The Eyes are Opened

Teror Sekolah (Part 03)



Teror Sekolah (Part 03)

2[Teng-teng-teng-teng-teng-teng!!!!]     

Bel masuk kelas telah berbunyi dengan sangat nyaring hingga terdengar sampai luar gedung SMA. Beberapa anak yang baru saja datang langsung berlarian memasuki pagar gedung SMA dan terus berlari melewati beberap anak lainnya yang berada di depanya. Sedangkan yang lainnya ada yang masih berjalan dengan santai hingga masuk ke dalam kelasnya. Terlihat ada beberapa anak juga berlarian menuju ke toilet sebelum kelas di mulai dan dengan cepat mereka kembali ke kelas. Aku yang mendengar bel berbunyi langsung mengajak Jessica dan Mega masuk ke dalam kelas.     

"Yuk masuk yuk.." Ajakku sambil beranjak dari tempat dudukku dan menunggu mereka juga berdiri dan beranjak masuk ke dalam kelas.     

Suasana kelas yang biasnya sangat ramai dan riuh, kini terasa sangat sunyi hampir tak ada anak yang berteriak-teriak seperti biasanya. Wajah murung dan gelisah terlihat pada beberapa anak. Aku berjalan dari depan kelas menuju ke tempat dudukku yang berada di bangku nomor tiga dari depan di barisan ke empat. Aku menoleh ke belakang di mana ada Theo yang duduk di sana.     

"Yo, pada kenapa ini kok anak-anak diem semua?" Bisikku pada Theo.     

"Ya mana aku tahu Ndra.. Aku masuk kelas juga sudah kaya gini muka mereka. Nggak kaya biasanya juga nggak sih? Anak-anak perempuan yang kemarin kena kesurupan juga nggak masuk tuh hari ini."     

"Oh.. iya bener katamu. Anak-anak yang kesurupan kemarin nggak masuk sekolah. Jadi tambah sepi banget ya padahal cuman empat anak yang terkena di kelas kita." Ucapku sambil melihat ke sekeliling.     

"Iya. Makanya. Mamaku aja hari ini maunya aku nggak boleh masuk sekolah dulu. Karena tahu kejadian kemarin yang membuat heboh sih." Ucap Theo dengan wajah yang sedikit murung.     

"Halaahhh.. kamu nggak bakalan kenapa-kenapa kok Yo.. Kamu termasuk punya energi yang bagus dari pada anak-anak yang nggak masuk hari ini." Ucapku sambil tersenyum pada Theo.     

"Hah? Maksudmu gimana Ndra? Kok kamu bisa tahu hal kaya gitu? Atau jangan-jangaannn.." Ucap Theo dengan nada yang sangat pelan.     

"Jangan-jangan apa Yo?" Bisikku kembali.     

"Apa kamu punya kemampuan supranatural?" Bisiknya pada ku dengan wajahnya yang di dekatkan padaku.     

"He'em. Tapi aku masih belum bisa apa-apa. Cuman terkadang nggak sengaja bisa ngelihat 'mereka', tapi yang pasti aku bisa ngerasain ada 'mereka' di dekatku sih. Baik itu yang baik atau jahat." Ucapku.     

"Hah? Seriusan Ndra? Terus-terus sekarang ada nggak?" Tanyanya yang sangat penasaran saat mendengrkan aku memiliki kemampuan ini.     

"Sekarang nggak ada apa-apa kok. 'Mereka' nggak akan berani mendekat jika hawa manusia di suatu ruangan lebih kuat dari pada hawa 'mereka'." Jelasku.     

"Uhmm.. bentar-bentar, apa maksudmu tentang hawa manusia dan hawa 'mereka'?" Tanya Theo yang menjadi penasaran.     

"Uhmm... nanti aja ya aku jelasin. Itu Bu Tika sudah masuk. Nanti kena tegor lagi." Ucapku yang langsung membalikkan badan ke depan saat Bu Tika berjalan memasukki kelas.     

Hari ini aku mengikuti pelajaran seperti biasa tak ada yang aneh pada teman-temanku saat jam pelajaran di mulai hingga jam pelajaran usai. Saat istirahat pun teman-teman sekelasku lebih memilih keluar kelas dari pada di dalam kelas. Hal ini berlangsung selama seharian, kami tak ada yang berani di dalam kelas apalagi saat kondisi kelas sepi dan hanya seorang diri. Lebih baik kami duduk di depan kelas bermain bersama dengan yang lain. Kecuali aku yang saat itu benar-benar enggan banget untuk keluar kelas apalagi masih jam istirahat pertama. Aku hanya duduk di bangkuku sambil membaca buku komik yang selalu aku bawa dari rumah.     

"Oiii neng, nggak keluar?" Tanya Theo yang berjalan melewatiku saat ia hendak ke kantin.     

"Nggak ah, males banget. Mau baca komik aja di sini."     

"Awas kesambet lho neng.. Hihihihihihi.. Eh, abis ini lanjutin cerita yang tadi ya.. aki tak beli makan dulu di kantin. Okee?" Ucapnya sambil memberi tanda oke dengan tangannya.     

"Nggak bakalan ada yang berani sama aku kalii.. Aku yang takut malah. Hahahahahaa.. Iya cepetan pokoknya ke kantinnya. Kalau sudah bel bunyi males lho aku ceritanya." Ujarku.     

"Oke deeehhh cuss dulu yaaa.. Eh lu mau titip nggak?"     

"Uhmm.. boleh deh risol mayo satu sama teh kitak satu yaakk.. Pake duitmu dulu ya Yo. Kelamaan ntar." Ucapku sambil nyengir lebar kepada Theo yang hendak pergi dari kelas     

Selama aku di kelas memang aku ingin memperhatikan pergerakan makhluk halus yang ada di kelasku. Apakah kalau nggak ada Reina mereka akan bereaksi seperti kemarin atau nggak. Hingga beberapa menit aku tak melihat makhluk halus yang menyebut dirinya Blorok itu di dalam kelas. Aku mengeluarkan ponselku dari bawah laci lalu memutar lagu dengan volume yang lumayan keras.     

"Eh, sapa tuh yang di kelas puter lagu kenceng banget?" Ucap salah satu anak yang duduk di depan kelas.     

"Nggak tahu juga.. Coba kita lihat." Ucapnya sambil melihat dari pintu kelas dan melihatku yang sendirian di dalam kelas sambil mendengarkan lagu dan membaca komik sendirian di dalam kelas.     

"Ndraaa.. Kamu ngapain di sini sendirian? Kamu nggak takut apa kaya kejadian seperti kemarin?" Tanya Leni yang berteriak dari depan kelas.     

"Nggak kok Len. Nih buktinya aku nggak kenapa-kenapa. Apanya yang harus di takutin." Ucapku sambil tersenyum, lalu Leni langsung kembali keluar kelas dan aku kembali membaca komik di dalam kelas.     

Di saat aku sedang asik membaca komik, aku merasakan ada makhluk halus yang datang menhampiriku. Hawa dingin sedingin es batu berhembus di sekitar leher dan kakiku. Aku tetap terdiam dan tak memperdulikan itu. Lalu ketika aku masih tak memperdulikan makhluk halus itu, ia terus menggodaku dengan meniup kedua telingaku hingga aku terasa geli. Aku menyadari jika yang berani menggodaku hanyalah Siska si hantu penasaran yang suka sekali berteman dengan manusia.     

"Udaahhh.. Nggak usah usil lagi.. Aku tahu kalau itu kamu kok Sis.." Ucapku dengan nada santai dan tetap membaca buku komik. Lalu akhirnya ia menampakkan diri di depanku sambil memasang wajahnya yang muram.     

"Iiihh.. kok nggak asik sih kamu. Aku kan juga pengen bermain dan bercanda.." Ucapnya dengan ekspresi manyun.     

"Ya nggak lah. Kalau aku kaya gitu ntar di kira aku gila lagi. Apalagi setelah kejadian kemarin." Ujarku.     

"Eh, kalau kaya gini terus ada temanmu yang masuk ketika kamu ngobrol denganku gimana?" Ucapnya mengingatkan sambil tersenyum.     

"Oh iya. Hampir aja aku lupa. Bentar-bentar aku pasang earphone dulu." Ucapku sambil mengeluarkan earphone dan tak lupa memasangnya di ponselku.     

"Naahhh... kalau kaya gini aku nggak bakalan di kira ngomong sendiri.. Hehehehe.. Terusss.. kamu ngapain ke sini? Emang kamu nggak ada kerjaan lain apa?" Tanyak.     

"Ya mana ada setan yang punya pekerjaan sayangg.. Ow ya Ndra, kamu bisa nggak kasih aku bunga-bungaan, hmm... aku besok ulang tahun dan nggak ada yang kasih aku ucapan." Ucapnya dengan wajah memelas.     

"Emang orang tuamu nggak akan memberikanmu bunga? Kenapa harus aku coba?" Ucapku dan terputus dengan kedatangan Theo yang berlarian menuju bangku ku.     

"Andraaaaa!!!! Ini risolmu.. Naahhh.. ini Risolmu, yuk lanjutin lagi ceritanya yukk.." Ucap Theo yang tersenyum bahagia saat hendak mendengarkan ceritaku.     

"Thank you Yo.. Ini nih uangnya.. emangnya mau di ceritain apa?" Tanyaku.     

"Uhmm.. ya yang itu tadi pagi.. Kan keputus ceritanya gara-gara bu Tika sudah masuk.."     

"Ohh... Itu.. Ya.. hawa itu maksudnya energi yang ada di tubuh kita atau yang bisa di sebut dengan aura yang menyelimuti tubuh kita. Setiap makhluk halus juga punya energinya sendiri.. Terkadang energi yang di pancarkan makhluk halus itu bisa aja dingin, bisa juga dengan energinya panas. Biasanya yang panas itu yang jahat sih rata-rata." Jelasku sambil menikmati risol yang baru saja di belikan Theo.     

"Ohhh gitu.. Aku baru tahu lho.."     

"Ya makanya kalau kita lagi sendirian kaya aku tadi, jangan sampe kita ada rasa takut, karena kalau kita ada rasa takut sedikit aja, aura yang menyelimuti tubuh kita saat itu juga menipis dan bisa saja makhluk halus mengganggu kita ataupun sampai merasuki tubuh kita." Terangku.     

"Ohhh gitu.. Yayayaya.. Terus kalau kaya gini, di kelas ini ada nggak?" Tanyanya yang semakin penasaran. Aku melirik ke arah Siska yang berdiri di samping Theo.     

"Hemm?? Ada ta di kelas ini? Dimana?" Ucpa Theo.     

"Uhmm... sebenarnyaaa.. ada sih Yo.." Ucapku dengan sangat hati-hati agar Theo tak terkejut.     

"Hah? Yang benar? Dimana? Sebelah mana?"     

"Uhmm.. mending kamu nggak perlu tahu deh. Nanti takutnya kamu malah ketakutan." Ucapku.     

"Nggaklahhh aku kan cowok Ndra.. Masa iya takut." Ucapnya dengan rasa percaya diri.     

"Jangan. Soalnya yang ada di kelas ini buruk rupa. Nggak bangetlah kalau di lihat." Ucapku dan terlihat di wajah Siska yang sedikit kecewa tak mengenalkannya pada Theo. Hingga akhirnya Siska mencoba menggerakkan bangku yang ada di dekat kami agar Theo percaya jika ada makhluk halus di sekitarnya.     

[Grreeeekkkkk!!!!]     

Terdengar suara kaki meja yang berderik dari arah depan. Theo yang juga mendengarkan hal tersebut langsung saja berdiri dari tempat duduknya dan memeriksa bangku mana yang bergeser. Ia berjalan mendekati ke arah bangku yang terdapat di depan. Aku yang hanya terdiam dan tetap duduk di bangkuku hanya melihat Siska yang tertawa lepas melihat reaksi Theo yang sangat penasaran. Theo berjalan perlahan dan memperhatikan meja mana yang bergeser. Saat Theo sedang berdiri di depan meja baris nomor dua dari depan, tiba-tiba meja itu bergeser lagi ke arahnya beberap centi. Seketika itu juga Theo terkejut dan berteriak sambil berlari keluar kelas. Beberapa anak yang melihat Theo berlari seakan ketakutan tersebut langsung penasaran ada apa di dalam kelas.     

"Apa'an sih si Theo kok lari kaya gitu?" Ucap Stefie yang sedang melihat ke dalam kelas dan tak ada apapun yang terjadi.     

"Iya emang kenapa sih? Andra!! Si Theo kenapa?" Tanya Pricil yang berdiri di sebelah Stefie sambil melihat ke dalam kelas.     

"Hah? Aku nggak tahu Theo kenapa, tadi tiba-tiba aja dia teriak terus keluar. Mungkin abis lihat kecoak kali.. Hehehehehe.." Ucapku sambil tersenyum dan menatap ke arah Siska.     

["Sudah seneng kamu ngerjain temanku?"] Bisikku pelan agar anak-anak yang hendak masuk kelas karena jam istirahat hampir habis.     

["Iya lah aku seneng banget tahu! Abisnya anaknya sok banget sih! Aku paling nggak suka sama anak yang sok banget kaya temanmu gitu. Harus di kasih tahu atau bila perlu di kasih pelajaran biar mampus! Hahahahaha!!"] Ucapnya sambil tertawa sangat puas dan langsung saja ia pergi meninggalkan kelasku setelah beberapa anak masuk ke dalam kelas. Aku hanya menggelengkaan kepala sambil menunggu Theo kembali ke dalam kelas sebelum bel berbunyi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.