The Eyes are Opened

Aku Tahu Sebelum Kamu Tahu (Part 02)



Aku Tahu Sebelum Kamu Tahu (Part 02)

3Hari-hariku di SMA seperti menaiki roller coaster. Terkadang sangat menyenangkan bersama dengan teman-teman, namun dalam satu hari itu aku bisa saja di jauhi dengan kakak kelas apalagi kakak kelas cewek yang sangat populer di kalangannya. Bagiku dekat dengan seorang bintang lapangan basket bukanlah sebuah anugerah yang indah. Entah kenapa aku tak menginginkannya. Yaahhh.. memang dari fisiknya dia tipeku banget. Tinggi, tampan, gagah, beda dengan umurku terpaut dua tahun, tapi sifat playboy dan gaya hidup yang tinggi membuatku merasa ilfeel dengannya. Apalagi aku telah mengetahui jika dia dekat denganku hanya untuk sebuah taruhan semata dan perjodohan yang hanya main-main. Dan semua itu dilakukan oleh sahabatku sendiri. Karin. Mengetahui hal ini tanpa yang bersangkutan bercerita kepadaku terlebih dahulu membuatku sangat kecewa dengannya dan membuat rasa percayaku dengan sahabatku sendiri berkurang. Entah apa yang di inginkannya dari ku sehingga ia melakukan itu tanpa bercerita kepadaku terlebih dahulu.     

Pagi-pagi aku sudah berangkat ke sekolah karena hari ini ada ujian dadakan dan aku masih belum paham dengan materi ini. Yap, apalagi kalau bukan matematika. Memalukan terkadang melihat nilai matematikaku selalu jelek. Paling bagus jika mendapat nilai B- nggak pernah lebih. Syukur aja kalau aku nggak ikut remedial. Jam 06.00 WIB aku sudah berangkat di antar dengan pak Daud tukang ojek langganan yang setia menjemputku dan mengantarku ke sekolah. Saat tiba di sekolah sudah pukul 06.15 WIB. Aku berlari sekencang mungkin untuk tiba di kelas dan bertemu dengan teman-teman yang lain yang juga ingin belajar bersama.     

[Brraakk!!!]     

Suara pintu yang tak sengaja aku tabrak saat berlari menuju ke kelas. Lantai sekolahan yang sangat licin terkadang membuatku tergelincir. Untung saja saat itu aku dapat menahan dengan pintu yang terbuka setengah.     

"Woi!! Ndraa!! Ngapain sampe jatuh gitu? Hahahahahaha!!" Teriak Alex yang meledekin aku dan sudah datang sejak pagi tadi.     

"Apa'an sih lex. Rese' deh!" Ucapku sambil menaruh tas di bangkuku.     

"Eh, Ndra kamu sudah belajar buat ujian mat nanti belum?" Tanya Alex lagi.     

"Ini mau belajar bareng sama Chris. Hehehehe.. Kenapa?"     

"Contekin dong. Pliiisss!" Ucap Alex dengan santainya.     

"Yeeee.. Enak aja minta contekan. Ya sini ikutan belajar sama Chris! Nggak mau aku kalau nyontekin kamu. Nggak pandai gitu. Hahahahaha.."     

"Ohhh.. gitu Awas aja kamu Ndra." Ucapnya yang tetap membawa buku maematika dan duduk di sampingku dan belajar bersama dengan Chris. Kami belajar bersama hingga tak terasa lonceng jam pelajaran pertama berbunyi. Kami bertiga langsung berlari dan merapikan tempat duduk lalu kembali ke tempat duduk kami masing-masing.     

"Eh Chris nanti sebelum ujian mat ajarin aku yang di bab ini ya." Bisikku pelan saat pak Ali guru Sejarah mulai memasuki kelas. Lalu Chris memberikan tanda dengan tangannya oke kepadaku.     

Hari itu ujian matematika akan berlangsung setelah jam istirahat pertama di saat itulah aku meinta Chris membantuku untuk belajar agar tidak tertinggal nilai dengan temna-teman yang lainnya. Jam pertama hari itu berlangsung sangat cepat dan tak terasa jam istirahat telah berbunyi. Beberapa anak-anak di kelas langsung berlarian menuju ke kantin dan membeli beberapa makanan ringan, dan sebagian lainnya ikut belajar bersama di kelas sebelum ujian matematika berlangsung. Dan ada juga beberapa anak menulis di satu lembar kecil untuk menulis contekan saat ujian nanti.     

Ketika aku sedang belajar matematika, tiba-tiba Leni berteriak di depan kelas memanggilku sambil berlarian dari depan kelas.     

"Andraaaa!!! Hoi Dyandraaa!!!!" Teriaknya yang sampai terdengar hingga ke kelas. Aku hanya menoleh ke arah pintu kelas dan melihatnya masih berteriak memanggil namaku.     

"Apa Len?" Tanyaku yang masih fokus belajar sebelum jam istirahat usai.     

"Eh, itu lho kamu di cariin kak Azka di depan kelas." Ucapnya dengan nada yang sanagt keras sehingga hampir satu kelas mendengar ucapan Leni. Di saat yang bersamaan beberapa anak yang suka bergosip, membicarakanku di belakangku dengan berbisik-bisik.     

["Ahhh caper tuh si Andra! Pake ndeketin kak Azka."] Bisik salah satu temanku.     

["Hah? Yang benar itu kak Azka ndeketin Dyandra? Seleranya kok gitu banget sih? Nggak ada yang lain apa?"] Bisik anak yang lain.     

Aku yang dapat mendengar ucapan mereka meskipun hanya berbisik langsung menoleh ke arah mereka dengan tatapan tajam dan langsung mengalihkan pandanganku kembali ke depan.     

"Emang ngapain sih Len? Aku masih mau belajar ini. Nanti kak ujian mat." Ucapku yang ogah-ogahan untuk menemui kak Azka.     

["Iiihhh! Jual mahal banget nih anak!"] Bisik temanku. Mereka membicarakanku dari belakang, namun aku hanya diam dan nggak memperdulikan mereka asalkan mereka tak menggangguku secara langsung, maka aku akan membiarkan mereka berbicara apapun yang mereka mau.     

"Ya mana aku tahu! Tadi waktu di kantin aku tiba-tiba di deketin kak Azka terus nanyain kamu kok. Gih samperin!" Ucap Leni sambil menarik tanganku.     

"Nggak ah, ngapain! Kalau dia yang cari aku dan butuh aku, ya harusnya dia yang datang ke sini dong. Bukannya aku yang nemuin dia. Apalagi aku masih belajar. Males ah." Ucapku yang enggan untuk bangkit dari tempat dudukku dan masih aja kembali terfokus dengan buku matematika yang ada di depan mataku.     

"Ya sudah kalau kamu nggak mau nemuin kak Azka, yang penting aku sudah nyamepin." Ucap Leni lalu kembali ke tempat duduknya bersama Nadia dan Cindy.     

Tak lama setelah Leni duduk di bangkunya, kak Azka tiba-tiba saja datang ke kelasku dan menghampiri ke meja dimana aku duduk dan sedang belajar. Hal itu membuat satu kelas heboh hingga beberapa anak dari kelas lainpun ikut melihat ke dalam kelasku. Aku yang saat itu terlalu fokus dengan soal-soal matematikaku, hingga tak menyadari jika kak Azka berdiri di belakangku sambil memperhatikanku yang sedang belajar. Lalu Chris yang berada di depanku memberikan kode kapadaku untuk menoleh ke belakang. Aku memperhatikan Chris yang terlihat di tatapannya seperti melihat seseorang di belakangku sambil menunjuk-tunjuk ke belakang. Aku langsung menoleh dan melihat ke belakang. Aku terperanjat mengetahui kak Azka yang sudah di belakangku sambil memperhatikanku sangat dekat sekali. Aku terdiam dan menjadi gugup tak dapat berkata apapun hingga kak Azka sendiri yang membuka pembicaraan diantara kami.     

"Kamu lagi ngapain? Serius banget? Sampai-sampai aku ada di belakangmu aja kamu nggak nyadar." Ujarnya sambil tersenyum kepadaku.     

"Ah-aku lagi belajar matematika." Ucapku dengan nada gugup.     

"Oh nanti ujian mat kelas pak Eko ya!" Ucapnya sambil terus memperhatikanku.     

"Waahhh gila-gila tu Azka langsung ndeketin adik kelas. Hahahaha.." Ucap salah satu temannya yang sedang melihat dari depan kelas.     

"Iya. Tumben-tumben banget dia deketin cewe kata gitu. Cantik sih.. tapi nggak tinggi. Jadi kelihatan imut gitu lhoo.." Ujar temannya yang lain yang terus memperhatikanku dengan tatapan terpananya kepadaku.     

"Heh! Lu yang naksir anak itu apa Azka sih! Gila aja lu! Hahahahaha.."     

"Ya nggak apa lah. Kan mereka juga belum jadian. Masih milik umum. Jadi apa salahnya aku lihatin. Lagian cewe itu bukan tipenya Azka. Azka kan sukanya yang tinggi kaya Felii."     

"Ahhh.. Feli yang mantannya kemarin itu. Yayayaya.. aku tahu.."     

Perbicangan itu terdengar olehku saat hampir seluruh teman kak Azka melihati ku dari luar kelas. Sangat jelas dan sangat keras mereka berbicara. Hal ini juga yang membuatku enggan berkenalan dengan orang seperti kak Azka. Terlihat dari ekspresi wajahnya yang sangat suka sekali di perhatikan seluruh anak dengan kehadirannya. Ia yang sedari tadi memperhatikanku hingga tak berkedip sekalipun membuatku gugup dan risih.     

"Kakak ke sini mau ngapain sih? Itu sampai di lihatin banyak orang lho." Ucapku dengan ketus.     

"Adduuhhh jahat banget sih kamu Ndra. Aku ya mau nemui kamu lah.." Ucapnya dengan sedikit genit.     

[Teng-teng-teng-teng!!!] Lonceng bel istirahat usai telah berbunyi. Beberapa anak segera berlarian dan kembali ke dalam kelas mereka masing-masing, serta beberapa teman kak Azka juga ikut berlarian kembali ke kelas.     

"Ppsstt!! Ka! Azka!!! Ayo balik!!! Psssttt!!" Panggil salah temannya yang masih berada di depan kelas sambil melihat pak Eko guru matematika paling killer di sekolah ini mendekati ruangan kelasku.     

"Iya ini gue mau balik!' Teriaknya yang tetap tak beranjak duduk di depan mejaku.     

"Ehem!!" Terdengar suara deham dari pak Eka yang sudha memasuki kelas bersiap untuk memulai ujian matematika saat itu, namun ia merasa terganggu dengan kehadiran siswa anak kelas 3 yang masih belum keluar dari kelasnya.     

"Eheemm!!" Deham sekali lagi dari pak Eka. Aku yang sudah mengetahuinya langsung saja memasang wajah yang serius dan tak menanggapi apapun yang di ucapkan kak Azka saat itu.     

"Kak. Kamu nggak balik kelas? Pak Eka sudah datang tuh!" Ucapku dengan nada dingin padanya. IA menoleh ke belakang dan melihat pak Eka yang sudah bekecak pinggang dan tatapan tak suka padanya. Serasa ingin menjewer telinganya.     

"Ah.. iya aku balik dulu ya! Nanti sepulang sekolah temui aku di lantai dua depan tangga dekat lorong ya!" Ucapnya sambil berlari meninggalkan kelasku dan di sambut dengan tawa dari anak-anak satu kelas. Setelah kak Azka keluar dari kelas, pak Eka tanpa basa basi langsung mengeluarkan lembar soal ujian yang ia genggam sedari tadi dan membagikannya kepada kami. Siang itu kami langsung melakukan ujian pertama saat aku duduk di bangku SMA kelas 1.     

Ujian berlangsung selama dua jam pelajaran dan kami mengerjakannya dengan serius dan teliti. Tak ada yang berani mengeluarkan suara sedikitpun apalagi sampai berani meminjam alat tulis. Suasana di ruangan kelas sangat sunyi dan sepi hingga derit meja atu kursi yang berpindah saja dapat terdengar hingga ke luar kelas.     

[Teng-teng-teng!!]     

Bunyi lonceng tanda jam pelajaran hari itu telah usai. Dengan segera kami mengumpulkan lembar ujian kami di depan meja guru lalu kami kembali ke tempat duduk dan menunggu jam pelajaran selanjutnya tiba. Pak Eka yang telah menerima seluruh lembar ujian tanpa berkata apapun beliau langsung berjalan keluar kelas sambil menggulung lembar ujian di tangannya. Jam berlalu dengan cepat, setiap mata pelajaran hari inipun berlalu tanpa terasa matahari mulai melihatkan cahaya senjanya yang sangat indah. Kilauan pancaran matahari yang berwarna kuning keemasan masuk menerangi kelasku yang berada di ujung atas dengan jendela yang menghadap ke Barat.     

"Waahh cepet banget sudah jam tiga sore, bentar lagi sudah bel pulang nih." Gumamku smabil perlahan memasukkan beberapa alat tulis ke dalam empat pensil." Aku yang saat ini masih belum memiliki teman dekatpun hanya duduk di bangku dan menunggu bel sekolah berbunyi sebagai tanda sekolah hari ini telah berakhir. Ketika aku masih menunggu bel sekolah bunyi, tiba-tiba ponselk bergetar dan aku melihat di layar ponsel terlihat kak Azka yang mengirimkan pesan kepadaku.     

14.55 ["Hai Dyandra.. Jangan lupa nanti ketemuan di depan tangga dekat lorong ya.."]     

"Waduuhh.. harus ya?? Hmm.. ya udah lah di coba aja. Kalau dia aneh-aneh awas aja." Ucapku sambil mengemasi buku dan alat tulisku ke dalam tas, lalu aku langsung berjalan menemui kak Azka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.