The Eyes are Opened

Kesurupan (Part 02)



Kesurupan (Part 02)

3Tepat di hari jum'at siang setelah terdengar suara adzan sholat jum'at, tiba-tiba kelasku menjadi pusat perhatian banyak orang. Baik dari satu angkatan hingga kakak kelas. Saat itu masih di jam istirahat, sehingga tak banyak anak yang berada di kelas, dan kelas cenderung sepi saat jam itu, beberapa anak yang muslim menunaikan ibadahnya bersama dengan guru dan staff lain di aula sekolah, sedangkan sisanya ada yang sedang makan di kelas, tidur siang, maupun bermain di depan kelas. Termasuk aku yang saat itu sedang keluar sekolah untuk membeli pentol yang terjual di depan gerbang sekolah.     

"Puutttt!!! Yuk makan yukkk!!!" Teriak Nadia anak dari kelas XB yang selalu bermain dengan Putri.     

"Iyaaaa!!! Yuk lahhh!!!" Ucap Putri sambil berlari menghampiri Nadia dan meninggalkan kelas.     

Saat itu kelas sangat terasa sepi dan hanya ada beberapa orang yang ada di dalam, mungkin kurang lebih ada delapan orang setelah Putri keluar kelas.     

"Eh Cil, kamu nggak mau ke toilet ta?" Tanya Luna yang sudah berdiri hendak ke toilet.     

"Uhmmm.. iya deh ikutan dari pada aku di kelas. Bosen juga." Jawab Pricil.     

"Ehhh.. aku ikutan dong!!" Teriak Mega yang berlarian menghampiri Pricil dan Luna yang sudah berjalan hingga di depan pintu kelas.     

Di dalam kelas saat ini tinggal lima orang termasuk Reina yang masih duduk berdiam di kelas sambil menikmati makan siangnya.     

"Yuuuu!! Ayo anterin aku ke perpus dong!" Ucap Yoseph pada Bayu yang sedang duduk di bangkunya sambil bermain ponsel di dalam kelas.     

"Heh!! Gak bisa ya kalau ngomong lu deket ke sini? Masa iya lu harus teriak-teriak di ujung sono! Mau ngapain sih di perpus? Enakan di kelas kali. Malas ah, panas." Ucap Bayu yang nggak memperdulikan Yoseph dan terus memainkan ponselnya.     

"Heh! Aku ajak kamu di perpus itu malah buat ngadem tahu! Ah, nggak peka ih! Di sini panas. Kuy laahhh.." Ajak Yoseph yang memaksa Bayu hingga akhirnya mereka berdua keluar kelas siang itu. Tersisa hanya tiga orang di dalam kelas, suasana kelas sangat sunyi dan hampir tak ada suara yang terdengar dari ketiga orang yang tersisa di dalam kelas. Hanya sesekali terdengar suara derit kaki meja atau kaki kursi yang di mundurkan. Reina yang saat itu telah menyelesaikan makan siangnya, seperti biasa ia langsung menyalakan ponselnya dan melihat sosial medianya, sedangkan dua anak lainnya yang bernama Mariska dan Ayu sedang tidur siang di bangku mereka masing-masing.     

Di dalam kelas hanya terdengar suara baling-balik kipas yang berderit karena kipas angin yang sudah mulai usang dan tua. sangat kontras sekali dengan suara dari luar kelas yang sangat ramai dan riuh. Anak-anak bermain dan bercanda dengan riang di depan kelas sambil menikmati sejuknya angin yang sepoi-sepoi siang itu.     

"Ihhh berisik banget sih di luar. Kaya pasar aja." Gumam Ayu yang sedang berusaha untuk tidur siang namun ia kesulitan tidur karena suara anak-anak perempuan lain yang berbincang dan tertawa dengan keras di depan kelasku. Akhirnya Ayu memutuskan untuk membuka ponselnya dan membuka beberapa aplikasi permainan yang ada di ponselnya. Reina yang hanya melihatnya dengan tatapan dingin langsung memalingkan wajahnya lagi dan kembali melihat ke layar ponselnya lagi. Di saat Reina sedang menatap layar ponselnya, ia tiba-tiba teringat papanya yang sudah lama tak pernah ia temui sejak kedua orang tuanya bercerai. Ia mulai melamun dan mengingat-ingat kembali kenangan saat ia bersama papanya. Ia juga telah beberapa kali mencoba menghubungi papanya, namun hingga kini tak ada pesan yang terjawab.     

"Pa.. Rere kangen.." Bisiknya pelan sambil terus memandangi layar ponselnya taernyata terdapat foto kedua orang tuanya bersamanya saat ia masih balita. Ia perlahan meringkuk dalam bangkunya dan air mata mulai mengalir di pipinya. Perlahan, ia mulai terisak dan air matanya mulai membanjiri pipinya yang semakin lama semakin basah. Ia tak dapat menahan lagi tangisannya hingga isak tangisnya mulai terdengar oleh kedua temannya yang ada di kelas.     

"Sssttt.. ssstttt... Ka, Mariska. Tuh anak baru nangis tuh.." Bisik Ayu yang duduk di samping Mariska yang masih meringkukkan kepalanya di atas meja.     

"Udah lah Yu.. biarin. Nggak usah urusin orang." Ucap Mariska yang tak perduli dengan Reina yang sedang menangis dan melanjutkan tidur kembali.     

Selang beberapa lama, Reina menjadi menangis sangat histeris sehingga kedua temannya yang ada di kelas menjadi terbangun dan menghampirinya. Mereka mendekati Reina dan hendak menenangkannya, namun hal tak terduga malah terjadi pada kedua temannya tersebut. Reina mendorong ke dua temannya yang berada di sisinya saat hendak memberikan tissue hingga menbarak bangku di belakang mereka. Mariska yang hanya terpental langsung menghindarinya dan berlari menuju depan kelas untuk meminta tolong dengan anak-anak yang lainnya. Sedangkan Ayu yang tertabrak meja sempat tak sadarkan diri setelah punggungnya terkena ujung meja. Reina semakin berteriak dengan histeris dan membuang segala benda yang ada di atas mejanya.     

[Braakkkk!!! Grekkkkkk!!!!]     

"Huuuaaaaaaaaahhhhhhh!!!! KENAPA KALIAN MENGGANGGUKU!!! HHHHAAARRRGGGHHHH!!!!"     

Teriakan Reina terdengar hingga anak-anak yang ada di depan kelas. Mereka langsung melihat apa yang sedang terjadi dengan mengintip melalui jendela, beberapa anak yang mendengar suara itu langsung berlarian mendekati kelasku dan melihatnya langsung dari dalam kelas. Meja dan bangku berserakan kemana-mana, terlihat Ayu yang juga masih terbaring lemas di lantai, namun tak ada yang berani mendekatinya karena Ayu terbaring di dekat kaki Reina yang sedang berdiri.     

Di sudut kelas terlihat ada arwah noni-noni Belanda yang terlihat mengingini tubuh Reina sebagai 'wadahnya' sedangkan 'penjaga' Reina yang menyadari hal itu langsung bangun dan merasuki Reina sehingga membuat keributan di dalam kelas.     

"PERGI KAU!! JANGAN GANGGU ANAKKU!! INI ANAKKU DAN KAU TAK BERHAK UNTUK MEMILIKINYA!!" Ucap dari penjaganya yang marah sambil menunjuk-nunjuk kepada arwah noni Belanda yang sedang berdiri di ujung kelas. Anak-anak yang melihat apa yang di lakukan Reina saat itu seketika menjadi takut dan bingung, karena tak ada siapapun di ujung kelas tersebut. Beberapa anak terlihat berlarian menuju ke ruang guru untuk memanggil pak Frans, wali kelas XA sedangkan beberapa anak perempuan yang tak menyadari jika jiwa mereka sangatlah lemah mencoba mendekati Reina dan berusaha untuk menenangkannya sambil membawa minyak angin di salah satu tangannya.     

"Ree.. tenang dulu ya Ree.. kamu kenapa?" Ucap Ratna yang berjalan dengan perlahan mendekati Reina. Namun usaha Ratna saat itu di tolak Reina untuk segera menjauh dari sana.     

"PERGI KAU!! JANGAN DEKAT KEMARI! KAU BISA BAHAYA!!" Teriak Reina yang setengah sadar melihat temannya mendekatinya.     

Namun karena Ratna tak mendengarkan dan tak paham apa yang sedang terjadi saat itu, seketika saja Ratna menjadi incaran dari noni Belanda ini dan langsung merasuki tubuh Ratna yang memang sangat rentan terkena serangan makhluk ghaib. Seketika mimik wajah Ratna berubah serta gaya bahasa tubuhnya juga berubah.     

"Kenapa kamu menjadi gelisah seperti itu saat saya melihat tubuh inangmu?" Ucapnya dengan bahasa Belanda yang membuat anak-anak lain yang sedang memperhatikan kedua temannya itu saling berhadapan menjadi kebingungan mendengarkan ucapan Ratna.     

"Apa yang kau inginkan?!!" Ucap Nyai dengan mata yang melotot melihat Noni Belanda yang berjalan dengan sangat pelan mendekati Reina.     

"Hahahahaha... Saya tak menginginkan apapun. Saya hanya tertarik pada anak itu. Ia sangat cantik tetapi sayang sekali ia sudah memiliki tuan rumah. Hahahahaha!!! Saya tak suka kau berada di sini!! Ini rumahku sedari mereka belum ada!!! Jadi jangan kau injakkan kaki di sini!! Pergi kau!!!" Teriak Ratna sambil melebarkan kedua matanya dan dengan tatapan yang tajam melihat Reina yang masih berdiri di dekat bangkunya.     

Di saat yang bersamaan sahabat Ratna, Julia langsung mendatangi mereka dan bermaksud hendak melerai tanpa tahu apa yang sedang terjadi pada kedua temannya tersebut. Di saat ia baru saja menyentuh pundak Ratna, seketika itu juga Julia berteriak histeris dan sangat kencang. Semua anak yang melihat dari depan kelas langsung berhamburan ke luar kelas dengan ketakutan dan beberapa anak yang melihat dari jendela juga berteriak histeris sambil terus menangis. Suasana menjadi sangat mencekam dengan aura yang terasa sangat menyesakkan dada. Para guru yang mendengar keributan dari kelasku langsung berdatangan dan melihat dari jauh.     

"Pak! Pak! Iki Kesurupan pak murid te sampeyan!! Ndang panggilno pak Imam ambek pak Ali buat ndo'akno arek-arek seng kesurupan! Aku ambek bu Lucy karo bu Mia tak ngungsikno arek-arek seng nggak kena kesurupan ben ngak nyebar!" Ucap Bu Martha sambil mengalihkan anak-anak agar jauh dari depan kelasku saat itu, sedangkan beberapa anak yang lain memanggil pak Ali dan pak Imam yang berada di aula setelah sholat jum'at selesai di selenggarakan bersama.     

Suara teriakan Julia yang lama kelamaan di susul dengan beberapa anak lainnya yang berada di depan kelas semakin nyaring dan sangat keras. Aku yang baru saja datang setelah membeli pentol di depan langsung terheran dengan suasana gedung sekolah yang terlihat jelas di penuhi dengan aura yang sangat gelap, seakan cuaca mendung hari itu di atas sekolahanku, namun terik dan panas matahari masih terasa hingga ke dalam kulit. Aku yang baru saja datang melihat ada berbagai macam makhluk halus yang datang dengan rasa marah dan tak suka adanya Nyai penjaga tubuh Reina saat itu. Aku juga melihat anak-anak yang berada di depan kelas di tempeli dengan hantu perempuan yang berambut panjang, ada juga anak laki-laki yang memiliki jiwa yang sangat lemah di rasuki dengan siluman harimau yang terlihat sangat besar sehingga ia mulai merangkak-rangkak dan mengaum layaknya harimau yang merasa terancam keberadaannya. Semua terlihat sangat panik sehingga beberapa anak yang dari kelasku maupun dari kelas lain berhamburan menjauhi depan kelasku sejauh mungkin agar tak terkena imbas kesurupan itu. Di saat itulah aku yang hendak maju mendekat di cegah oleh Karin yang ternyata telah melihatku berdiri dan terdiam di dekat mereka. Ia menarik lenganku agar aku tak mendekati ke dalam kelas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.