The Eyes are Opened

Akhir dari Sebuah Hubungan (Part 06)



Akhir dari Sebuah Hubungan (Part 06)

0Saat itu matahari bersinar sangat terik hingga terasa sampai ke dalam kulit. Aku berjalan di bagian yang tak terkena matahari agar kulit ku tak terbakar. Melewati koridor-koridor sekolah yang tak terkena panas, melewati bawah pohon palem yang rindang, dan terus berjalan hingga dekat di pos satpam. Ketika aku sedang berjalan menuju pos satpam aku bertemu dengan Chen Li yang telah melihatku dari kejauhan. Aku yang juga tak sengaja melihatnya langsung memalingkan wajahku. Ia terlihat terus memperhatikanku sampai ia hendak masuk ke dalam gerbang gedung SMA.     

"Hmmm.. aku di bawa'i makan apa ya sama mama? Kan tadi bilangnya mau belikan aku nasi bungkus, jadi nggak sabar.." Gumamku sambil berlari kecil menuju pos satpam yang terlihat sangat ramai dengan anak-anak yang juga mengambil makan siangnya yang di titipkan di pos satpam.     

"Waahhh.. rame juga yaaa.. Uhmm... punyaku yang mana nih?" Gumamku sambil mencari makanan yang terdapat tulisan atas namaku.     

"Aaahhh!!! Ini dia punyaku. Waahhh.. ketutupan punya orang lain, sampai nggak kelihatan. Nahhh.. waktunya makaannn.." Ucapku sambil tersenyum membawa nasi yang di bawakan oleh mama. Namun ternyata senyumku saat itu langsung menghilang begitu saja saat tak sengaja melihat yang seharusnya tak kulihat siang itu.     

"Waahhh.. ini warung ayam selalu ramai banget ya.. Apalagi saat jam makan siang gini. Uhmm.. tunggu. Itu bukannya ko Azka? Dia sama anak itu lagi? Haaahhhhh.. sudahlah.. aku capek jika harus menghadapi hal yang seperti ini." Ucapku yang tak sengaja melihat kak Azka bersama Cindy yang sedang makan berdua di warung ayam. Aku melihatnya dari cermin besar yang terpasang di depannya. Ia terlihat terkejut saat aku mengetahuinya melalui cermin itu. Kak Azka langsung membalikkan badannya dan melihatku yang sudah berjalan pergi saat ia ketahuan.     

"Haaahhhh!! Ngapain juga aku tadi noleh ke arah situ! Jadi ngelihat hal kaya gitu kan? Bikin tambah bete aja deh. Udah lah. Apa aku akhiri aja ya? Apa aku coba buat bilang ke ko Azka minta putus. Udah ah... aku lebih baik makan aja." Ucapku yang terus berjalan menuju kelas di tengah teriknya panas matahari siang itu.     

Selesai makan siang, aku menelungkupkan tubuhku sambil terus memikirkan apa yang telah aku lihat belakangan ini. Seketika saja air mata menetes dan membasahi rokku. Dengan cepat aku mengambil tissue yang aku taruh di laci meja dan menghapus air mataku agar tak terlihat oleh teman-temanku saat itu. Sakit rasanya hati ini. Bahkan terasa sangat menyakitkan untukku yang baru saja mengalami patah hati.     

"Apa aku bisa ya menghadapi kaya gini nanti kalau aku putus sama ko Azka? Tiba-tiba orang yang terdekat denganku tak ada lagi. Nggak ada yang tanya kabar lagi, nggak ada yang menemaniku bermain lagi, sendirian lagi. Yah.. meskipun baru tiga bulan lebih aku berpacaran dengan ko Azka, tetapi rasa kehilangan itu sangat terasa banget buatku. Haaahhhh..." Gumamku sambil menghela nafas panjang.     

[Drrrttt!!]     

"Hmm?? Sapa yang kirim pesan?" Ucapku sambil mengambil ponselku di atas meja.     

13.45 ["Non, nanti aku mau ngomong sama kamu sepulang sekolah ya. Aku tunggu di lantai 2 depan kelas ku. Ow ya, jangan lupa kasih tahu antar jemputmu untuk menjemputmu lebih lama. Bye."]     

"Hmmm.. Mau ngomongin apa nih? Kok perasaanku makin nggak enak aja. Udah ah... aku baca novelku aja kali ya?" Ucapku sambil mengeluarkan buku novel yang ada di dalam tasku.     

Aku membaca buku novel yang saat itu bercerita tentang percintaan membuatku semakin enggan untuk membacanya. Aku menaruk buku itu di atas meja dan menjadikannya bantalku untuk tidur siang itu. Seakan di akhir hari ini di sekolah aku jadi sangat malas untuk melakukan apapun apalagi mendengarkan guru mengajar. Hingga tak terasa bel istirahat ke tiga telah usai. Semua anak berlarian masuk ke dalam kelas saat melihat guru kami yang akan mengajar di akhir jam ini sudah berjalan menuju kelas kami. Yap. Sore ini pelajaran terakhir adalah pelajaran sejarah. Pelajaran yang lebih banyak cerita dan sering kali membuatku sangat mengantuk. Apalagi di jam-jam terakhir seperti ini. Di saat awal-awal Bu Mia masih menjelaskan pelajaran, aku masih dapat fokus dan dapat mengalihkan pikiran ku tentang ko Azka. Namun setelah pertengahan pelajaran, aku mulai merasa sangat ngantuk dan sangat susah sekali untuk fokus pada penjelasan bu Mia. Hingga tak terasa aku melamun di tengah-tengah pelajaran.     

"Brraakkk!!!" Terdengar suara papa tulis yang di pukul dengan sanagt keras mengunakan telapak tangan. Aku yang mendengarnya langsung terkejut dan melihat kembali ke bu Mia yang sedang menjelaskan pelajaran sore itu.     

"Itu ya! Yang duduk di pinggir tembok depan sana!! Kalau mengantuk segera ke toilet dan cuci mukanya biar segar! Jangan sampai malah melamun kemana-mana pikirannya!! Ayo cepat!!" Teriak bu Mia padaku yang tak memperhatikannya di sepanjang pelajarannya. Aku yang merasa di tegur oleh beliau langsung saja keluar dari kelas dan berlari menuju toilet.     

"Waahhh kok bisa sih aku ngantuk banget tadi. Kayanya aku tadi sempat tertidur beberapa detik deh waktu bu Mia lagi njelasin makanya bu Mia sampai marah gitu. Hehehehe.. emang suaranya merdu banget sih buat tidur siang tambah nyenyak banget." Ucapku sambil berjalan menuju toilet. Aku langsung mencuci mukaku setibanya di toilet dan menunggu beberapa saat gara mataku terasa segar kembali sambil duduk-duduk di depan ruang bimbingan yang selalu kosong.     

Di saat aku sedang duduk-duduk, kak Andrew tiba-tiba lewat di depanku.     

"Lho Ndra? Ngapain kamu ada di sini? Nggak masuk kelas?"     

"Hehehehe.. iya bentar lagi kak. Tadi sempat ketiduran soalnya. Hehehe.."     

"Tumben? Emang semalem kurang tidur?"     

"Ya nggak juga sih.. Mungkin banyak pikiran aja, jadinya di bawa ngantuk.. Hehehe.. Ya udah kak, aku balik ke kelas dulu ya." Ucapku sambil beranjak dari tempat dudukku.     

"Eh, Ndra, Ndra bentar deh." Ucap kak Andrew saat menahan sebelum aku beranjak pergi.     

"Apa kak?" Tanyaku penasaran.     

"Yang kuat ya nanti. Aku tahu apa yang akan terjadi setelah pulang sekolah. Inget omonganku dulu pas di hotel itu? Kamu ada orang yang sedang menantimu di luar sana. Jadi kalau kamu nanti berakhir dengan Azka, jangan terlalu sedih berlebihan. Aku percaya pasanganmu nanti pasti lebih baik dari Azka. Oke? Ya sudah balik sana sebelum di cariin Bu Mia."     

"Iya kak makasi." Ucapku sambil berjalan meninggalkan kak Andrew dan tersenyum kepadanya.     

Mendengar ucapan kak Andrew barusan aku jadi teringat dengan cowok yang ada di dalam mimpiku beberapa bulan yang lalu. Seakan nyata dan masih teringat jelas di ingatanku ia menemuiku tiga kali di dalam mimpi. Aku terus berjalan menuju ke kelas dan sebelum masuk aku melihat jam yang ada di layar ponselku.     

"Bentar lagi pulang." Gumamku saat mulai melangkahkan kakiku masuk ke dalam kelas dan mengikuti pelajaran bu Mia kembali.     

[Teng! Teng! Teng! Teng! Teng! Teng!]     

Terdengar bunyi bel sekolah yang sangat panjang. Menandakan jam pelajaran telah usai dan kami langsung bergegas merapikan buku dan alat tulis agar dapat pulang lebih cepat. Aku sendiri memperlambat untuk keluar kelas, agar tak ada yang melihat ku saat akan menemui ko Azka nantinya. Setelah semua anak keluar kelas, aku pun ikut keluar kelas dan dengan perlahan aku berjalan memutar sambil menunggu anak kelas 3 sudah pulang semuanya. Aku menunggu di depan perpus sambil membaca buku novel yang aku baca. Aku menunggu kurang lebih hingga 30 menit setelah jam pulang sekolah. Di saat itu semua anak sudah pulang. Hanya tersisa aku, ko Azka, kak Andrew dan Karin. Kak Azka menghampiriku yang masih terduduk di depan perpus.     

"Ndra!" Teriaknya dari kejauhan. Aku yang mendengar suaranya itu langsung memalingkan mukaku dan melihat ke arahnya. Ia berjalan dengan santai sambil menghampiriku lalu mengulurkan tangannya kepadaku.     

"Ayo. Di sana aja." Ajaknya. Namun aku yang saat itu sudah terlanjur kecewa dengannya, aku tak meraih tangannya yang ia julurkan padaku. Aku langsung beranjak dari tempat dudukku dan memberi jarak padanya saat berjalan. Aku juga melihat Karin dan kak Andrew yang tengah menunggu kami di sudut kelas dua, lalu Karin berdiri dari tempat duduknya dan menepuk pundakku saat aku berjalan melewatinya. Seakan mereka semua telah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya padaku. Aku hanya terdiam sambil melihatnya lalu terus berjalan mengikuti kak Azka sampai di ujung lorong depan kelasnya.     

"Uhmm.. kita ngobrol di sini ya.. Nggak apa kan?" Tanyanya dengan nada yang lembut.     

"Terus? Kamu mau ngomong apa ko?"     

"Uhmmm.. Gini non. Aku benar-benar minta maaf atas apa yang sudah terjadi belakangan ini. AKu tahu kamu beberapa hari ini sangat kecewa sama aku. Aku ngerasa kita nggak pantas buat terus bersama non. Kamu anak e baik-baik, sedangkan aku yaaa... kaya gini. Aku nggak mau nyakitin kamu lebih jauh lagi. Aku minta maaf ya non.." Ucapnya sambil tertunduk.     

"Jadi maksudmu apa ko? Putus?" Ucapku dengan pelan sambil menahan tangisanku yang perlahan mulai pecah.     

"Jangan nangis.. Aku tahu aku salah. Aku tahu kamu pasti sakit hati sama aku. Tapi aku mohon kamu jangan nangis sekarang."     

"Kamu bisa bilang seperti itu, kamu pikir mudah buatku yang sudah nahan semua ini?" Ucapku yang semakin tak kuasa menahan tangisanku yang semakin lama semakin pecah. Aku menangis sejadi-jadinya. Sangat sakit yang kurasakan saat itu, ketika tahu apa yang selama ini aku lihat dia mengakuinya di depan ku sekarang.     

Berkali-kali aku mencoba untuk menahan tangisanku, namun berkali-kali lebih banyak tangisanku malah semakin menjadi-jadi. Kak Azka mencoba menenangkanku sambil memelukku. Tetapi semakin dalam yang kurasakan semakin sakit hatiku saat itu. Seakan-akan perasaanku sudah hancur di tusuk-tusuk dengannya dari belakang berkali-kali. Aku mencoba untuk menghentikan tangisanku hingga akhirnya aku dapat berhenti dan mulai tenang. Aku terdiam di depannya dan tak berbicara apapun lagi.     

"Ndra, mulai sekarang, jangan coba buat hubungi aku lagi ya.. Kamu pantas buat dapetin cowok yang lebih baik di masa depan nanti. Makasi buat kebaikanmu selama ini, meskipun sangat singkat, tetapi kamu sudah jadi pacarku yang baik dari pada yang lainnya."     

Aku hanya menganggukkan kepalaku lalu dengan cepat aku menagmbil semua tas dan barang-barangku. Aku langsung beranjak dan meninggalkan kak Azka sendirian di sana. Aku berlari menuruni anak tangga dan terus berlari keluar gedung sekolah. Di saat pak Daud datang menjemputku yang sudah ia tunggu sedari tadi. Aku langsung naik ke atas sepeda motor dan langsung pulang ke rumah tanpa memperdulikan penampilanku saat itu. Hari itu benar-benar hari terberatku yang pernah aku rasakan untuk pertama kalinya. Pak Daud yang terus memperhatikanku saat di atas sepeda motor yang terus menangis, ia tak berani berkata apapun hingga tiba di rumah. Sesampainya di rumahpun aku langsung masuk ke dalam kamar dan mengambil semua barang pemberian kak Azka kepadaku. Aku memasukkannya ke dalam kotak dus dan menyimpannya dalam-dalam di bawah tempat tidurku. Lalu aku menghapus kontak teleponnya dari ponselku serta beberapa foto yang pernah kami abadikan selama menjalin hubungan dengannya. Aku menangis sejadi-jadinya siang itu sampai akhirnya aku tertidur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.