The Eyes are Opened

Curiga (Part 02)



Curiga (Part 02)

1[Drrtttt! Drrrtt! Drrrtt!!]     

Terdengar suara ponselku bergetar, segera aku mengambil ponselku yang aku taruh di laci meja dan melihat siapa yang mengirimkan pesan padaku.     

"Alex? Tumben dia ngirim pesan? Ada apa ya?" Gumamku sambil membuka pesan yang di kirim Alex saat itu.     

Aku terdiam melihat pesan gambar yang di kirim Alez saat jam istirahat ke tiga setela selesai makan. Aku beberapa kali mengehmbuskan nafas panjangku sambil tak habis pikir dengan apa yang aku lihat saat ini. Lalu aku mengirim pesan pada Alex kembali,     

13.25 ["Lex, kamu dapat foto ini dari mana? Kamu lagi di warung ayam depan sekolah ta?"]     

13.28 ["Iya Ndra! Aku pas lihat itu ya kaget kok. Maka e aku langsung kirim ke kamu fotonya. Maaf lho Ndra. Nggak maksud aku membuatmu marah. Tapi aku cuman mau kasih tahu aja kalau pacarmu lagi makan berdua sama cewek lain, dan itu anak SMP lagi."]     

13.29 ["Oke Lex. Nggak apa. Makasi ya infonya."]     

Hari ini terasa sangat melelahkan. Baik itu karena tugas dan pelajaran yang sangat berat aku terima hari ini, tetapi juga kak Azka yang main belakang. Aku yang mengetahuinya tak dapat menegurnya meskipun aku memiliki bukti foto tapi aku tak tahu di balik foto itu ada apa. Aku berusaha untuk berpikir jernih agar tak tersulut emosi. Aku melihat ponselku kemblai dan melihat tak ada satu pesan sama sekali dari kak Azka untukku. Tak biasnya dia seperti ini. Ya memang sih, jika kami tak dapat mengeskpos hubungan kami di sekolah, di samping aku masih malu-malu, kak Azka sendiri juga tak ingin mengumbar hubungan kami di lingkungan sekolah.     

"Aku harus gimana ini?" Gumamku sambil beberapa kali melihat foto yang di kirim Alex. Melihat foto itu sudah jelas sekali jika kak Azka yang mendekati anak itu terlebih dahulu.     

"Kok keliahatnnya anak itu kaya Cindy ya? Abisnya Alex foto dari belakang ceweknya sihh.. Jadi nggak lihat dari depan." Gumamku sekali lagi.     

"Apa aku coba untuk tanya kak Azka ya? Aku telepon aja deh." Ujarku.     

[Trrrrrr...Trrrrrr...Trrrrrr...Trrrrrr..]     

["Haloooo.. Ya non.. Ada apa?"]     

["Ah, nggak apa ko.. Kamu lagi dimana?"]     

["Oh, ini lagi makan sama anak-anak. Kamu sudah makan ta?"]     

["Sudah tadi beli ayam di waurng depan."]     

["Lho iya ta? Kok Aku nggak tahu?"]     

["Aku tadi nunggu di depan, temanku yang antri belikan. Kamu makan sama sapa aja?"]     

["Ini sama Boy sama Hendra. Ini juga aku lihat temanmu Alex juga. Iya bener kan Alex itu teman sekelasmu yang anak e gendut itu lho non."]     

["Iya. Alex itu temanku. Ya udah ko.. Makan o dulu.. "]     

["Iyaaa.. byeee.. nanti pulang sekolah aku anterin yaaa.."]     

["He'em.. Byeee ko.."] Ucapku sambil mengakhiri percakapan saat itu. Seketika saja moodku langsung menjadi sangat buruk sekali. Aku menjadi malas sekali bertemu dengan kak Azka dan rasanya ingin cepat-cepat pulang ke rumah.     

[Teng!Teng!Teng!]     

Bel tanda istirahat terakhir telah usai. Beberapa anak berlarian memasuki kelas dan kembali ke tempat duduk mereka. Pelajaran terakhir pun berlangsung. Untungnya pelajaran terakhir kali ini adalah pelajaran kesenian musik. Jadi membuatku moodku membaik sedikit.     

"Sore anak-anak!" Teriak pak Putut yang memasuki kelas sambil membawa alat musik ke sukaannya yakni gitar.     

"Sore paakkk..." Ucap kami bersamaan.     

"Oke, hari ini ayo kita keluar kelas dan bermain musik di ruang musik. Hari ini kita belajar untuk bermain musik dan membentuk band. Oke?"     

"Yeeeaayyyyy!!!" Teriak anak satu kelas sambil bersiap-siap untuk keluar kelas. Kami semua berjalan menuju halaman sekolah dan terus berjalan hingga ke depan sebuah gedung yang berada di tengah-tengah halaman sekolah. Yap ruang musik sekolah kami terpisah dari gedung sekolahan karena digunakan bersama baik itu anak SMP maupun anak SMA. Jadi gedung musik sekolah ku terletak di tengah-tengah kedua gedung di sekolahku.     

Beberapa anak yang memang sudah pandai bermain musik langsung mengambil alat musik yang diinginkan untuk main. Beberapa yang lain melihat mereka memainkan alat musik yang ada. Di saat aku sedang duduk sambil menikmati teman-temanku yang memainkan lagu yang sudah di arahkan oleh pak Putut, terlihat kak Azka dengan beberapa temannya keluar kelas sambil berjalan mengelilingi sekolah dan langsung berlari menuju lapangan basket. Awalnya kak Azka tak mengetahui jika kelas yang sedang berada di ruang musik itu kelasku, tetapi beberapa saat ketika pak Putut melihat anak-anak kelas 3 bermain basket di lapangan, pak Putut langsung menghampiri mereka.     

"Woi!!! Kalian ini sudah kelas 3 malah main terus! Nggak ada pelajaran emangnya?" Tanya pak Putut di depan kak Azka.     

"Nggak ada pak. Pak Ali kan lagi dinas lagi tadi siang, jadi kami nggak ada kelas. Hehehe.. Lagi ngajar kelas berapa pak?" Tanya kak Azka yang terlihat penasaran.     

"Kelas 10. Apa o Ka? Kamu mau ikut kelasku aja ta?"     

"Nggak pak. Enak main basket. Hahahahaha.. Pak, aku lihat ae yo.. Kok enak main musik e anak-anak kelas e bapak."     

"Yo jelas laaahhh.. Itu anak didikku pinter main musik semua. Nggak kaya kamu Kaaa... Azkkaaa.. Hahahahahaa.." Ucap pak Putut sambil berjalan dengan kak Azka menuju ruang musik.     

Di saat itulah kak Azka melihatku yang tengah duduk di ujung ruang musik sambil belajar memetik senar gitar yang di ajarkan Andhika. Melihat itu terlihat wajah kak Azka yang sedikit cemburu dan ia mulai ngeledekin aku di saat itu juga.     

"Bisa ta kamu Ndra? Guaya e main gitar." Ucapnya sambil tersenyum namun tatapannya terlihat cemburu denganku. Aku yang mendengar suaranya langsung berhenti dan menoleh ke arah pintu ruang musik, terlihat kak Azka berdiri di depan ruang musik bersama pak Putut sambil membawa bola basket miliknya.     

"Lho kamu kenal Dyandra ta Ka?" Tanya pak Putut yang terheran saat kak Azka meledeki ku.     

"Iya kenal lah pak.. Hehehehe.." Jawabnya sambil tersenyum dan matanya terus melihat kearahku.     

"Lho pak, Azka ini pacaran sama Dyandra lho pak." Timpal Alex yang ada di dekat pak Putut saat itu.     

"Lho iya ta Ka? Sejak kapan?"     

"Sssttt.. wes pak.. wes pakkk.. sini ae pak.. ojok banter-banter nek ngomong. Nggak enak di dengar sama yang lain e. Kamu juga lex ojok melok ae nek nggak tahu apa-apa." Ujar kak Azka sambil menggandengan lengan pak Putut menjauh dari depan pintu ruang musik agar tak menjadi perhatian anak-anak yang lainnya.     

Di saat itulah kak Azka menceritakan hubungan kami kepada pak Putut jika ia memang sedang dekat denganku, namun ia tak berani berkata jika kami sedang berpacaran. Ia tak ingin jika hal itu menjadi gosip di kalangan guru yang lainnya yang mengenal baik dengannya. Lalu ia kembali bermain basket bersama dengan teman-temannya sampai kelas musikku selesai. Ia menungguku di depan ruang musik sambil bermain bola basketnya/     

"Lho, kok kamu di sini ko? Nggak masuk kelas?" Tanyaku yang terkejut melihatnya di depan ruang basket sendirian.     

"Iya nungguin kamu lah non.. Mau balik kelas kan?"     

"Iya. Kan bentar lagi mau pulang. Jadi ya mau balik laahh mau kemana lagiii. Hahahaha.."     

"Nggak mau di sini sama koko? Hemm??"     

"Iiihhh.. apa'an sih kamu ko.. Kok genit. Hahahaha.. Udah nanti aja ya.. Ow ya, aku nggak bisa pulang sama kamu. Aku sudah di tunggu anter jemputku. Tadi kelupaan bilang soalnya. Kalau kamu mau ya kamu ke rumah aja nanti. Ada yang pengen aku omongin juga. Udah ya ko.. Aku balik kelas dulu. Nggak enak di lihatin anak-anak." Ucapku dingin sambil berjalan meninggalkan kak Azka sendirian, lalu berjalan mengikutiku dari belakang.     

"Non! Jam berapa kamu di rumah?" Tanyanya dari jauh sambil mengikuti ku.     

"Aku langsung pulang ke rumah kok. Nggak kemana-mana. Ya nanti kamu langsung atau pualng dulu ya nggak apa, aku tunggu di rumah." Ucapku sambil berlalu dari padanya.     

"Waduh.. kenapa ya Dyandra tiba-tiba kaya gini? Masa dee tahu aku makan sama Cindy tadi?" Gumam kak Azka setelah aku berjalan lebih jauh darinya dan ia langsung saja kembali ke kelasnya. Ia dengan cepat menghapus segala pesan dari Cindy dan panggilan yang masuk atau keluar agar aku semakin tak curiga dengan perilakunya yang juga menjalin hubungan dengan Cindy anak SMP.     

Perasaanku semakin nggak enak, dan terasa sekali jika firasatku benar jika kak Azka bermain belakang dari ku. Ia banyak menutupi apa yang sedang ia lakukan tadi. Saat bel sekolah berbunyi dengan cepat aku langsung keluar sekolah sebelum kak Azka melihatku. Aku saat itu benar-benar nggak ingin bertemu dengannya di sekolah. Aku nggak mau jika aku sampai emosi di sekolah dan semua anak melihatku. Sangat memalukan jika aku sampai mengalami hal itu di sekolahan. Aku berlari menuju gerbang sekolah dan langsung menemui pak Daud.     

"Pak ayo pak pulang sekarang!" Ucapku sambil langsung menaiki sepeda motor dengan cepat dan terlihat kak Azka yang terlihat tadi mencariku dan ia menemukanku sudah keluar sekolah dan berjalan menuju ke rumah.     

"Ko Azkaaaa!!! Kok cepet banget sudah mau pualng?" Teriak Cindy yang sedang menunggu kak Azka di pos satpam.     

"Lho kamu belum pulang me?" Tanya kak Azka sambil menghampiri Cindy di pos satpam.     

"Belum kan aku nunggu kokoku sekalian. Jadi ya belum pulang. Nanti nggak mau ke rumahku ta ko?"     

"Nggak isa me nanti ini.. Aku ke mau ke temenku. Udah dulu ya me.. Bye.." Ucap Azka sambil berlalu membawa sepeda motornya melaju kencang meninggalkan sekolah.     

30 menit kemudian setelah aku tiba di rumah dan baru saja selesai mandi. Tiba-tiba aku mendengar suara sepeda motor kak Azka yang berada di depan rumahku. Saat itu mama sedang keluar dan hanya ada aku saja di rumah. Mendengar hal itu aku langsung menuruni anak tangga dan keluar untuk menemui kak Azka yang sudah ada di depan pintu sambil menungguku keluar rumah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.