SMP saat ini. Sepanjang pelajaran hari ini hingga istirahat ke-3 aku berusaha untuk mengabaikan apa yang telah terjadi tadi hingga akhirnya aku memutuskan untuk membeli makan di warung ayam depan sekolah untuk makan siang bersama Linda.     

"Linnn!!! Kamu makan apa siang ini?" Tanyaku pada Linda yang masih menyelesaikan catatan dari pak Frans guru Fisika di sekolahku.     

"Uhmmm.. makan ayam aja yuk Ndra. Lagi promo katanya di warung depan." Tukas Linda yang dengan cepat menyelesaikan catatannya lalu langsung beranjak dari tempat duduknya dan langsung menggandeng lenganku untuk keluar beli ayam.     

"Kamu tahu dari mana kalau ada promo Lin?"     

"Tadi pas dari kantin lihat di warung ayam itu kok rame banget.. Terus aku nyemperin bentar dari depan ada banner e. Nah itu aku tahunya beli 1 gratis 1. Kan lumayan Ndraaa.. Hehehehehe.." Ucapnya sambil tersenyum tak sabar untuk beli ayam yang sangat terkenal di depan sekolahku itu.     

"Yang benar Lin? Kalau gitu yuk cepetan sebelum tambah rame." Ucapku sambil berjalan lebih cepat dari pada biasanya.     

Ketika sedang berjalan menuju warung ayam, aku melihat Grace dengan temannya yang lain berjalan memasuki sekolah sambil membawa pentol di tangannya. Aku tetap berjalan tanpa menyapanya. Namun ia yang melihatku langsung menyapaku.     

"Ceeee!! Haiii!!" Teriaknya sambil melambaikan tangannya.     

"Oh iya Grace.. Haiii!" Balasku sambil tersenyum. Ia berlari kecil meninggalkan temannya dan menghampiriku.     

"Ceee.. dari mana?" Tanyanya saat berada di depanku.     

"Oh.. ini aku mau ke warung ayam sama temanku. Uhmmm bentar ce.. aku tanya sesuatu boleh?"     

"Mau tanya apa ya Grace? Penting ta?"     

"Uhmm.. Ndra aku belikan aja ya? Kamu tunggu di sini ya?" Ucap Linda yang nggak enak setelah mendengar Grace berbicara padaku.     

"Eh nggak apa ta Lin?" Tanyaku pada Linda yang sudah berjalan pelan menuju warung ayam.     

"Iya nggak apa. Nanti uangnya paroan aja ya.."     

"Okeee.. thanks Lin.."     

"Jadiii.. mau ngomong apa Grace?" Tanyaku langsung pada Grace setelah Linda meninggalkanku.     

"Uhmmm.. aku mau tanya, cece pacaran sama ko Azka sudah berapa lama?"     

"Kenapa emang e?"     

"Nggak apa ce.. mau tanya aja.."     

"Baru satu bulan lebih. Apa o?" Tanyaku yang semakin curiga pada Grace.     

"Nggak apa ce.. Soalnya kan aku tahunya ko Azka itu jarang banget mau pacaran sama anak yang satu sekolah sama dia. Biasanya selalu pacaran dari sekolah lain. Pernah ada pacarnya yang dari luar kota malah."     

"Terus? Apa maksudmu bertanya kaya gitu sama aku? Dan apa maksudmu bercerita kaya gitu? Apa ini berkaitan dengan anak yang di tembak tadi di SMP?"     

Grace yang mendengar pernyataanku seketika terkejut dan langsung tak dapat berkata apapun. Ia sempat terdiam beberapa saat dan akhirnya mengakhiri pembicaraan saat itu juga.     

"Nggak kok ce.. Hehehehe.. ya sudah ya ce.. aku balik dulu.. Makasi ya cee.. byyeeee.." Ucapnya meninggalkanku sambil berjalan ke arah temannya yang masih menunggunya di depan parkiran sepeda.     

"Kenapa sih tuh anak? Kok nggak jelas banget. Kaya ada sesuatu yang di tutupi deh. Udah ah, aku nyusul Linda aja." Gumamku sambil berjalan menuju warung ayam untuk menjemput Linda.     

"Ndraaaa!!!" Teriak Linda yang sudah keluar dari warung ayam dan membawa dua bungkus nasi ayam di tangannya serta minuman cola di tangan satunya.     

"Eh, dapat minum juga Lin?" Ucapku sambil mendekatinya dan membantu membawa minuman dari tangannya.     

"Iya. Dapat minumannya lumayan kaannnn... Hehehehe.. Yuk lah balik. Ow ya Ndra, aku tadi seklias lihat kak Azka ada di sana. Tapi nggak tahu sama siapa juga.. Ketutupan badannya soalnya."     

"Ow ya?"     

"Iya. Eh, tapi sebenarnya kalian itu pacaran tapi kok kaya nggak pacaran sih?"     

"Hahahahahaha.. Yaa.. aku nggak terlalu gimana sih Lin.. Lagi pula kita masing-masing punya kegiatan masing-masing. Jadi ya.. aku nggak terlalu kaya orang-orang gitu yang harus 24 jam nempel, ketemuan terus.. Uhmm.. agak risih sih bener e apalagi satu sekolah. Hehehehe.."     

"Iya juga sih.. Tapi apa kamu nggak khawatir kalau kak Azka selingkuh atau main di belakangmu?"     

"Hmmm.. kalau di bilang khawatir sih ya khawatir Lin.. Tapi kalau dia kaya gitu.. ya sudah.. mau gimana lagi.. Berarti bukan jodohku aja.. Hehehe.."     

"Heeeeee.. nih anak malah ngomong santai kaya gitu. Kalau kejadian beneran awas aja sampe nangis gulung-gulung lho! Aku ingetin ya Ndra. Jaman sekarang itu cowok modal tampang itu banyak banget godaannya. Apalagi kaya kak Azka gitu. Udah cakep, atlet basket, kaya lagi. Pasti banyak godaannya Ndra.." Ucap Lina yang mengingatkanku sambil berjalan menuju kelas dan kami akhirnya makan bersama siang itu sambil menunggu jam istirahat yang panjang berakhir.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.