The Eyes are Opened

Dia Datang! (Part 02)



Dia Datang! (Part 02)

3"Ghhrrrrrrrr!!!"     

Suara erangan itu semakin terdengar sangat jelas di telingaku, seakan suara itu berada di dekat ku. HIngga choco pun terbangun dari tidurnya dan langsung mendekap padaku di dalam selimut. Ia terlihat sangat ketakutan sampai tubuhnya bergetar sangat keras. Aku langsung mendekap choco di dalam selimut sambil banyak berdoa berharap makhluk halus itu segera pergi dari rumahku dan tak mengganggu kami lagi. Namun bukannya 'ia' pergi dari rumahku, tetapi ia menghampiri di depan jendela kamar orang tuaku. Malam itu tepat tengah malam, dan hujan angin masih turun dengan sangat deras. Gorden tebal yang terpasang di dalam kamarpun beberapa kali berkibas seperti terkena angin kencang. Aku mengintip dari balik selimut untuk melihat di sekelilingku. Mama dan papa masih tertidur sangat pulas dan tak terganggu dengan apapun yang terjadi.     

"Aneh, kenapa gordennya bisa terkibas ya? Padahal jika kena angin biasa harusnya nggak bisa. Kan gorden itu sangat berat. Kecuali ada orang yang mengibaskannya baru bisa. Namun kalaupun orang yang mengibaskannya pun terasa sangat berat kok. Duuhh gimana iniii.. Aku jadi tambah takut kaannn.." Ucapku sambil bersembunyi di dalam selimut dan tak berani mengeluarkan kepalaku sama sekali.     

"Apa aku coba bangunin mama ya?" Gumamku sekali lagi dan langsung mencoba membangunkan mama.     

"Maaa... Mama.... Maaa... bangun maaa.." Panggilku dengan pelan dan beberapa kali aku menggoyang-goyangkan lengannya agar terbangun, namun malam itu terlihat di wajah mama, mama telah tertidur sangat pulas dan pasti sangat sulit untuk bangun.     

Aku mencoba membangunkan mama sekali lagi hingga beberapa kali memukul-mukul lengan mama. Namun lagi-lagi mama nggak bangun sama sekali dan di saat aku sedang mencoba membangunkan mama, saat itu juga gorden jendela kamar orang tuaku tersibak dengan sangat kencang hingga terbuka sedikit. Aku yang mendengarkan gorden kamar tersibak langsung menoleh dan langsung menghampiri untuk menutupnya kembali. Dengan jantung yang berdegup kencang seakan akan ada sesuatu di luar sana sambil mengawasiku dengan tatapan yang tajam. Namun aku tetap membulatkan tekadku untuk menutup gorden kamar agar tak terlihat halaman depan dari dalam. Aku beranjak dari tempat tidurku bersama choco yang menemaniku, memang jarak tempat tidurku dengan jendela sebenarnya tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan tiga langkah jauhnya. Choco yang mengikutiku dari belakang beberapa kali juga mengeluarkan erangan yang sangat pelan, seakan tak menyukai sesuatu yang berada di jendela depan rumah.     

"Ssstttt.. jangan berisik cho.. nanti mama papa bangun lho!"     

Kurang satu langkah lagi untuk meraih gorden kamar, dan terasa angin yang sangat panas dari arah jendela yang terbuka. Aku sangat penasaran apa yang ada di depan jendela kamarku, dan ketika aku melihat ke sekeliling taman, aku tak menemukan ada sesuatu di sana. Namun choco masih saja mengerang dan suaranya semakin keras terdengar hingga mama terbangun dan menyuruh choco untuk berhenti serta diam karena hari sudah larut malam.     

"Cho! Diem! Sudah malam ini kenapa kamu mengerang kaya gitu. Ndra ayo tidur!" Ucap mama lalu tertidur kembali.     

"Iya ma. Ini mau tutup gorden dulu." Ucapku sambil menutup gorden kamar.     

Ketika aku baru saja membalikkan badanku, tiba-tiba ada angin kencang yang berhembus sehingga membuat gorden kamarku menjadi terbuka lagi. Aku yang terkejut langsung menutup gorden itu dan dengan cepat kembali ke tempat tidurku bersama choco yang sudah meringkuk ketakutan di dalam selimutku.     

"Hah? Kok kebuka lagi sih?" Ucapku dengan kesal dan langsung menutupnya kembali.     

Ketiga kalinya ketika aku baru satu langkah kembali ke tempat tidurku, gorden kamar kembali terbuka meskipun angin yang aku rasakan terasa sangat pelan sekali. Aku yang menyadari hal itu langsung terdiam dan tak berani untuk membalikkan tubuhku. Seakan-akan tubuhku terasa berat untuk berbalik.     

"Kenapa ini? Kok gordennya bisa kebuka lagi sih? Tapi kenapa kaya ada orang yang terus memperhatikan aku dari luar jendela ya?" Ucapku yang masih tak berani membalikkan badan.     

Seketika saja bulu kuduku berdiri dan membuatku meringding ketakutan. Di saat itu aku menyadari makhluk halus yang sedari kemarin nempel di rumahku enggan untuk pergi dan ia sangat marah setelah di usir sama mama. Semakin lama aku berdiri, semakin terasa kaku dan sangat berat, aku mencoba memanggil mama ataupun papa yang sedang tertidur sangat lelap untuk menolongku.     

"Maa!!! Paaa!!! Bangun maaa!!"     

"Ughh.. apa sih Ndra... ayo sudah tidur jangan berisik laaahhh malam-malam. Mama ngantuk."     

"Tapi ini dari tadi gordennya kebuka terus! Padahal nggak ada angin lho!"     

"Udah biarin aja. Udah tidur sana!" Ucap mama yang tak memperhatikanku dan langsung berbalik menghadap ke arah papa.     

Dengan perasaan yag sangat takut akhirnya aku membaranikan diri untuk melihat ke belakang punggungku dan hendak langsung menutup jendela serta gordennya malam itu. Perlahan aku melangkahkan kakiku menghadap ke jendela, baru setengah badan aku membalikkan badannku aku melihat sesosok orang dengan rambut di sekujur tubuhnya dengan perawakan yang sangat tinggi dan hampir melebihi pagar rumahku yang sudah kubuat dua meter. Sosok itu terlihat sangat menyeramkan dengan mata merah yang sangat besar dan hampir seluruh matanya keluar. Gigi taring yang sangat panjang dan tajam terlihat di sisi mulutnya serta lidah yang menjulur sangat panjang. Seketika aku sangat terkejut dan langsung berteriak saat itu juga.     

"Aaaarrggghhhhh!!!"     

Teriakkan ku membuat mama dan papa sampai terbangun dan mereka melihatku telah terjatuh di dekat kasur sambil menghadap ke arah jendela.     

"Ndra! Kamu kenapa Ndra?!" Tanya papa yang langsung panik saat melihatku. Aku tak dapat menjawab pertanyaan papa dan hanya mengarahkan telunjukku ke arah luar jendela sambil wajah yang sangat ketakutan serta keringan dingin yang mengalir deras di seluruh leher belakangku.     

"Ada apa? Kenapa kamu tunjuk-tunjuk ke luar sana? Emang ada apa?" Tanya papa sekali lagi.     

Mama yang melihatku sangat ketakutan itu langsung saja berjalan mendekati jedela dan membuka gorden kamar lebar-lebar. Seketika saja mama melihat sosok itu yang berdiri di depan jendela persis di hadapan mama. Sambil mengangkat kedua tangannya ia seperti hendak menerkam mama saat itu juga.     

"PERGI KAMU DARI RUMAHKU SEKARANG JUGA!!" Teriak mama dengan lantang dan keras untuk mengusir makhluk halus itu. Papa yang tak dapat melihat makhluk halus itu hanya dapat melihat ke kanan dan ke kiri untuk memastikan dengan siapa mama bicara.     

"Jangan ganggu aku dan keluargaku lagi!! Rumahmu bukanlah di sini!! Sana pergi dan cari tempat yang lain!!!!" Ucap mama sekali lagi. Namun makhluk halus itu terlihat tak ingin pergi dari tempatnya dan masih berdiri di sana sambil terus mengerang dengan kencang seakan ia sangat marah pada mama dan mengarahkan kedua tangannya yang penuh dengan rambut yang sangat lebat serta kuku yang panjang dan tajam di setiap jarinya.     

Tanpa menunggu lama, papa yang juga terlihat sangat khawatir dengan apa yang sedang terjadi, papa langsung mengambilkan ku segelas air putih agar aku lebih merasa lebih tenang dan tidak ketakutan. Sedangkan mama tanpa basa basi lagi langsung membacakan doa-doa agar makhluk halus itu langsung pergi dari rumahku.     

"Ghhrrrrrooooaaarrrrrr!!!"     

Terdengar suara erangan dari makhluk halus itu yang terlihat semakin marah. Beberapa detik saat mama sedang berdoa melawan makhluk halus tersebut, makhluk itu langsung menghilang dari hadapan mama.     

"Ma! Makhluknya sudah hilang!" Ucapku yang langsung berlari mendekati jendela dan memastikan makhluk itu benar-benar hilang.     

"Apa benar dia sudah pergi Ndra?" Tanya mama sekali lagi.     

"Iya nih di halaman depan sudah nggak ada." Ucapku sambil memastikan lagi.     

"Tapi kok mama masih merasakan nggak enak ya? Kok rasanya belum benar-benar pergi." Ucap mama yang masih waspada dengan kehadiaran makhluk halus itu yang bisa-bisa saja muncul di hadapan kami saat itu.     

"Beneran ma sudah nggak ada makhluknya. Sudah yuk ma tutup jendela dan gordennya aja, lalu kita langsung tidur." Ucapku dengan santai dan tak menyadari jika makhluk itu bersembunyi di balik lemari kamar mama.     

"Ma, ini sampai kapan lampu matinya nyala? Panas banget lho!"     

"Ya nggak tahu Ndra. Sudah kamu tidur aja. Kalau kepanasan ya nggak usah pakai selimut." Ucap papa sambil melihat ponselnya.     

"Jam berapa emangnya sekarang pa?" Tanyaku sekali lagi.     

"Ini sudah jam dua subuh lho. Sudah tidur sana." Ucap papa sekali lagi dan langsung mematikan ponselnya dan langsung terlelap kembali.     

Akhirnya kami malam itu tertidur sejenak, namun teror dari makhluk halus itu tidaklah selesai sampai sana. Beberapa saat setelah kami tertidur, hawa panas mulai kembali datang lagi masuk ke dalam kamar orang tuaku. Aku yang merasa tak nyaman dengan hawa yang panas itu langsung menutup seluruh tubuhku dengan selimut karena mengetahui jika makhluk itu berada di dalam kamar saat itu. Ketika aku sedang menutup seluruh tubuhku dari kaki hingga kepala dengan selimut, tiba-tiba mama mengerang meminta tolong.     

"Ugh! Ugh! Ugh! Ngghhh!! Nghhh!!"     

Mendengar suara mama yang seperti itu aku memberanikan diri untuk melihat apa yang terjadi pada mama. Aku terkejut melihat makhluk itu sedang mencekik leher mama yang sedang tidur hingga mama kesusahan untuk bernafas. Di saat yang bersamaan, mama menyadari jika tubuhnya mengalami ketindihan makhluk itu dan langsung mencoba untuk melawan makhluk itu dari atas tubuhnya. Namun karena lama kelamaan mama merasa lemas karena ia susah bernafas, aku langsung membantu mama. Menarik makhluk itu dari atas tubuh mama sambil terus mengucapkan akata-kata doa di setiap ucapanku. Makhluk itu terus mengerang sangat keras dan aku pun juga tak kalah mengucapkan doa dengan sangat lantang hingga beberapa tetangga terbangun mendengar suaraku yang terus berteriak saat dini hari. Malam itu seperti peperangan dengan makhluk halus yang hendak mengganggu keluargaku hingga akhirnya makhluk itu musnah dari hadapanku seketika juga bagaikan asap yang langsung menghilang.     

Ketika makhluk halus itu sudah benar-benar pergi, mama langsung dapat bernafas dan langsung meminum air yang sudah di sediakan papa di meja nakas dekat kasur. Akhirnya malam itu kami tak dapat tidur kembali dan terus berdoa meminta pertolongan pada Yang Maha Kuasa untuk melindungi kami dan rumah kami hingga matahari mulai menyingsing.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.