The Eyes are Opened

Aku Tahu Sebelum Kamu Tahu (Part 03)



Aku Tahu Sebelum Kamu Tahu (Part 03)

3"Hoi Ka! Lu YAkin tuh cewek bakalan nyamperin lu!" Ujar salah satu teman dekatnya yang bernama Boy.     

"Iya gue yakin banget. Tuh anak bisa di bilang polos banget tahu! Jadi lucu aja." Ucapnya sambil tersenyum.     

"Eh, tapi gue bilangin ke elu kalau jangan pernah lu permainkan hatinya!" Timpal kak Andrew yang saat itu ikut bersama dengan kak Azka menunggu di dekat tangga.     

"Iyaaaa...iyaaa.. lagian sapa juga yang mau nyakitin cewe kaya gitu. Tapi lama-kelamaan dilihat tuh anak imut juga. Hahahaha.. Boleh lah aku pacarin. Sapa tahu bakal betah."     

"Ahhh.. serah lu lah Ka. Gue balik dulu. Karin sudah selesai kelas." Ucap kak Andrew yang langsung meninggalkan kak Azka saat itu.     

"Iya gue juga balik dulu ya Ka! Males jadi obat nyamuk mending gue cari gebetan di luar. Hahahaha" Ujar Boy sambil menepuk pundak Azka dan berlari menuruni anak tangga di dekatnya.     

Setelah semua teman kak Azka pualng dna hanya tinggal kak Azka sendirian sambil menungguku datang, ia beberapa kali terlihat sibuk dengan ponselnya. Aku yang sedang berjalan ke arahnya melihatya yang duduk sendirian di depan ruang perpus sambil beberapa kali mengecek layar ponsel yang terus ia pegang.     

"Uhmm.. kak ada apa ya?" Tanyaku padanya saat aku sudah di dekatnya.     

"Oh hai Ndra. Nggak apa. Pengen ngobrol aja sama kamu. Nggak apa kan? Kalau aku ke rumahmu sungkan juga lama-lama. Hehehe.. Uhmm.. kamu sabtu ini kosong nggak?"     

"Kenapa kak?"     

"Mau nggak nemeni aku nonton sabtu ini? Aku tadi di kasih temanku tiket nonton dua, tapi bingung juga mau nonton sama siapa.. Makanya mau ajakin kamu. Gimana?"     

"Uhmmm.. rasanya nggak bisa deh kak. Aku sudah janji sama mama amu bantuin mama sabtu ini.' Ucapku yang terpaksa berbohong untuk menghindari keluar bersama dengannya.     

"Ahhh.. gitu ya.. ya udah deh nggak apa.. lain kali aja ya.."     

"Iya kak.. Hehehe.. Uhmm aku balik duluan ya kak. Maaf, antar jemputku sudah di depan gerbang saolnya. Nggak enak nanti nunggu terlalu lama. Makasi juga tawarannya." Ucapku sambil berlalu pergi meninggalkannya. Tetapi kak Azka dengan cepat bangkit dari tempat duduknya hingga dapat mengejarku.     

Akhirnya kami berjalan bersama keluar gedung sekolah. Di saat kak Azka berjalan di sampingku, beberapa anak cewek kelas tiga yang melihat kami berjalan bersama langsung saja mendekati kami dan menggandeng lengan kak Azka.     

"Azkaaaa!! Iiihhh kamu dari tadi kemana aja sih? Aku dari tadi nungguin kamu lho di sini." Ucap Jeslyn teman sekelas kak Azka yang ternyata menyukainya.     

["Ganjen banget sih tuh cewek. Pake deket-deketin d*d*nya kaya gitu. Iiiihh.. jijik liatnya"] Gumamku dalam hati saat teman sekelasnya kak Azka datang dan langsung main peluk kak Azka. Tanpa banyak bicara pun aku langsung berjalan lebih cepat dan menaiki sepeda motor pak Daud yang sudah siap. Kak Azka yang melihatku langsung pulang tanpa menyapanya terlihat sangat kesal dengan sikap teman-temannya itu. Ia pun melepas pegangan Jeslyn yang sedari tadi menempel padanya.     

"Iiihh Azka kok di lepas sih? Kamu kenapa sih Ka?" Tanya Jeslyn yang terlihat tak suka jika tangannya di lepas dari lengan Azka.     

"Ya elu itu kenapa sih kok nempel terus kaya gini? Nggak ada cowo lain apa?" Ucap Azka dengan geram dan dengan sigap ia langsung menaiki motornya dan berlalu begitu saja meninggalkan Jeslyn di parkiran motor bersama temannya Melinda.     

Sesampainya aku tiba di rumah, aku langsung menuju kamar dan mengganti pakaianku. Di saat aku sedang bergantibaju tiba-tiba ponselku berdering dan segera aku mengambilnya di dalam tas. Terlihat nama kak Azka di layar ponselku. Aku ragu untuk mengangkatnya, hingga beberapa kali aku tak mengangkat teleponnya, hingga akhirnya ia berhenti meneleponku.     

"Ndraaaa!!" Teriak mama dari lantai bawah.     

"Ya maaa!!! Ada apa?" Jawabku sambil menuruni tangga menuju sumber suara mama. Aku terkejut melihat sepeda motor kak Azka yang terparkir di depan pagar rumahku. Dengan cepat aku berlari menuju mama yang sedang masak untuk makan malam di dapur.     

"Ma! ada apa panggil Andra!" Tanyaku.     

"Ya lihat aja sendiri itu di depan ada siapa?" Ucap mama yang terlihat cuek dan sibuk dengan ayam yang sedang ia goreng.     

"Hah? Itu beneran kak Azka ma?" Tanyaku yang masih nggak percaya.     

"Iya tuh gebetanmu datang tuh! Kelihatannya itu dari sekolah langsung ke sini deh. Tuh masih pakai baju seragam. Mau ngapain emangnya sih?" Tanya mama.     

"Ya mana Andra tahu ma. Udah Andra samperin aja dulu. Nggak Andra bawa masuk kok biar nggak lama bertamunya." Ucapku sambil melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 16.00 WIB.     

[Ceklek!!]     

Suara pintu rumah yang terbuka saat hendak menemui kak Azka.     

"Eh, ada kak Azka. Ya kak? Ada perlu apa ya?" Ucapku sambil membuka pintu pagar dan berdiri di depannya.     

"Uhmmm.. nggak tadi kan kamu langsung pulang begitu aja. Aku nggak maksud kok tadi itu.." Ucapnya dengan nada yang terlihat gugup.     

"Ahhh.. yang tadi. Yang ada ceweknya datengin kak Azka itu? Aku nggak apa kok. Lagi pula kita kan nggak ada hubungan apa-apa juga kak. Jadi kak Azka nggak perlu sampe nyamperin ke rumah segala. Hehehehe.."     

"Ya soalnya kamu tadi aku telpon beberapa kali nggak di angkat. Aku takut kamu jadi salah paham sama aku."     

"Ohh.. mungkin waktu kakak telepon itu aku masih di toilet kak. Jadi nggak tahu kalau ada telepon masuk." Ucapku.     

"Uhmm.. udahkan kak? Jadi kakak nggak perlu khawatir aku akan berpikir macam-macamm karena aku nggak ada pikiran itu sama kakak. Yaaa.. Jadi kakak bisa pulang sekarang. Aku sebentar lagi mau pergi les soalnya kak." Ucapku sambil tersenyum kepadanya.     

"Ohhh.. gitu. Mau aku antar? Kamu les apa?" Ucapnya yang masih belum mau menyerah untuk meninggalkan rumahku.     

"Nggak usah kak. Aku nanti naik kendaraan sendiri kok. Les mata pelajaran aja di cik Shinta." Ucapku dengan santai.     

"Ohhhh iya aku juga les di cik Shinta waktu dulu awal-awal SMA. Tapi karena sekarang aku masuk IPS ya sudah nggak les lagi."     

"Ow iya ta? Ya sudah dulu ya kak. Maaf lho.. soalnya aku mau siap-siap ini." Ucapku sambil bergegas memasuki pagar rumah dan tak lama kemudian kak Azka mulai menyalakan mesin motornya.     

Aku sudah bisa menebak jika kak Azka tidak akan menyerah begitu saja saat mendekatiku jika kau tak bisa ia dapatkan. Ketika tiba di tempat les, aku bertemu dengan Karin yang baru saja tiba di antar oleh kak Andrew. Aku berlari mendekatinya dan menyapa kak Andrew. Namun betapa terkejutanya aku ketika melihat di belakang sepeda motor kak Andrew terlihat kak Azka dan beberapa temannya yang lain juga berada di sana. Seketika aku berhenti berlari dan hanya menunggu Karin di depa pintu gerbang rumah cik Shinta.     

"Beb, itu kamu di tungguin Dyandra lho! Gih sana cepat masuk." Ucap kak Andrew pada Karin saat menurunkannya.     

"Oh iya. Kok dia berdiri di situ aja sih. Kenapa nggak datang ke sini? Aku panggilin kak Azka aja ah.." Ucapnya sambil tersenyum.     

"Kak Azz!! Itu lho gebetanmu!!" Teriak Karin dengan suara yang nyaring hingga beberapa anak yang les di cik Shinta mendengarnya dan melihat ke arah kak Azka yang berjalan mendekati Karin.     

["Waduuuhhhh!!! Anak ini pake panggil kak Azka segala. Aku yang berharap untuk menghindarinya malah di ketemuin"] Gumamku dalam hati dan melihat Karin yang berjalan ke arahku lalu menarik tanganku untuk menemui kak Azka.     

Aku yang melihat kak Andrew saat lenganku di tarik Karin hanya menatapnya dengan tatapan minta tolong, namun aku langsung mengalihkan tatapanku karena aku sadar ia sudah menjadi pacar sahabatku.     

"Eh Dyandra." Sapa kak Azka sambil malu-malu melihat ke arahku.     

"Halo kak." Ucapku kembali dan saat itu suasana langsung saja menjadi canggung.     

"Heh kak! Tumben kamu diem aja! Biasanya aja banyak omong dan banyak tingkah. Di depan Dyandra jadi sok alim! Hahahaha.. Gaya kamu kak!!" Ujar Karin sambil terus menggandeng lenganku dan tak dilepaskannya.     

"Udah lah! cepat sana masuk ke tempat les mu Rin! Gue balik duluan sama cowokmu ya! Byeee!!" Ucapnya sambil berjalan kembali menuju motornya.     

"Ow ya beb, nanti jadi kan makan jagung bakar di dekat sungai itu? Aku ajak Dyandra juga ya?" Tanya Karin pada kak Andrew tentang rencananya sepulang les nanti.     

"Ya kamu tanyain aja sama Dyandranya mau nggaknya. Nanti pasti jadi kok. Ya sudah aku balik dulu. Mungkin ini nanti main di rumahnya Azka atau nggak main basket di lapangan sekolah. Bye beb.." Ucap kak Andrew sambil melambaikan tangannya dan meninggalkan Karin di depan rumah cik Shinta.     

"Ndraaa.. nanti ikut yaaa.. kita mau makan jagung bakar di cafe dekat sungai itu lho! Baru buka dan suasananya kalau malam bagus banget. Biar aku ada temannya gitu lhoo.. Kalau aku ikut sendirian nggak ada temen ceweknya. Semua temennya kak Andrew." Ujar Karin yang terus merayuku saat kami berjalan memasuki tempat les.     

"Ya di lihat nanti ya Rin, aku harus bilang ke mamaku dulu. Biar nggak di cariin nanti."     

"Aahhh.. nanti aku aja yang minta ijin sama tante Dona. Oke? Wes tenang aja kamu." Ucapnya sambil tersenyum terlihat bahagia aku akan ikut bermain bersamanya.     

Selama les, perasaanku tak tenang saat memikirkan tentang keluar bersama Karin dan teman-teman kak Andrew. Ketika aku sedang tak fokus dengan apa yang di ajarkan cik Shinta, seketika saja dalam sekejap aku mendapat penglihatan apa yang diinginkan Karin ketika aku nanti ikut dengannya. Aku melihat nanti Karin dengan sengaja membuatku dan kak Azka hanya berduaan di cafe itu dan mau nggak mau aku nanti di antar pulang sama kak Azka. Kak Azka terlihat sangat senang saat ia berhasil mendapatkan waktu berdua denganku. Lalu apa yang aku lihat barusan berakhir begitu saja ketika Karin menyadarkanku dengan menepuk pundakku.     

"Hoi! Ndra! Pinjem penghapus dong! Penghapusku ketinggalan di rumah tadi." Ucapnya yang terus menerus menggoyang-goyangkan tubuhku. Aku yang saat itu langsung tersadar langsung menoleh ke arahnya yang duduk di sebelah kiriku.     

"Hah? Apa Rin?" Tanyaku.     

"Pinjam penghapus." Ujarnya sambil membuka tangannya ke arah atas. Langsung saja aku memberikan penghapusku dan aku kembali termangu dengan apa yang aku lihat baru saja.     

Satu jam setengah waktu les kami pun akhirnya berakhir, beberapa murid yang tahu les sudah berakhir serentak berteriak dengan berbicara sangat keras di tengah ruangan les yang hanya berukuran 3x3 meter dengan jumlah murid 15 anak. Suasana seketika menjadi riuh seperti pasar yang pindah ke tempat les. Karin yang sudah membereskan buku dan alat tulisnya di dalam tas dengan cepat ia menarikku ke luar ruangan dan memintaku untuk menelepon mama. Namun terlambat, mama ternyata sudah berada di depan tempat les dan sedang menunggu di dalam mobil.     

"Ah, itu mamaku Rin. Aku sudah di jemput. Sorry ya aku nggak ikutan deh." Ucapku yang berusaha untuk menghindar tidak ikut ke cafe itu bersamanya.     

"Ah, aku yang akan langsung bilang sama tante Dona Ndra." Ujarnya yang langsung berlari mendekati mobilku dan menyapa mama lebih dulu.     

"Halo tante!!" Sapa Karin dari depan mobil melihat ke mama yang sudah membuka jendelanya sedari tadi.     

"Oh halo Karin. Gimana kabarmu? Mamamu sudah baikan sekarang?"     

"Kabar Karin baik-baik aja te, mama yaaa.. gitu deh.. Terkadang tiap malam masih menangis dan nggak henti-hentinya doa puasa buat papa biar cepat kembali pulang." Ucapnya sambil melihat ke arah bawah.     

"Ow ya te, Karin boleh nggak ajak Dyandra main-main dulu sama teman-teman Karin yang lain ke Cafe yang dekat sungai itu? Kita cuman mau makan jagung bakar aja sambil ngobrol-ngobrol kok te. Nanti pulangnya Karin antar." Ucapnya dengan penuh semangat meminta ijin pada mama. Mama yang melihatku dengan tatapan tak suka tak berani memberikan jawaban langsung pada Karin.     

"Ya terserah anaknya aja mau nggak Rin. Hehehehe.."     

"Tadi bilangnya mau ijin dulu sama tante.. kalau tante bolehin ya dia mau ikut." Ucap Karin pada mama.     

"Uhmm.. Ya pergi o lho Ndra.. Kenapa nggak mau main-main sama temanmu? Dari pada di kamar baca komik terus?" Ucap mama padaku.     

"Jadi boleh nih te?" Tanya Karin dengan nada yang lebih semangat.     

"Iya boleh aja.. Asal pulangnya nanti di bawah jam sembilan malam sudah di rumah lho ya!" Ucap mama sambil menyalakan mesin mobilnya.     

"Lho terus mama mau kemana?" Tanyaku.     

"Mama mau ke supermarket dulu lalu langsung pulang. Hati-hati yaaa.. Daahh anak-anak.." Ucap mama yang tak lama berlalu melaju kencang membawa mobilnya pergi.     

Akhirnya sore itu aku ikut pergi bersama Karin dan yang lainnya ke cafe dekat sungai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.