The Eyes are Opened

Awal Teror (Part 03)



Awal Teror (Part 03)

3"Maaaaa.. Andra pulang!!!" Teriak Dyandra saat tiba di rumah.     

"Iyaaa... Ow ya Ndra, mama dengar di sekolah kamu hari ini ada kejadian kesurupan ya?" Tanya mama saat aku baru saja masuk ke dalam rumah.     

"IYa. Mama kok tahu?"     

"Iya mama di kasih tahu tante Hetty mamanya Karin. Pas ada kejadian kesurupan ini, Karin sempat kirim video ke mamanya. Jadi mama tahu deh." Ucapnya sambil mengambil nasi hangat dari rice cooker.     

"Owww.. terus setelah mama tahu, mama nggak tanya keadaan anak mama ini?"     

"Ya enggak lah. Orang temanmu Karin cerita semuanya kok ke mamanya. Terus Tante Hetty cuman bilang gini ke mama buat ingetin kamu aja. JAngan lupa banyak-banyak doa dan puasa. Soalnya makhluk halus yang ada di kelasmu itu nggak suka dengan adanya Rere itu. Jadi bakalan ada beberap teror yang kalian akan alami beberapa hari kedepan." Terang mama padaku sambil mulai makan siang.     

"Masa sih ma? Terus mama percaya gitu aja?"     

"Iya lah. Mama kan tahu kalau tante Hetty nggak bakalan bercanda soal hal begituan. sudah yuk sambil makan. Mama lagi masak sayus asem nih, sama ada ayam goreng serundeng ke sukaanmu, sama ada dadar jagung." Ucap mama yang sudah membuka tudung saji di atas meja makan.     

Mendengar apa yang di ceritakan mama, firasatku sejak pulang sekolah tadi menjadi semakin kuat, jika makhluk halus yang sedari tadi mengikuti Ratna nggak ingin kelasku terlihat tenang sampai 'penjaga' yang di bawa Rere tak ada lagi di sekolah.     

"Emang makhluk halusnya kaya gimana? Apa kamu sempat lihat?" Tanya mama tiba-tiba saat kita sedang makan siang.     

"Hah? Kok tumben mama tanya hal beginian ke Andra?"     

"Ya mama pengen tahu aja. Soalnya yang di lihat tante Hetty itu banyak banget. Ada yang kaya siluman, ada yang arwah gentayangan dari murid jaman dulu, ada yang mbak kunti dan teman-temannya, dan yang paling menarik itu katanya tante Hetty itu ada seorang Nyai gitu kaya seorang putri dari kerajaan, pakai baju adat gitu, warnanya hijau daun, lalu pakai mahkota. Iya benar ta?"     

"Iya. Emang benar apa yang di lihat tante Hetty. Yang kaya seorang putri raja itu 'penjaga'nya Reina ma. Mama masih ingat kan sama Reina yang dulunya ikut Oma Yansen itu lho.. Dia sekarang tinggal di sini dan satu kelas denganku. Sejak kedatangannya memang suasana kelas terasa nggak enak banget, beberapa hari sebelum kejadian hari ini, kelas terasa sangat panaaasss banget. Padahal kipas angin sudah nyala, jendela kelas juga sudah di buka lebar, tapi tetap aja panas. Kaya panasnya itu engap gitu lho ma. Awalnya aku nggak ngeh jika di dalam kelas 'penghuni'nya merasa keganggu dengan adanya si Nyai. Namun baru tahu aku ketika Rere sering melamun dan emosinya terkadang nggak terkontrol, beberapa anak yang duduk di dekatnya sering mengetahui kalau Rere sering bicara sendiri padahal nggak ada siapa-siapa. Ya dari situ aku juga sering memperhatikan Rere, emang lama kelamaan agak aneh sih. Dan kejadian hari ini itu tepat kelas pas nggak ada anak sama sekali. Cuman tiga orang sama Rere, ya di situlah kejadian ini terjadi. Heboh dan jadi rame waktu ada kejadian ini. Sampai kakak kelas dua ikut ngelihatin, lalu ada anak kelas tiga yang masih belum pulang juga sampe balik kedalam sekolah buat lihat apa yang sedang terjadi." Jelasku pada mama.     

"Ohhh.. gitu.. Itu kamu dari mana?"     

"Aku pas baru pulang dari beli pentol di depan gerbang. Awalnya Andra juga nggak tahu kalau siang tadi ada kesurupan. Cuman dari depan Andra ngelihat kok langit sama aura gedung sekolah, ya tepatnya di kelasnya Andra itu kok gelap banget, kaya mendung gitu. Tapi di lain tempat terang banget. Mataharinya aja bersinar terang sampe menyengat di kulit kok. Terus dari halaman sekolah juga kok rame, anak-anak pada ngumpul di halaman semua. Ya pas sudah masuk ke gedung sekolah baru tahu kalau ada kejadian kesurupan."     

"Ya untungnya kamu nggak kenapa-kenapa deh. Ow ya ini kalau kamu sudah selesai makan, tolong cuci piringnya sekalian ya Ndra.. Mama mau ke kamar sebentar. Mau ngerapi'in baju baru selesai di setrika." Ucap mama sambil beranjak dari meja makan dan langsung bergegas menuju kamar.     

"Iya ma." Jawabku sambil terus menghabiskan makananku siang itu.     

Setelah selesai makan dan membersihkan piring kotor, aku langsung menuju ke kamarku dan tidur siang. Hari ini terasa sangat melelahkan, padahal seharian mata pelajarannya nggak terlalu berat. Entah kenapa terasa nagntuk dan baru saja aku membaringkan badanku ke atas tempat tidur, beberapa menit kemudian aku sudah tertidur dengan pulas hingga baru pertama kalinya kau tidru siang sampai bermimpi buruk.     

Aku bermimipi aku berada di sekolah seorang diri. Tak terlihat teman-temanku saat itu. Aku berdiri di depan halaman sekolah tepat di belakang pohon beringin. Langit terlihat senja hingga cahaya matahari berkilauan berwarna emas menyinari sekolahku saat itu. Aku berjalan menyusuri sekolahan yang terasa sepi, berjalan di sekitar koridor kelas. Ketika aku sedang berjalan di depan kelasku, aku mendengar suara di dalam kelas. Seakan ada proses belajar mengajar di sana, aku mencoba melihat ke dalam kelasku, namun tak ku dapati satu orangpun di sana. Aku sempat berpikiran aneh saat itu. Akhirnya aku lanjut berjalan lagi, dan lagi-lagi hal yang sama aku dengar. Terdengar suara anak-anak di dalam kelas yang berteriak dan tertawa, aku mengintipnya dari atas jendela dan aku tak melihat apapun lagi. Aku merasa kebingunan saat itu dan merasa aneh.     

"Kenapa nggak ada orang satupun di sekolah ya?" Gumamku sambil memperhatikan sekeliling hingga ke lantai dua. Di saat aku menoleh ke atas di lantai dua, tepat di depan ruang kelas dua, aku sekilas melihat ada anak perempuan berambut pendek yang terlihat sedari tadi melihatiku. Namun ketika aku melihat ke arahnya, ia langsung pergi menjauh dari pinggir balkon lantai dua. Aku mencoba mendekatinya, berlari menaiki tangga yang terasa berat. Padahal tangga yang aku naiki seperti biasanya di sekolah. Tangga ini terasa sangat lama semakin lama semakin jauh. Ketika aku sudah berada di dekat ujung tangga itu, aku melihat anak perempuan itu berlari di depanku ke arah kiri. Aku langsung mengejarnya kembali dan mengikuti kemana anak itu pergi, tetapi aku tak dapat menemukannya. Di saat aku masih merasa bingung dengan semua ini, aku terdiam di tengah-tengah balkon lantai dua di depan kelas 11 IPA-2. Aku duduk di bangku di depan kelas sambil beberapa kali mencoba untuk menyadarkan diri, namun aku nggak bisa kembali ke dunia nyata saat itu. Lalu, aku mendengar suara langkah kaki yang berlari dari koridor ke koridor yang lain. Terdengar sangat keras hingga membuatku terkejut. Aku kembali mengikuti suara itu dan akhirnya 'dia' membawaku di dalam ke depan kelasku lagi. Di situ aku melihat anak perempuan itu berdiri di tengah-tengah kelas sambil tersenyum kepadaku. Aku mencoba mendekatinya dan memberanikan kakiku untuk masuk ke dalam kelasku yang saat itu terlihat sangat sunyi tak ada orang lain di dalamnya. Hawa dingin yang mencekam membuat bulu kuduku berdiri, dan aku merasakan banyak sepasang mata yang tengah memperhatikanku dari jauh.     

Hingga akhirnya aku telah berada di depan kelas dan memperhatikan sekelilingku. Aku masih melihat anak itu dan terus tersenyum kepadaku. Ia terlihat tampak pucat dengan baju seragam yang terlihat kotor di bagian belakangnya dan beberapa terkihat bekas tanah di lengan seragamnya.     

"Kamu siapa?" Tanyaku memberanikan diri bertanya pada anak itu. Namun ia tak mengucapkan satu kata apapun, hanya tersenyum dan terus melambaikan tangannya kepadaku yang menyuruhku untuk mendekat kepadanya.     

Aku tak berani untuk melangkah mendekatinya, aku terus memperhatikannya yang terus memanggilku untuk mendekat. Suasana di dalam kelas semakin lama semakin mencekam, terasa gelap di dalam meskipun di luar terlihat masih sangat terang. Akhirnya aku memberanikan diri untuk melangkah maju mendekati perempuan itu.     

Ketika aku melangkahkan kakiku satu langkah, anak perempuan itu tiba-tiba menghilang. Bau kemenyan dan bunga melati menyerbak di ruang kelas. Bulu kudu menjadi berdiri dan aku segera keluar kelas. Namun siapa sangka di depan kelas terlihat beberapa temnku yang berdiri di sana. Aku terkejut dan langsung mendekati mereka. Aku mengajak salah satu temanku yang saat itu paling dekat denganku berdiri dan menarik lengannya untuk segera keluar dari sekolah saat itu. Namun 'mereka' tak ada yang bergerak sedikitpun. 'Mereka' juga terdiam seperti patung, tak bergeming sedikitpun. Aku mulai memperhatikan setiap mereka dengan detail dari atas hingga bawah. Aku berjalan mundur kebelakang untuk menghindari mereka satu persatu.     

"Hah-hah-hah. Inih.. bukan.. teman-temanku.." Ucapku yang terus merasa ketakutan dan terus berjalan mundur kebelakang. Aku menubruk seseorang saat berjalan ke belakang. Aku menoleh dan melihat siapa yang aku tubruk.     

"Hah! Lenii!! Len!! Sadar Lenn!!!" Ucapku dengan keras di hadapan Leni yang juga mematung. Aku mencoba menggoyang-goyangkan tubuh Leni dengan kencang, namun ia tak bergeming. Aku mulai sadar jika di dalam mimpiku ini sekarang teman-temanku bukanlah teman yang biasanya aku temui di kehidupan sehari-hariku. Wajah pucat, kulit dingin sedingin es, serta bau kemenyan dan bunga yang tercium dari setiap tubuh anak di hadapanku membuatku yakin jika mereka di dalam mimpiku saat ini sudah tiada.     

"Nggak! Nggak mungkin!! Ini nggak mungkinn!!!" Teriakku sambil berlari meninggalkan sekolah. Di saat yang bersamaan, ketika aku melihat kebelakang, aku melihat seluruh anak yang berdiri di halaman sekolah menoleh ke arahku dengan tatapan yang sangat tajam. Aku berteriak dan terus berlari menuju gerbang sekolah, berharap ada orang yang dapat menolongku. Namun hingga di depan gerbang sekolah, tak ada seorangpun di sana. Aku berlari menuju pos satpam, namun tak ada siapapun. Di jalan raya juga tak ada seorangpun. Hanya daun kering yang berterbangan tertiup angin. Hingga akhirnya aku terbangun dari tidurku saat mama membangunkanku.     

"Ndra!! Bangunn!!! Ayo sudah gelap!! Ayo bangun!!" Teriak mama membangunkanku.     

Saat itu aku langsung terbangun dengan nafas yang masih terengah-engah dan di seluruh temapt tidurku serta bajuku seketika basah terkena keringat.     

"Ya ampuuunnn!! Kamu ini abis ngapainn?? Lihat tuh kasur sama bajumu basah semua. Kamu juga abis ngigau apa'an sih? Kok kaya orang minta tolong tapi nggak ada suaranya.?"     

"Hah? Yang benar ma? Aku abis mimpi buruk soalnya. Di kejar-kejar hantu." Ucapku yang masih mencoba mengatur nafasku.     

"Makanya. Kalau sudah sore itu jangan tidur kelama'an, apalagi sampe lewat maghrib. Kata orang dulu tuh ya pamali kalau kita tidur sampe lewat maghrib itu."     

"Emang kenapa?" Tanyaku penasaran.     

"Yaaa.. orang dulu bilangnya kalau maghribkan setan pada keluar semua. Jadi cari mangsa yang lagi lemah jiwanya, kaya kamu gini. Pas tidur itu jiwa kita melemah, makanya kita bisa bermimpi. Udah sana cepat bangun! Lalu mandi! Makan juga sekalian setelah mandi! Mama sudah beli'in sate ayam tadi." Ucap mama sambil berjalan keluar kamarku.     

Mendengar penjelasan mama, aku langsung melihat jam yang ada di dinding kamarku dan terlihat di sana sudah hampir jam tujuh malam. Aku langsung bergegas untuk mandi dan makan malam, sambil memikirkan ucapan mama itu memang ada benarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.