The Eyes are Opened

Awal Teror (Part 04)



Awal Teror (Part 04)

0Hari berjalan sangat cepat, tak terasa pagi ini sudah hari Senin lagi. Aku yang masih enggan beranjak dari temapt tidurku namun terpaksa tetap harus bangun meskipun kasur ini seakan memelukku dan tak mengijinkanku untuk bangkit dari tempat tidur. Aku mulai beranjak dari tempat tidurku dan dengan langkah gontai aku berjalan ke kamar mandi sambil mataku yang lengket tak enggan untuk terbuka lebih lebar.     

"Ndra!!! Ayo lihat yang benar!!! Itu kamu mau kemana?!!" Teriak papa dari bawah tangga yang mengingatkanku yang hampir saja menubruk tembok saat hendak masuk kamar mandi. Aku yang mendengar hal tersebut langsung terbangun dan berusaha untuk membuka mataku lebar-lebar.     

Aku bergegas langsung masuk kamar mandi setelah sadar dan terbangun. Tak lama setelah selesai mandi, aku langsung bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Tak lupa sarapan dan membawa bekal yang sudah di siapkan oleh mama.     

"Maaa... Andra berangkat ya!!" Teriakku sambil berlari menuju gerbang rumah dan langsung berangkat menuju ke sekolah ketika pak Daud telah menjemputku.     

Seperti biasa aku ke sekolah, melewati jalanan yang selalu ramai di pagi hari, jalanan yang penuh dengan para pekerja yang hendak bekerja pagi-pagi serta anak sekolah yang mengayuh sepedanya menuju ke sekolah, di tambah dengan hiruk pikuknya pasar yang selalu ku lewati saat menuju ke sekolah. Terkadang jalan yang ku lalui tiap pagi selalu macet belum lagi dengan lampu mereah yang panjang dari pada saat lampu hijau yang menyala, membuat antrian di lampu merah sangat panjang dan lama. Pak Daud yang sangat sabar selalu mendengarkanku ketika aku merasa ia terlalu lama di jalan saat membawa kendaraannya agar lebih cepat. Tak terasa hari ini aku ke sekolah lebih lama. Aku tiba di sekolah pukul setengah tujuh pagi. Terlihat anak-anak dari SMP maupun SMA berlarian memasuki gerbang sekolah.     

Matahari telah tinggi dan sinarnya membuat silau mataku. Aku memasuki halaman utama sekolah dengan berjalan dan menunduk menghindari silaunya cahaya matahari. Di tengah-tengah perjalananku ke gedung sekolah, tiba-tiba aku di kagetkan dengan Karin yang tiba-tiba menepuk pundakku dari belakang.     

"Woooiiii!!!" Teriak Karin yang mengagetkanku dari belakang saat ia baru saja tiba di sekolah.     

"Ah!! Bikin kaget aja sih Rin! Kirain sapa. Hehehehe.."     

"Ya abisnya kamu jalanpake acara nunduk terus gitu. Emang ada apa sih di bawah sampe nunduk terus?"     

"Silau Rinnn.. Silauuu.. Makanya aku nunduk. Perih nih mataku."     

"Ya kan bisa di tutup aja kaya gini." Ucapnya sambil mempraktekan dengan menutup di atas matanya dengan menggunakan tangan seperti sedang hormat.     

"Iya sih.. tapi lagi mager nih. Jadi gini aja sudah nggak apa." Ucapku yang masih tetep menunduk hingga masuk ke dalam gedung sekolah.     

"Eh, nanti makan bareng ya Ndra pas istirahat. Aku langsung ke kelas ya Ndra! Byeee.."     

"Bye Rinn!!" Ucapku sambil melambaikan tangan dan terus berjalan menuju ke kelas.     

Sesampainya di kelas, suasana kelas masih seperti biasa. Aku melihat juga anak-anak yang lain masih seperti biasa dan seakan-akan kemarin tidak pernah terjadi apapun. Aku langsung masuk ke dalam kelas dan berjalan menuju bangkuku.     

"Andraaa!!! Kamu sudah kerjain tugasnya pak Eko belum?" Tanya Linda saat aku baru saja duduk di bangku.     

"Oh iya aku belum selesai ngerjain. Masih ada yang belum paham soalnya. Kamu sudah apa belum Lin?"     

"Hehehehe... ya belum lahh.. Makanya aku tanya kamu, buat minjem biar aku salin. Hehehehe.."     

"Ya udah yuk minta ajarin Chris aja yuk Lin, sebelum bel masuk." Ajakku sambil beranjak menuju ke mejanya Chris di depan kelas.     

Pagi itu aku dan Linda langsung meminta Chris untuk mengajariku mengerjakan tugas matematika yang di berikan pak Eko.     

"Sudahlah Ndra. Kamu contoh aja tugasku sebelum bel masuk nih." Ucap Chris sambil memberikan buku tugasnya kepada kami.     

"Ahhhh.. yang beneran Chrisss... Waahhh terima kasiiihh Chriiisss.." Ucapku sambil tersenyum melihat Chris yang baik hati pagi ini. Setelah mendapatkan buku tugas milik Chris, aku bersama Linda dengan cepat menyelesaikan tugas yang belum selesai itu sebelum bel masuk berbunyi.     

Tepat sebelum bel masuk berbunyi yang tersisa lima menit lagi, aku sudah menyelesaikan tugasku. Hanya Linda yang belum menyelesaikannya.     

"Lin, aku sudah selesai nih. Kamu nanti kembalikan ke Chris ya buku tugasnya. Chris makasi banyak yaa.. bukumu ada di Linda sekarang." Ucapku sambil beranjak dan kembali ke tempat dudukku. Pagi itu aku tak melihat sama sekali Reina di sekolah, padahal jam masuk kelas sudah hampir berbunyi. Aku saat itu sedikit mengkhawatirkannya atas kejadian kemarin. Beberapa anak juga sudah tak memperdulikan apa yang telah terjadi hari Jum'at itu. Terlihat anak-anak yang lain sudah bermain seperti biasa dan bercanda sedia kala. Aku duduk dan hanya melihat sekitarku. Seperti biasa, suasana kelas yang sangat ramai, ada yang bercanda sampai berteriak, ada yang bergosip ria pagi-pagi, dan ada yang asik bermain game di ponsel mereka.     

Pagi itu berjalan seperti biasa tanpa adanya tanda-tanda makhluk halus yang hendak mengganggu kami. Aku juga sedikit tenang karena teman-temanku tak seperti yang aku impikan kemarin.     

Jam pertama pun berjalan seperti biasa, sampai akhirnya jam istirahat pertama berbunyi. Pelajaran pertama yang tak terlalu berat membuat seluruh wajah di kelas masih ceria, teman-temanku masih tertawa dan saling bercanda di kelas dengan guru kami. Ketika jam istirahat pertama berbunyi, beberapa anak langsung berlarian keluar kelas untuk segera ke kantin. Di saat jam pertama memang kantin sangat penuh. Sehingga harus mengantri lebih lama jika ingin membeli sesuatu, sedangkan jam istirahat pertama hanya 30 menit saja. Aku yang tadi pagi sudah sarapan, enggan untuk ke kantin. Aku memutuskan untuk di kelas sambil membaca buku komik yang aku bawa dari rumah.     

"Andraaaa... Kamu nggak ke kantin?" Tanya Linda kepadaku bersama Jessie.     

"Nggak Lin. Aku di kelas aja. Sudah makan juga tadi di rumah. Masih kenyang." Jawabku.     

"Ow ya udah.. Kami ke kantin dulu ya Ndra.. Byeee.."     

"Byee Lin..."     

"Eh, si Rere nggak masuk sekolah ya?" Tanya Mega yang duduk tepat di serong kanan depan dari bangku Reina.     

"Ya nggak tahu Meg.. Kalau nggak ada sampai sekarang ya berarti nggak masuk.." Ucap Ayu yang duduk bertiga dengan Nia di depannya.     

"Wihhh padahal sudah mau dekat dengan Ujian semester lho! Kok malah nggak masuk kelas sih." Jawab Mega lagi.     

"Iya. Gimana nanti nilainya coba? Sudah anaknya kelihatan bar-bar gitu lagi."     

"Sudah lah Meg.. Kamu iri ya sama Rere.. kok segitunya banget sih. Ow ya abis gini pelajaran Inggris ya? Kata anak sebelah nanti kelasnya di lab. Asiiikkk bisa main hape nih. Hehehehe.." Ucap Ayu yang terlihat senang saat mengetahui jam pelajaran selanjutnya bahasa Inggris.     

"Yang benar Yu? Kamu jangan mengada-ada lho!" Ucap Mega dengan nada tegas.     

"Eh, beneran kok. Aku di kasih tahu sama Lina itu lho anak kelas XC. Tadi jam pertama mereka pelajaran bahasa Inggris, terus pas aku di toilet, Lina bilang gitu."     

"Yeyyy asik dong kalau gitu. Bisa main game juga di sana. Hahahaha.. Kapan lagi juga bisa ngerasain kelas berAC ya gak Ni." Ucap Mega.     

"Iya bener Meg. Kapan juga ngerasain kelas berAC."     

Tak terasa obrolan mereka terdengar keras di telingaku dan itu sangat menggangguku saat sedang membaca. Sering kali ketika jam istirahat, aku selalu menggunakan earphone agar aku tak dapat mendengarkan pembicaraan anak-anak lain ketika sedang berada di kelas. Pendengaranku yang semakin hari semakin sensitif terkadang membuatku terganggu dan aku juga sering kali salah dengar dengan suara manusia dengan makhluk halus. Sama seperti sekarang. Aku mendengar ada seorang anak perempuan yang mengenakan seragam sekolah yang sama denganku. Ia duduk di depanku sambil terus memperhatikanku. Aku berusaha sedemiakan rupa agar tak ada yang memperhatikanku saat aku berbicara dengan 'mereka'     

["Hei. Hei. Hei. Kamu bisa lihat aku kan?"] Ucap arwah yang ada di depanku. Namun aku tak memperhatikannya, aku fokus dengan buku komikku dan dengan sengaja aku memutar lagu.     

["Heeeiiii!!! Katakan iya jika kamu bisa lihat aku dan dengar aku kan? Aahhh.. aku kesepian banget lhoo.. Hanya kamu yang bisa dengerin aku.."] Ucapnya dengan wajah memelas yang terus memandangiku. Aku terus terdiam dan tak menanggapinya. Aku hanya sesekali meliriknya dan memberikan kode untuk segera pergi dari hadapanku saat itu juga.     

["Aahhhhh.. beneran kannn kamu bisa lihat dan dengerin aku.. Ayo lahhh kita ngobrol gitu lhooo.. Aku sudah puluhan tahun di sini dan nggak punya teman yang bisa di ajak bicara.. Ow ya, yang kejadian kemarin Jum'at itu kayaknya asik tuh kalau di ulang lagi."] Ucapnya untuk berusaha menarik perhatianku saat itu juga.     

Mendengar ucapan dari arwah perempuan yang ada di depanku, aku langsung berhenti membaca komik dan menaruhnya di atas meja. Aku menatap arwah itu dengan tatapan tajam,'ia' hanya tersenyum melihatku seakan ia sangat senang ketika apa yang di bahasnya mengalihkan perhatianku. Dengan cepat agar tak di perhatikan dengan anak-anak yang lain, aku mengeluarkan buku binderku dan menulis di atasnya.     

[Akan aku tulis saja di sini untuk berbicara denganmu. Kamu tinggal berbicara denganku seperti biasa. Mengerti?] Tulisku sambil memperhatikannya yang menganggukkan kepalanya.     

[Lalu apa maksudmu tentang mau mengulang kejadian seperti kemarin Jum'at?]     

Arwah itu mencoba menceritakan apa yang akan di lakukan oleh makhluk halus jahat yang di tinggal di kelas ini. Ia sangat membenci dengan si Nyai yang mencoba berkuasa di sekolah ini. Namun ia memutuskan ceritanya karena Reina tiba-tiba saja masuk ke kelas siang itu sebelum jam istirahat berbunyi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.