The Eyes are Opened

Kesurupan



Kesurupan

2Siang itu tepat di hari jum'at di seluruh sekolahku terjadi keributan sehingga membuat seluruh anak di kleas seektika langsung keluar dan melihat serta menghampiri ke kelasku. Terdengar suara teriakan histeris yang berasa dari kelasku. Teriakan bukan hanya dari satu anak, melainkan beberapa anak. Aku yang saat itu tepat di luar kelas untuk membeli makan di kantin melihat halaman SMA yang di penuhi beberapa temanku dan anak dari kelas lain berhamburan di sekeliling taman sekolah. Aku melihat dengan kebingungan apa yang telah terjadi hingga mereka terlihat ketakutan serta shock dari raut wajah mereka. Hingga aku hendak mendekati kelasku, tiba-tiba saja Karin menarik lenganku saat aku melewati di depannya dan aku tak menyadarinya. Aku terus melihat ke arah kelasku yang di penuhi beberapa anak lainnya yang melihat dari jendela kelas serta beberapa guru yang mengamankan anak-anak yang lain agar tidak melihat dari dekat. Semua tampak kacau dan sangat riuh. Sampai-sampai anak kelas 2 yang tadinya di dalam kelas, mereka sampai keluar kelas semua dan melihat dari balkon lantai dua.     

"Andra! Kamu jangan ke sana. Di sini saja sama kami." Ucap Karin yang menarik lenganku dan menyurukku untuk duduk di sebelahnya.     

"Emang itu kenapa sih Rin? Kok ada anak yang teriak-teriak kaya gitu dari kelasku?"     

"Katanya sih Reina sama dua temanmu yang ada di kelas kena kerasukan. Aku juga nggak tahu. Tadinya aku di kelas terus tiba-tiba dengar suara teriakan gitu. Makanya aku langsung keluar, kebetulan kak Andrew juga ada di warung ayam depan jadi aku suruh kesini deh." Jawab Karin sambil menyender di pundakku.     

"Itu temanmu apa punya 'penjaga' di tubuhnya? Tanya kak Andrew tiba-tiba.     

"Ah, apa kak? Kak Andrew lagi tanya ke siapa?" Tanyaku sekali lagi saat sedang memperhatikan sekeliling.     

"Ya kamu lah Ndra. Orang aku bilangnya temanmu kok. Mau tanya siapa lagi?" Jawabku.     

"Ya kan Karin pacarmu itu juga temannya dulu. Hahahaha.."     

"Yayayaya.. terus gimana pertanyaanku? Ada ya?"     

"Iya. Dia ada 'penjaga' di tubuhnya. Kenapa emangnya kak?"     

"Apa wujudnya seorang perempuan yang sangat cantik pakai baju adat bali berwarna hijau dengan selendang kuning di pingganggnya, dan menggunakan mahkota emas di kepalanya?"     

"Ah, iya benar. Kenapa kak emangnya?" Tanyaku penasaran pada ucapan kak Andrew.     

"Ya karena dia punya 'penjaga' terus di juga sering melamun, ada lubang dalam tubuhnya yang membuat hantu-hantu di sekolah itu tertarik sama dia. Seakan temanmu itu jadi 'wadah' yang menarik untuk di tempati. Makanya ketika energi yang ada pada 'penjaga'nya itu melemah, para hantu di sekitar sekolah langsung merampasnya. Kaya kucing bertarung untuk dapetin pindang enak gitu. Yahhh.. singkatnya gitulah.. Dan juga ke dua temanmu yang lainnya yang juga kerasukan itu kena dampaknya aja, karena jiwa mereka lemah banget dari pada teman-temanmu yang lain." Jelasnya.     

"Ohhh.. gitu ya.. tapi omong-omong orang kerasukan itu kok bisa ya? Aku yang ngelamun aja nggak pernah kerasukan kok. Tapi ada orang yang ngelamun dikit bisa kerasukan kaya gitu." Ucapku bertanya pada kak Andrew.     

"Ya itu karena energi jiwanya sangat lemah. Jadi orang yang kaya gitu sering kerasukan makhluk halus." Terangnya.     

"Hah? Maksudnya gimana nih kak?"     

"Ya agak susah juga di jelasin sih. Singkatnya kalau orang itu jarang berdoa, uhmm kaya sering pingsan juga, gitu sering banget jadi sasaran buat makhluk halus untuk menginginkan tubuhnya, bahkan tinggal di dalamnya."     

"Namun ketika orang itu sudah pernah di rasuki oleh makhluk halus sekali, dua kali, gitu nanti lama-kelamaan akan ada lubang gitu di jiwanya sehingga semakin besar juga kesempatan makhluk lain masuk ke dalam tubuh orang itu sehingga sering di sebut sebagai 'wadah' yang bagus untuk di tempati." Jelasnya akhirnya membuatku mengerti.     

30 menit telah berlalu hingga jam istirahat telah berbunyi, namun kondisi kelasku sampai saat ini belum juga selesai. Seakan para guru juga telah kelelahan untuk mengatasi mereka. Aku mencoba mendekati depan kelasku untuk melihat lebih dekat. Terasa aura negative yang sangat kuat dari depan kelasku. Di saat yang bersamaan aku sempat melihat 'penjaga' Reina marah sampai matanya terlihat berwarna merah. Sedangkan dua anak yang lain hanya di tempeli dengan makhluk lain yang sedang usil, seakan 'mereka' menikmati pesta yang ada di sini. Lalu di saat kondisi yang masih sibuk dengan anak yang kerasukan, beberapa anak dari kelas lain akhirnya masuk kedalam kelas mereka masing-masing, termasuk Karin yang saat itu masih duduk-duduk di bawah pohon beringin bersama kak Andrew. Lalu keadaan menjadi tak terkendali ketika Reina memulai dengan tarian Bali saat kerasukan. Suasana tiba-tiba menjadi mencekam, beberapa temanku yang tadinya terlihat ketakuan, saat itu juga langsung pingsan. tiga samapi emapt ornag tumbang dan langsung di larikan ke dalam UKS. Sedangkan dua anak yang kerasukan langsung menjadi-jadi. Mereka berteriak seakan kepanasan dan tak suka dengan hadirnya 'penjaga' Reina itu. Kak Andrew yang melihatnya juga langsung panik dan langsung menarikku ke belakang. Di saat yang bersamaan aku merasakan ada gelombang energi negative yang seketika menyambar keluar, terasa seperti sengatan listrik statis, namun jika kondisi seseorang yang terkena energi itu tidak stabil maka akan pingsan dan bisa saja ikut histeris seperti yang lainnya.     

"Ndra! Jangan dekat-dekat dulu. Bahaya. Kamu tadi lihat kan ada energi yang keluar?"     

"Iya aku tadi lihat sekilas. Kok ngeri gitu sih kak. Kenapa ya?" Tanyaku yang semakin penasaran dan ada rasa sedikit takut menghadapi ini.     

"Iya. 'Penjaga' dari Reina ini sejak tadi terusik banget sama penghuni di sini. Ia jadi tak suka. Sedangkan penghuni di sini juga nggak suka dengan kehadiran si 'penjaga' itu makanya mereka bentrok kaya gitu. Dan dari yang kamu lihat tadi itu adalah senjatanya si 'penjaga' agar tidak ada yang berani mendekati Reina. Kaya gini ini harus di tenangkan dulu. Kalau nggak kasihan temanmu itu. Jiwanya bisa ke ganggu lho lama-lama." Ucapnya sambil terus memperhatikan ke dalam kelasku.     

"Ndra, bentar ya. Kamu tolong jagain aku di sini. Uhmm.. pegang ujung baju ku aja cukup. Aku akan bantu para guru dengan keluar dari ragaku. Kalau kaya gini bakalan nggak selesai-selesai sih seharian. Ow ya jangan sampai ada makhluk halus yang ambil alih tubuhku."     

"Lah? Gimana caranya kak?"     

"Iya. Uhmm.. kamu coba konsentrasi dulu, pusatin energimu, nanti kamu akan merasa panas di depan hidungmu. Lalu alirkan ke dua telapak tanganmu. Kamu cukup pegang ujung baju pada lenganku ini aja, energi mu itu akan membungkus tubuhku saat sedang kosong, jadi nggak bisa di masuki oleh makhluk lain." Ucapnya sambil mengajariku dengan singkat.     

Di saat selesai belajar mengalirkan energiku, aku langsung terkejut dan sedikit kagum dengan kak Andrew yang tiba-tiba keluar dari raganya. Dengan mata kepalaku saat itu aku melihat jiwanya berada di sampingku sambil menitip tubuhnya kepadaku. Lalu ia berjalan di tengah-tengah kerumunan anak-anak kelasku dan masuk kedalam kelas. Sesaat ia telah masuk, 'penjaga' Reina saat itu juga berhenti menari, dan terus menatap kak Andrew yang berdiri di depannya, di dekat pak Imam. Pak Imam yang saat itu sedang membacakan doa juga sontak terkejut saat Reina menatap ke arahnya. Tak lama, Reina langsung jatuh pingsan di depan kelas terkulai lemas. Guru-guru yang ada di sana pun langsung menggotong tubuh Reina dan membawanya ke UKS. Begitu pula kedua temanku yang lainnya. Seketika saja suasana di kelas berubah. Terasa hawa dingin yang mengalir dengan sangat sejuk, seperti ada angin yang sangat dingin mengalir mengisi halaman sekolah hingga masuk kedalam kelasku. Aku yang sedang menjaga kak Andrewpun masih deg-degan dengan tubuhnya, karena di saat yang bersamaan aku merasa banyak sepasang mata yang memperhatikanku sedari tadi. Aku mencoba berkomunikasi dengan kak Andrew.     

["Kak, sudah selesai belum? Cepet balik kak. Ini ada yang incer tubuhmu nih. Aku di awasi terus dari belakang, ada yang dari depan."]     

["Iya. Sebentar lagi aku sudah selesai. Ini aku sudah mencoba menenangkan si 'penjaga' untuk tidak membuat onar selama di sekolah. Tolong bertahan sebentar lagi ya Ndra."]     

Sambil menunggu kak Andrew kembali ke tubuhnya, aku sambil berdoa di dalam hati. Aku masih di awasi dan ada beberapa yang mencoba menyentuh tubuh kak Andrew, namun makhluk itu seketika berteriak ketakutan, 'ia' seperti tersengat listrik yang besar sehingga tubuhnya terpental jauh ke atas. Aku yang melihatnya pun langsung terkejut, tetapi aku harus tetap fokus pada apa yang aku lakukan saat itu. Aku terus berdoa dan mengawasi sekelilingku. Hingga tak terasa hanya lima menit lamanya, kak Andrew akhirnya kembali ke tubuhnya lagi.     

"Haahhhhh.. huuufftfttt.. Makasi ya Ndra, sudah jagain tubuhku dengan selamat. Tadi ada yang mau ambil tubuhku ya?"     

"Iya kak. Kok tahu?"     

"Ya kerasa lahh.. Uhmm si mbak kunti?" Tanya kak Andrew.     

"Iya. Tadi langsung terpental gitu waktu si mbak kunti mau pegang tubuh kakak."     

"Hah? Kok bisa?"     

"Yaaa.. aku tadi sambil doa-doa sih.. supaya aku tetap selalu fokus. Kalau nggak gitu aku sering banget di alihkan fokusku sama 'mereka' sehingga mereka langsung mendekatiku kaya dapat emas di pinggir jalan gitu."     

"Waahhh.. aku baru tahu kalau doa juga sangat besar manfaatnya selama kamu melakukan hal itu ya? Hmmm.. kamu bisa teruskan kaya gitu untuk mempertajam kemampuanmu Ndra." Ucapnya sambil menepuk-nempuk pundakku.     

"Lalu tadi gimana kak?" Tanyaku yang penasaran.     

"Iya emang benar apa yang aku bilang itu. Si 'penjaga' merasa keganggu dengan penghuni di sini karena juga suka dengan si Reina itu. 'Mereka' tadinya mau berebut 'wadah' untuk di tempati, makanya si 'penjaga' sampai marah kaya gitu. Lalu yang usil itu ternyata ada noni-noni Belanda dan seorang suster jaman Belanda yang ingin merebut tubuh temanmu itu. Wih ngeri deh tadi penampakan ke dua makhluk itu." Ucapnya sambil bergidik tak melanjutkan lagi ceritanya dan ia langsung terdiam.     

Selesai masalah itu lebih tenang dan kondisi sekitar lebih stabil, para guru langsung memanggil kami semua untuk masuk ke kelas dan memulai pelajaran yang sudah terpotong dengan kejadian tadi. Akupun juga langsung berlari menuju kelas dan meninggalkan kak Andrew yang masih duduk di bawah pohon beringin. Lalu tak lama ia beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari gedung sekolah sambil melambaikan tangannya kepadaku saat aku menoleh ke belakang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.