The Eyes are Opened

Awal Teror (Part 02)



Awal Teror (Part 02)

2"Rat, lu ngapain kok melotot kaya gitu? Lu masih sakit? Kalau masih sakit mending ke UKS balik aja" Ucap Darren yang dudu di sebelah kiri Ratna. Namun Ratna saat itu masih tak mengatakan sepatah kata papaun yang telah kami lontarkan ia hanya terdiam sambil melihat ke arah anak-anak yang berbicara kepadanya. Beberapa anak yang duduk di dekatnya seketika menjadi takut dan tak berani melihat ke arah matanya.     

"Eh, itu si Ratna matanya kenapa? Kok aku lihat bukan kaya dia sih?" Bisik Putri pada Nia.     

"Aku juga ngggak tahu. Tapi dilihat-lihat bener juga ya kamu Put, kok kaya bukan Ratna yang biasanya deh." Timpal Nia.     

"Terus itu si Rere gimana? Kok belum balik-balik, padahal anak-anak yang lainnya tadi sudah pada balik lho. Masa separah itu sih dia sampe pingsannya?" Ujar Putri lagi.     

"Eh, coba tanya Bayu yang tadi juga kesurupan." Ucap Nia yang langsung mendatangi Bayu di bangkunya.     

"Yu Bayu, eh aku tanya dong.. Tadi pas kamu kesurupan itu gimana rasanya?" Ucap Nia yang bertanya kepada Bayu.     

"Ya.. nggak bisa ngeraasain apa-apa Ni.. cuman kerasa berat aja di badan. Kaya ada yang di gendong gitu. Terus tadi aku tahunya aku kerasukan Harimau, soalnya saat aku kerasukan aku ngerasain ada auman gitu kencenga banget sebelum siluman itu masuk ke dalam tubuhku." Jelas Bayu yang seketika itu juga banyak anak yang berdiri di depan mejanya dan ikut mendengarkan ceritanya siang itu     

"Lho terus ini nggak ada kelas ta?" Tanya Bayu sekali lagi sambil memperhatikan sekelilingkelasnya.     

"Ya lu lihatapa lho Yu? Kan emang nggak ada guru yang mau dateng ke kelas kita." Ucap Adit yang duduk di belakang Bayu.     

Kelasku saat itu sangat ramai dan hingga heboh terdengar hingga ke kelas sebelah. Sedangkan kelas sebelah telah mengikuti kelas sedari tadi hingga mereka merasa terganggu dengan kebisingak dari kelas kita.     

"Ini siapa yang bertanggung jawab dengan kelas kalian?! Apa nggak ada guru di kelas kalian?!" Ucap Bu Tika yang menghampiri kelas kami.     

"Nggak ada kelas bu hari ini. Bu Martha nggak bisa masuk ke kelas kami." Ucap Noel yang menjawab bu Tika saat itu yasng masih berdiri di depan pintu kelas kami.     

Bu Tika hanya berdecap dan kembali ke dalam kelasnya lagi. Sambil berjalan bu Tika bergumam dengan suara yang sangat nyaring.     

"Lain kali itu kalau nggak ada guru di kelas jangan ribut sendiri! Udah kelas paling angker dari jaman dulu. Kok bisa sih kejadian kaya dulu kejadian lagi." Ucapnya sambil berjalan kembali ke kelasnya.     

Seketika itu juga semua anak di kelasku yang mendengar hal itu sontak terkejut dan menjadi kebingungan dengan ucapan bu Tika.     

"Apa maksud bu Tika coba? Kok bisa-bisanya bilang kaya gitu? Nggak bisa apa bilang yang baik dikit. Sinis banget guru itu sama kelas kita." Ucap Putri yang tak terima dengan ucapan Bu Tika setelah meninggalkan kelas kami.     

" Eh, ini kenapa Leni belum balik-balik sih? Lama betul di ruang guru? Masa iya Leni sampe di tahan bu Martha?" Ujar Pricil.     

"Nah.. nggak tahu lagi ya.. kan Leni anak kesayangannya bu Martha. Mungkin aja Bu Martha pengen Leni berada di sana lebih lama?" Timpal Ruben. Semua anak ikut tertawa hanya Ratna yang masih terdiam sambil terus melihat teman sekelasnya dengan tatapan yang sangat tajam.     

Ketika kami semua sedang bertanya-tanya tentang apa yang di lakukan Leni di ruang guru, tiba-tiba Leni kembali berjalan menuju ke kelas dengan membawa satumap besar dari ruang guru.     

"Eh itu Leni sudah datang!" Teriak Michael yang duduk di dekat pintu kelas.     

"Iya ta?" Tanya Pricil.     

"Iya! Sambil bawa map gede banget di tangannya. Rasanya dia berhasil dapet materi dari bu Martha deh. Hahahahaha.." Ucap Michael sekali lagi. AKhirnya kami berdiam diri menunggu Leni masuk kedalam kelas.     

"Heeehhhh reekkkk!! Ini ada kopian materi dari Bu Martha. Kalian suruh pelajari baik-baik, karena materi ini juga termasuk materi penting yang akan keluar buat ujian semester nanti." Ucap Leni yang baru saja kembali ke kelas sambil membagikan beberapa materi dari Bu Marta yang telah di copi sebanyak jumlah anak di kelas ini.     

"Wiiihhh kon kok cangguh ngunu Len? Ya apa caramu bisa dapet materi bu Martha?" Ucap Stefi ayng terjagum dengan cara Leni hingga mendapatkan materi yang di butuhkan.     

"Ya nanti lah aku ceritain sekarang bagikan aja dulu materi ini kebelakang. Satu anak dapat lima materi ya! Lalu jangan berikan materi ini ke kelas B sama kelas C. Karena bu Martha nggak akan memberikan materi ini ke kelas lain! Jika sampe ada yang memberikan materi ini ke kelas lain dan ketahuan, maka nilainya akan di kurangi 25 point!" Jelas Leni sambil terus membagikan ke anak lainnya.     

"Waahhhh.. gila kali ya guru itu. Sampe segitunya." Ucap Pricil yang menerima materi dari Bu Marthha.     

"Tapi ya kita yang untung nggak sih? Kaya dapt contekan lagsung dari gurunya. Nggak harus susah-susah tanya ke anak lain yang nggak tahu kita di beri jawaban benar atau salah." Ujar Stefie.     

"Iya bener juga sih stef.. Udah lah. Dinikmati aja deh.." Ucap Pricil.     

Di sisi lain Ratna yang masih berperilaku aneh setelah menghalami kerasukan, aku langsung menepuk pundaknya sebanyak tiga kali, sambil tak lupa membacakan doa-doa dalam hati. Dan benar saja setelah aku mencoba melepaskan makhluk halus yang masih menempel di tubuh Ratna, seketika itu juga Ratna tak sadarkan diri di atas meja. Ia menelungkupkan tangannya seperti orang tidur di atas meja. Tak lama kemudian, makhluk halus yang menempel pada Ratna berdiri di sampingnya sambil mentapku dengan tatapan yang sangat tajam, seakan ingin menerkamku dari depan. Matanya yang sangat merah, dengan kuku yang panjang di setiap jarinya. Rambutnya panjang serta terdapat taring yang terlihat saat ia membuka mulutnya.     

Aku yang terkejut melihat penampakan makhluk itu langsung tak berani berada di samping Ratna. Aku dengan perlahan mundur dan langsung berbalik kembali ke tempat tidurku. Lalu Darren yang melihat hal itu langsung membangunkan Ratna sambil menggoyang-goyangkan bandannya beberapa kali hingga akhirnya Ratna kembali sadar.     

"Lho kenapa kalian melihatku kaya gitu?" Ucap Ratna yang telah siuman seutuhnya.     

"Ya kamu itu kenapa. Masa datang-datang dari UKS kita tanyai malah diem aja. Terus lihatin anak-anak pake melotot-melotot gitu." Ucap Darren.     

"Hah? Masa sih? Kok aku nggak ngerasa sih? Aku cuman tadi abis dari UKS tiba-tiba kerasa berat aja pundakku. Kaya abis gendong orang gitu lho. Makanya aku diem aja. Cape soalnya. Abis aku ketiduran badanku kerasa enakan." Terangnyas ambil beberapa kali memegang pundaknya yang kini terasa lebih ringan.     

"Iya enakan lah Rat.. kamu kecapean itu setelah kesurupan. Makanya badanmu berat." Ucapku sambil terus menatap makhluk halus yang masih menginginkan Ratna dan berdiri di sampingnya.     

"Ow gitu ya? Oke deh.. Nanti aku banyak-banyakin doa aja biar nggak gampang kerasukan. Btw ini apa ya?" Tanyanya sambil melihat beberapa lembar kertas yang ada di atas mejanya.     

"Itu materi yang seharusnya di ajarkan bu Martha hari ini, tetapi yang bersangkutran nggak mau ngajar. Makanya beliau kasih materi sebanyak inin dan harus di pelajari, karena keluar di ujian nantinya. Ow ya satu hal lagi yang sangat penting. Jangan kasih materi ini ke anak kelas lain! Jika sampe ketahuan, kita bakalan kenal hukuman pemotongan nilai 25 poin dari nilai kita yang sebenarnya." Jelas Leni sekali lagi yang telah duduk di bangkunya.     

"Hah? Yang benar aja?? Kok gitu sih??"     

"Yaaa.. kalau lu nggak mau terima materi itu kembalikan aja ke aku sini. Lu belajar sendiri dari buku paket aja cukup kan?" Ucap Leni dengan nada dingin.     

Semua anak yang mendengarkan ucapan Leni tak ada yang berani untuk membantahnya sedikitpun karena anak-anak yang lain berpikiran sama, hal ini merupakan keuntungan bagi mereka karena ada Leni di kelas kita saat ini. Karena usaha Leni jugalah akhirnya kita mendapatkan materi yang seharusnya tak di berikan oleh bu Martha. Setelah anak-anak mendapatkan materi yang di berikan oleh Leni, beberapa anak langsung mempelajarinya dan saling berdiskusi untuk saling memahami materi yang di berikan. Bu Martha juga ternyata memberikan beberap asoal latyihan di balik tiap materi sebagai ujian pemahaman setiap siswa.     

"Eh Len, ini soalnya cuman buat di pelajari aja kan? Nggak perlu di kumpulkan to?" Tanya Theo untuk memastikan.     

"Oh iya hampir aja lupa. Thnaks ya Yo. Itu di belakang tiap materi ada soal, kalian kerjakan di kertas HVS, boleh kerja sendiri ataupun belajar kelompok. Nanti setelah selesai di kerjakan silahkan di kumpulkan ke bu Martha minggu depan di jam pelajaran beliau. Tulis sendiri-sendiri ya.. Kalau mau ngerjainnya barengan nggak apa asal satu anak satu tugas. Ngerti nggak?"     

"Wiihhh.. akhirnya ya.. untungn aja Theo tanya. Kalau nggak matilah kita semua. Hahahaha.." Ucap Michael.     

"Eh, lu ngerasa panas nggak sih? Kok aku ngerasa panas gitu di sini?" Tanya Mega yang dudu di depan Ratna.     

"Hah? Mana ada panas? Orang kamu kan duduk tepat di atas kipas angin? Dingin gini kok di bilang panas sih?" Ucap Yoseph yang duduk di sebelah Mega. Beberapa anak yang tak dapat melihat kehadiran makhluk ghaib itu hanya dapat merasakan hawa panas di sekitarnya, padahal sedari tadi aku berdiam diri menahan agar makhluk halus itu tidak mendekatiku. Makhluk halus itu terus berdiri di dekat meja Ratna dan tak berpindah sama sekali. Sesekali saat ada orang yang berjalan mendekati Ratna, 'ia' langsung berpindah tempat di langit-langit kelas dengan menghadap ke bawah dan terus memperhatikan Ratna tanpa melepaskan pandangannya sedikitpun. Sesekali Ratna yang tak tahu apapun, ia hanya merasa ada yang aneh di atas kepalanya ataupun di belakang punggungnya. Ia merasa ada yang terus memperhatikannya tetapi tak ada seorangpun yang berada di belakangnya karena ia duduk di bangku paling akhir di kelas. Hingga tak terasa bel sekolah berbunyi menandakan sekolah sudah usai, aku langsung bergegas memasukkan barang-barang dan buku ke dalam tas, dan melihat makhluk halus itu tak ada lagi di samping Ratna. Kami pun pulang ke rumah masing-masing dan berjalan kelaur kelas.     

Ketika hendak keluar kelas, aku menginggat jika buku dan barang milik Rere nggak ada yang bantu untuk membereskannya, aku langsung berlari dan mengambil barang milik Rere dan membawanya ke ruang UKS.     

[tok-tok-tok]     

"Yaaa.. masukkk.." Terdengar suara bu Nur penjaga UKS menyambutku saat hendak masuk kedalam UKS.     

"Oh, Dyandara. Ada perlua apa Ndra?" Tanya bu Nur padaku.     

"Ini bu, mau kasih tasnya Reina. Soalnya dia belum siuman kan dari tadi?"     

"Iya. Sini taruk sini aja. Nanti keluarganya datang biar ibu langsung berikan." Ucap Bu Nur sambil menerima tas Reina dari tanganku.     

"Kalau gitu saya pamit dulu ya bu.." Ucapku sambil melangkah keluar UKS.     

"Iya Ndra.. Makasi yaa.." Salam bu Nur sambil melambaikan tangannya kepadaku. Akupun langsung berjalan menuju gerbang sekolah dan pulang ke rumah siang itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.