The Eyes are Opened

Akhir dari Sebuah Hubungan (Part 05)



Akhir dari Sebuah Hubungan (Part 05)

0"Hmmm.. bener nggak ya tindakanku sekarang? Aku bener-bener nggak tahu harus cerita pada siapa. Meskipun kak Andrew bilang kaya gitu tadi, tapi.. aku selalu merasa ia membohongi ku setiap aku membahas tentang hal seperti ini. Yahhh.. ini bukan pertama kalinya ia membohongiku masalah cewek lain. Gimana kalau dia benar-benar memutuskanku? Apa aku yang harusnya memutuskannya karena sikapnya? Aarrrgghhh!!! Aku harus gimana?? Hati seperti apa yang harus aku siapkan saat ini? Benar-benar kacau dan membuat gelisah hubunganku sekarang. Yayayaya.. Aku tahu jika memang hubunganku ini nggak akan lama. Tapi kok terasa sakit ya.. Hmmm.. oke.. Aku harus siap mendengar setiap apa yang ia ucapkan nanti. Nggak boleh nangis, nggak boleh terlalu emosi yang berlebihan. Kamu harus kuat Ndra. Toh ya emang dari awal kamu tahu jika kak Azka nggak benar-benar menyukaimu." Gumamku dalam hati saat aku memikirkan semua hal yang terjadi padaku beberapa hari ini. Aku berusaha tegar atas semua yang aku ketahui. Aku juga berusaha kuat dan nggak cengeng ataupun manja pada seseorang di saat tak ada orang yang mampu memelukku dan membuatku merasa tenang lagi. Aku di sini sekarang merasa sendirian tak ada orang yang benar-benar peduli. Sahabatku sendiri saja sudah menjerumuskan ku pada hal yang membuatku hancur dan sakit hati pelan-pelan. Sekarang pacar pertamaku.     

"Hehehe.. Kok konyol gini ya rasanya. Baru juga pertama kali pacaran. Yang aku harapkan itu sebuah kenangan indah yang aku dapatkan selama pacaran. Tapi boro-boro kenangan indah yang aku dapatkan, malah kenangan pahit dan menyakitkan yang aku tahu di balik perilakunya selama ini. Hehehehe.. Kemampuan yang memang sangat berguna di saat seperti ini. Tapi juga menyesakkan hati ya.. Hahahaha.. Haaaahhhh.. udah lahh.. Toh juga sudah terjadi semua. Yukk!! Kamu bisa Ndra!! Semangat!!!" Gumamku yang terus aku pikirkan. Sambil melamun di tengah pelajaran sekolah yang tengah berlangsung. Hingga aku tertinggal beberapa materi yang harusnya aku catat. Rasanya hari ini benar-benar akan menjadi hari terburukku ya belakangan ini dan beberapa hari kedepan. Keliahatan kok langitpun terasa sangat suram jika dilihat. 'Mereka' yang biasanya berkeliaran di sekitarku juga saat ini menjauh. Hanya berani melihatku dari jauh.     

"Waahhh.. Seburuk itu ya aku sekarang. Apa auraku juga sangat jelek ya? Kerasa banget teman-temanku enggan banget deket-deket aku belakangan ini. Hahahaha.." Bisikku pelan saat aku duduk sendirian di mejaku.     

[Teng! Teng! Teng! Teng!]     

Bel istirahat ke dua telah berbunyi. Beberapa anak mulai enggan untuk ke kantin di saat seperti ini. mereka lebih memilih mengerjakan tugas yang belum selesai ataupun hanya bermain-main di kelas. Aku yang mengetahui hal itu langsung segera membuka ponselku.     

11.35 ["Ko dimana? Kamu sudah di depan perpus belum?"]     

11.36 ["Iya ini aku otw"]     

Melihat balasan dari kak Azka saat itu, aku langsung bangkit dari tempat dudukku dan berjalan menelusuri lorong kelas hingga menaiki tangga untuk menuju ke perpustakaan. Terlihat kak Azka yang telah menungguku duduk di depan koridor perpus sambil bermain dengan ponselnya. Ia melihatku dari jauh saat aku masih berjalan mendekatinya. Dengan tatapan dingin ia melihatku tanpa ekspresi satupun yang nampak di raut wajahnya. Akupun berjalan mendekatinya tanpa berekspresi sedikitpun.     

"Ada apa non?" Tanyanya padaku saat aku mendekatinya dengan nada yang sangat dingin.     

"Nggak apa. Pengen ketemu aja. Kenapa? Nggak suka?" Jawabku dengan nada yang dingin juga. Kami duduk di depan koridor perpus yang sangat sepi dan hampir tak ada anak yang melewatinya. Duduk sambil melihat langit yang terlihat sangat cerah dan berwarna biru. Angin sepoi-sepoi menemani kami yang duduk terdiam beberapa saat di sana. Hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya padanya.     

"Ko, coba lihat ini sebentar." Ucapku sambil melihatkan padanya video yang aku peroleh dari Leni.     

Ia menerima ponselku dan melihat video itu. Ia sangat terkejut saat pertama kali melihatnya hingga ia mulai terlihat sangat kesal dan akhirnya ia tak melihat video itu sampai selesai. Ia memberikan ponselku dengan ekspresi yang mulai marah namun terlihat ia masih menahannya.     

"Kamu dapat video ini dari siapa?!"     

"Nggak perlu tahu aku dapat video ini dari siapa. Aku cuman ingin kejelasanmu tentang ini? Apa maksudmu?"     

"Apa maksud mu?!! Kan kamu bisa lihat sendiri di video itu!! Aku nggak ngapa-ngapain!! Lagi pula aku cuman mengembalikan buku komik yang aku pinjam!! Kamu lihat kan aku bawa kantung plastik?? Itu aku mau kembalikan bukunya!! Aku nggak ada apa-apa!!" Ucapnya dengan nada yang muali meninggi.     

Aku hanya terdiam seakan semua sudah terbaca dari awal. Saat itu memang aku tak menangis ataupun ikut terpancing emosinya yang tak suka jika apa yang ia lakukan di belakangku beberapa hari ini akhirnya ketahuan.     

"Ngapain kamu marah ko? Aku lho nggak tuduh kamu apa-apa. Aku cuman minta kejelasan dari kamu aja kok. Kalau nggak ya nggak usah kaya gitu. Kalau kamu sampai marah karena hal seperti ini, berarti memang kamu ada apa-apa dengan anak itu." Ucapku dengan nada dingin dan melihat dalam kedua matanya yang tak berani menatapku.     

Sangat terlihat jelas sekali di dalam mata kak Azka saat itu. Ia terlihat sangat malu dan tak terima jika ada orang lain yang mengetahui perbuatannya saat itu. Apalagi di dalam video itu terlihat sangat jelas jika kak Azka memeluk anak perempuan itu dan memojokkannya di pagar pembatas tangga.     

"Udahhh.. nggak usah bohong ko.. Aku sudah tahu semuanya sebelum kita menjalin hubungan kok. Jadi nggak perlu kamu sembunyikan lagi. Hmmm... Sekarang kamu maunya gimana ko sama hubungan ini?" Tanyaku dengan tatapan ke lantai dan masih menahan emosiku saat itu.     

"Aku juga nggak tahu."     

"Terus kalau kamu nggak tahu, apalagi aku? Kasih aku kejelasan atau aku yang memberikanmu kejelasan atas hubungan ini?"     

"Oke, kasih aku waktu buat berpikir. Tetapi sebelum itu aku minta maaf atas sikapku sama kamu non. Kamu mau kan maafin aku?"     

"Hmm.. aku nggak tahu ko. Oke. Aku akan kasih kamu kesempatan buat kasih kejelasan buat semua ini. Aku balik kelas dulu ya ko. Makasi waktunya." Ucapku sambil beranjak dari tempat duduk itu dan langsung berjalan menuju kelas.     

Dengan tatapan kosong yang nggak tahu harus bagaimana saat itu. Rasa menyesal datang saat aku tak dapat bersikap tegas atas perilakunya yang membuatku sakit hati. Aku terus berjalan tanpa melihat sisi kanan dan kiriku hingga tak sadar aku hampir saja menubruk Chen Li yang saat itu berpapasan denganku di depan tangga. Aku tersadar jika sedari tadi aku tak memperhatikan jalanku dan terus melamun.     

"Ah! Sori-sori." Ucapku pada Chen Li saat itu. Ia terus memperhatikanku dan langsung menaiki tangga setelah aku menghindar darinya.     

Tak lama kemudian, bel istirahat ke dua berbunyi menandakan jam istirahat telah usai. Aku langsung berjalan menuju ke kelasku yang sudah ramai dengan anak-anak yang bermain di kelas. Aku langsung duduk di bangkuku, terdiam dengan wajah yang terlihat masih melamun dan hati yang masih merasakan sakit, serta pikiran yang masih nggak percaya dengan apa yang telah terjadi. Aku duduk termangu hingga tak sadar Leni telah duduk di depanku sambil menatapku sangat dekat dengaku. Ia melambai-lambaikan tangannya padaku, namun aku tak meresponnya. Hingga akhirnya ia membuatku terkejut saat ia menggebrak mejaku dengan keras. Hingga seluruh anak di kelaspun ikut terkejut dengan sikapnya. Aku sampai berjingkat saat ia menyadarkanku dari lamunan yang panjang itu.     

"Woi!!! Ngelaum siang-siang!! Awas kesambet lho!! Hehehehe.."     

"Makasi ya Len sudah bangunin. Hahahaha.. Kalau nggak benar-benar aku sudah kesambet dari tadi."     

"Waahhh Ndra kalau kamu ke sambet ya aku nggak mau ikut-ikutan. Mending aku kabur dari pada kena juga. Hahahaha.. Eh, gimana reaksinya si Azka setelah lihat video yang aku kasih tadi? Kalian sudah bicarakan kan?"     

"Iya sudah. Barusan aja tadi pas jam istirahat ngobrol sama ko Azka."     

"Ohh... makanya kok kamu tiba-tiba ngilang. Biasanya ada di kelas kok nggak ada. Terus-terus gimana reaksinya?"     

"Uhmm.. Dia marah saat lihat videomu. Hahahaha.. Lalu dia juga nggak kasih kepastian kok. Malah minta maaf. Nggak ngaku juga."     

"Terus kamu putusin dia?" Tanyanya dengan penasaran yang masih duduk di bangku depanku. Aku menjawabnya dengan gelengan kepala dan tak memberikan jawaban sepatah kata pun pada Leni.     

"Hah? Yang bener Ndra?! Harusnya kamu putusin cowok kaya gitu!! Nggak perlu tungguin atau bertahan dengan cowok macam kaya gitu! Kalau aku jadi kamu ya sudah aku tendang dari awal sejak ketahuan Ndra! Nggak peduli sama cowok macam kaya Azka b*ng**t kaya gitu! Cowok nggak cuman dia aja kali! Bisanya nyakitin hati cewek tapi nggak tahu diri! Ngganteng banget ya nggak lho padahal. Kaya banget ya nggak lho! Gayanya aja selangit! Sebel deh aku jadinya."     

"Hahahahaha.. Thanks ya Len sudah mau marah-marah demi aku gara-gara cowok itu. Hahahahaha.."     

"Naahhh.. gitu dong.. senyum dikit. Masa dari pagi sudah ngelamun, sudah muka bete terus. Aku sedih lihatnya kamu kaya gini terus. Bisa-bisa gila lho Ndra."     

"Hahahaha.. ya nggak lah... cuman ya.. memang nggak habis pikir sih.. Masih nggak percaya juga dengan apa yang sudah terjadi selama ini. Makasi banyak yaaa.. Eh, itu gurunya sudah masuk."     

"Semangat ya Ndra!" Ucap Leni saat meninggalkan tempat dudu di depanku sambil menepuk pundakku.     

Sejak Leni menyemangatiku siang itu, aku dapat kembali fokus pada pelajaranku siang itu hingga akhir. Saat jam makan siang istirahat ke tiga pun aku berjalan ke pos satpam untuk mengambil makan siang yang di bawakan mama, aku berjalan sendiri menuju pos satpam dan lagi-lagi saat aku masih berjalan di halaman sekolah, aku melihat Chen Li dengan kedua temannya yang baru saja kembali dari warung ayam depan sekolah. Aku langsung memalingkan pandanganku dan di saat yang bersamaan, ia terus memperhatikanku sampai aku sudah berjalan lebih jauh lagi.     

"Kenapa sih tuh anak? Kok terus-terusan melihatku kaya gitu? Emang ada yang aneh ya sama aku? Tapi kenapa nggak pernah bilang apapun juga? Kan aneh?? Udah ah, cepat ambil nasinya, lalu langsung cepat-cepat makan." Gumamku sambil mendekati pos satpam yang sangat ramai dengan anak-anak yang juga mengambil makan siangnya.     

Ketika aku hendak kembali masuk ke dalam sekolah, aku melihat ko Azka bersama Cindy terlihat makan berdua di warung ayam. Mereka terlihat dari cermin warung yang sangat besar dan memantulkan bayangan mereka yang bersembunyi di balik pilar. Aku berdiri sejenak sambil melihat mereka berdua dari kejauhan, dan saat aku masih memperhatikan mereka, ko Azka langsung menyadarinya melalui cermin yang terpasang di depannya. Dan langsung saja ia berbalik melihat ke arahku. Aku langsung meninggalkan tempat itu tepat sebelum ko Azka berbalik badannya. Rasa kecewa yang aku ketahui saat itu semakin bertambah dan nggak tahu bagaimana mengatasinya. Hingga akhirnya aku memutuskan nggak menghubungi kak Azka saat itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.