The Eyes are Opened

Akhir dari Sebuah Hubungan (Part 04)



Akhir dari Sebuah Hubungan (Part 04)

2Hari Kamis jam 06.15 WIB.     

Pagi-pagi sekali sebelum banyak anak yang datang ke sekolah, aku sudah tiba terlebih dahulu. Terlihat di halaman sekolah yang masih sangat sepi. Hanya segelintir anak yang memiliki urmah yang sangat jauh sudah datang terlebih dahulu. Namun kebanyakan, mereka yang memiliki rumah tak jauh dari sekolah datang lebih siang bahkan ada yang datang 10 menit sebelum bel masuk sekolah berbunyi. Udara masih dingin dan sejuk, sinar matahari belum hangat jika jam tujuh pagi. Aku berjalan dari gerbang sekolah menuju ke gerbang gedung SMA yang terletak 300 kilometer di depan sana. Perasaan yang tak enak sedari tadi pagi sudah menyelimutiku hingga aku tiba di sekolah. Aku terus berjalan melewati parkiran sepeda motor dan menoleh ke kananku, terlihat sepeda motor kak Azka telah terparkir di ujung parkiran menandakan jika ia tiba di sekolah sangat awal dan masih belum ada orang yang datang terlebih dahulu selain dia. Aku terus berjalan hingga tiba di depan gerbang gedung SMA. Terlihat beberapa anak yang mulai datang mendahuluiku dari belakang, serta beberapa anak lainnya berlarian di sepanjang koridor kelas menuju kelas lainnya. Suasana sekolah yang masih sangat sepi terasa lebih tenang dari pada ketika suasana sekolah yang sudah ramai. Aku terus berjalan di sepanjang koridor sekolah, hingga di pertengahan jalan tiba-tiba secara supranatural aku di beri penglihatan tentang kak Azka yang sedang berada di gedung SMP dengan seorang anak perempuan di depannya. Ia membelakangiku, namun aku tahu persis itu kak Azka dari bentuk badannya dan juga sepatu basket yang selalu ia kenakan ke sekolah. Di depannya berdiri seorang anak perempuan yang mengenakan seragam SMP, hanya terlihat sebagian wajahnya yang aku lihat. Sebagian lainnya tertutup dengan tubuh kak Azka yang tinggi besar. Mereka terlihat sedang mengobrol di depan lorong dekat tangga sambil tangan kak Azka menyangga di tiang tangga untuk bersandar.     

Aku yang saat itu melihat apa yang seharusnya tak ku ketahui seketika terkejut, mataku terbelalak namun aku tak dapat mendekatinya. Aku melihat juga di sekeliling gedung SMP saat itu masih sangat sepi dan hampir anak-anak yang sudah datang, mereka berdiam di dalam kelas. Tak ada yang berjalan-jalan di depan kelas maupun di sekitar koridor sekolah. Anak perempuan yang bersama kak Azka juga terlihat sesekali tersenyum manja dan malu-malu saat kak Azka menggodanya. Aku hanya merasakan sakit pada hatiku dan entah tahu apa yang haru aku lakukan. Aku memperhatikan di sekitar mereka terlihat sebuah kantung plastik berwarna hitam di bawa oleh kak Azka pada tangan kirinya. Mereka sangat dekat sekali hingga hampir terlihat berpelukan. Itu terakhir yang aku lihat saat itu. Lalu pandanganku seketika gelap dan terasa pusing, aku mencoba untuk menstabilkan diriku dan mulai berjalan kembali menuju kelas yang sudah terlihat dekat denganku saat itu.     

Aku masih bingung dan bengong saat mendapatkan penglihatan itu, terasa sekejap namun aku melihat jelas seluruh yang terjadi di sana. Seakan satu kedipan mata lalu aku kembali lagi. Aku terus berjalan menuju ke kelasku tanpa memperhatikan sekelilingku. Perasaanku seketika bercampur aduk seiring aku mengingat kembali apa yang aku tonton baru saja. Aku masuk ke dalam kelas yang sudah ada beberapa anak yang telah datang. Aku duduk di mejaku tanpa mengeluarkan apapun dari dalam tas. Aku duduk dan termangu mengingat kejadian tadi pagi. Seperti mimpi yang menjadi kenyataan aku beberapa kali menyadarkan diriku saat itu sambil beberapa kali meminum air yang aku bawa hingga tak terasa seluruh teman sekelasku telah tiba semua.     

[Teng!-teng!-teng!-teng!-teng!]     

Terdengar lonceng sekolah sudah berbunyi. Beberapa anak yang masih di depan kelas berlarian masuk ke dalam kelas dan langsung duduk di bangku mereka masing-masing. Lalu di saat yang bersamaan, terdengan suara teriakan anak di luar kelas yang memanggil namaku beberapa kali. Suara itu terdengar hingga ke telingaku di dalam kelas, padahal saat itu suasana kelas masih sangat ramai dan gaduh karena anak-anak yang lainnya masih berbicang sana sini. Aku yang masih duduk diam di bangkuku beberapa kali menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sumber suara yang memanggilku. Hingga akhirnya terlihat Leni, Nia, dan Ayu yang berlarian dari depan kelas sambil mendekati mejaku. Mereka bertiga terlihat terengah-engah saat menemuiku. Lalu Leni yang berada di dekatku langsung menceritakan apa yang mereka lihat sebelum masuk ke kelas.     

Ia bercerita jika tadi saat sedang di dekat laboratorium bahasa yang dekat dengan lorong penghubung gedung SMP dan SMA, mereka melihat kak Azka yang sedang berduaan dengan seorang anak SMP. Terlihat sangat dekat dan mesra hingga tak segan-segannya kak Azka mendekatkan badannya pada anak perempuan itu. Dan ucapan Leni juga di benarkan oleh Nia yang juga melihat mereka berdua hingga merekam menggunakan ponsel Leni. Aku yang melihat video singkat itu menjadi semakin terdiam membisu dan tak dapat berkata apapun saat itu. Hanya ucapan terima kasih kepada mereka yang telah memberi tahuku kejadian itu.     

"Apa ini? Kenapa yang aku lihat tadi pagi sama yang Leni ceritakan sama persis? Apa ini nggak halusinasiku? Atau ini beneran kenyataan?" Gumamku saat semua anak sudah kembali di meja mereka masing-masing dan guru yang mengajar di jam pelajaran pertama saat itu baru saja masuk.     

Jam pelajaran pertama bahasa Inggris yang membahas materi di buku cetak, namun pikiranku saat itu tak dapat konsentrasi sama sekali. Aku terus-menerus mengingat apa yang aku lihat sendiri dengan kedua mataku dan kedua telingaku barusan. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk bertanya pada kak Andrew di tengah-tengah pelajaran.     

Dengan perlahan aku mengeluarkan ponselku dari dalam laci meja dan berusaha untuk menutupinya agar guruku tak melihat apa yang aku lakukan saat itu.     

08.01 ["Kak. Aku mau tanya sesuatu."]     

08.10 ["Iya. Mau tanya apa. Tapi aku gak bisa balas cepat lho! Soalnya ini aku lagi praktikum jadi agak lama."     

08.12 ["Iya. Gak apa."]     

Akhirnya aku menceritakan apa yang aku alami tadi pagi saat aku tiba di sekolah dengan apa yang aku dengar dari ketiga temanku baru saja kepada kak Andrew, dan benar saja ia nampak terkejut mendengar apa yang aku ceritakan ini.     

08.30 [" Kak, itu bisa di bilang dari kemampuan indra keenamku nggak sih apa yang aku alami itu tadi pagi? Terus kak Azka gimana dong caranya ngadepinnya? Jujur perasaanku sekarang campur aduk nggak karuan. Mau nangis tapi nggak bisa, mau marah juga nggak bisa, aku harus gimana kak?"]     

08.45 ["Iya emang benar yang kamu lihat tadi itu adalah salah satu tanda dari orang yang memiliki indra keenam. Itu berarti kemampuanmu saat ini sudah berkembang lebih lagi. Kamu bisa asah itu agar lebih sensitif lagi dengan cara sering-sering puasa Ndra. Lalu masalah Azka biar aku terawang dulu ya bener nggaknya apa yang kamu lihat itu. Nanti waktu istirahat aku hubungi lagi."]     

08.47 ["Iya kak. Aku tunggu ya.."] Balasku pada kak Andrew dan mengakhiri pesanku saat itu. Aku mengikuti sisa pelajaran pagi itu dengan pikiran yang nggak dapat fokus hingga bunyi lonceng jam istirahat pertama berbunyi. Aku menunggu di kelas sambil memperhatikan ponselku lalu beberapa menit kemudian, kak Andrew menghubungiku. Aku berlari menuju toilet cewek lalu menganggkat telepon dari kak Andrew.     

"Haloo??" Ucapku saat pertama kali menerima telepon dari kak Andrew.     

["Halooo.. Ndra.."]     

"Ya kak?"     

["Kamu di mana ini sekarang?"]     

"Aku di toilet. Hehehehe..."     

["Ngapain di toilet?"]     

"Ya biar nggak kedengaran banyak orang, lagi pula di kelasku juga lagi rame banget."     

["Ow yayayaya.. Ya sudah. Nggak apa. Ow ya, Ndra. Apa yang kamu lihat itu ya benar adanya dan tadi aku nerawang Azka juga sama seperti apa yang kamu lihat. Tetapi aku ngerasa hubungannya dengan cewek itu lebih spesial dari pada hubungan pertemenan Ndra. Entah dari Azka atau dari si cewek yang memulai saling menyukai. Kalau kamu mau menanyakan hal ini ke Azka, jangan langsung to the point ya.. Soalnya Azka ini pinter banget buat nutupin apa yang sudah ia lakukan sama ceweknya. Menurutku ajak bicara santai dulu baru kamu bilang kalau kamu nggak sengaja ngelihat dia di depan lorong SMP sama cewe lain. Nanti lak dia baru mau bicara."]     

"Yakin kak? Kak Azkanya nggak menghindariku? Ataupun nggak bohong sama aku?"     

["Ya kalau bohong nggaknya ya pasti dia ada lah nutupin hal itu sama kamu awalnya.. Tapi kamu harus tetap tenang lho ya.. Jangan keburu-buru buat tanyain hal itu apalagi kaya introgasi gitu. Malah tengkar dan kamu nggak dapet jawaban yang kamu mau. Dan satu hal lagi yag aku lihat itu, kamu sama Azka nggak bakal lama Ndra. Entah kapan kalian akan putus karena cewek itu. Tetapi Azka juga nggak serius dengan cewek itu. Uhmmm.. dia kehalang sama restu saudara laki-laki cewe itu jadi ya.. cuman buat seru-seruan aja sih.. Udah nggak usah sedih banget kehilangan Azka. Aku juga minta maaf nggak bisa cegah Karin yang terus jodohin kamu sama Azka saat itu karena Karin sendiri nggak cerita ke aku sebelumnya. Aku juga tahu waktu di lapangan basket itu. Aku ingetin sekali lagi ya Ndra.. jangan keburu-buru buat tanyain hal ini ke Azka. Kalaupun dia nggak mau terbuka atau jujur sama kamu ya sudah. Anggap aja kamu mengiyakan apa yang ia cerita ke kamu. Soalnya Azka ini orang yang sifatnya pendendam juga sih. Jadi kamunya juga harus hati-hati kalau bicara ya.."]     

"Iya kak. Makasi ya.."     

["Iya. Eh, sudah dulu ya.. Karin mau datang ini. Bye Ndra.."] Ucap kak Andrew mengakhiri telepon kami saat itu.     

Setelah itu aku langsung mencari Azka untuk berbicara dengannya. Aku menghampiri ke kelasnya, tetapi saat itu aku tak menemukannya di manapun. Lalu aku berjalan lagi menuju kantin sekolah dan lagi-lagi aku tak menemukannya di manapun. Aku berjalan lagi menuju lapangan basket, tetapi tak terlihat anak yang sedang bermain di lapangan basket hari itu juga. Aku hendak melihat ke kantin SMP tetapi, saat itu kakiku rasanya enggan untuk melangkah ke sana. Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan kembali ke dalam kelas sambil memikirkan apa yang di bilang oleh kak Andrew dengan apa yang aku lihat tadi pagi. Seakan aku memang tak diijinkan untuk tak melangkahkan kakiku di kantin SMP saat itu. Perasaanku yang semakin kacau dan nggak nyaman ini membuatku sepanjang hari terlihat gelisah. Aku sendiri sekarang tak dapat cerita pada siapapun saat ini membuat gelisahku semakin menjadi-jadi. Aku berjalan menuju ke kelas dan menghubungi kak Azka. Aku mengirimkannya pesan dan menanyakan kabarnya pagi itu dan langsung saja ia jawab, jika ia sedari tadi sedang berada makan di kantin SMP dengan beberapa temannya. Aku hanya terdiam setelah mengetahui jawabannya dan tak menjawab pesannya lagi. Ketika aku tak menjawab pesannya, tiba-tiba kak Azka datang menemuiku di kelas sambil memberikan aku dua buah snack risol mayo, lalu ia langsung pergi meninggalkanku, berlari menuju kelasnya sebelum bel istirahat berbunyi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.