The Eyes are Opened

Bunga Bersemi (Part 03)



Bunga Bersemi (Part 03)

0Hari demi hari tak terasa berjalan begitu sangat cepat. Kegiatan sekolah, ujian, kerja kelompok, ekstra kulikuler, dan les membuat jadwalku semakin padat. Suasana di kelas perlahan mulai berubah, yang biasanya ramai dengan suara teriakkan, kini lebih sering menjadi sunyi dan hanya terdengar suara lirih musik yang diputar beberapa anak di kelasku. Aku masih sama yang selalu di temani dengan buku-buku komik ataupun novel ketika jam istirahat. Beberapa anak yang lain terlihat saling bercengkrama dan memadu kasih. Yap. Banyak pasangan-pasangan love bird di angkatanku saat ini sehingga membuat pemandangan di sekitar lorong kelas di penuhi dengan anak-anak yang sedang berdua'an.     

"Teng-teng-teng-teng-teng!!!"     

Lonceng sekolah berbunyi, menandakan waktu istirahat pertama telah tiba. Aku yang saat itu sudah terlalu kenyang untuk makan lagi setelah sarapan tadi pagi, enggan ke kantin meskipun hanya membeli snack dan memutuskan untuk membaca komik yang sudah kubawa dari rumah. Baru saja aku membaca dua part dari buku komikku, terdengar suara teriakan perempuan dari arah pintu kelas memanggil teman sebelah bangkuku, Raka yang sedang bermain dengan ponselnya.     

"Ayaaanggg!!!" Teriak perempuan dari depan kelas dengan sangat lantang hingga terdengar seisi kelas dan beberapa anak yang berada di kelaspun melihat ke arahnya.     

"Siapa sih? Kok pagi-pagi sudah teriak-teriak di kelas orang?" Ucap Melva yang tengah mempersiapkan presentasi Fisika yang akan di lakukan setelah istirahat selesai.     

"Ohhh... itu anak baru Va. Aku juga baru tahu waktu kenaikan kelas kemarin kok." Bisik Deisy yang duduk di sebelah kanan Melva.     

"Oohhhh.. pantas aja aku nggak pernah lihat dia selama kelas satu kemariinn.. Lagi pula dia lagi cari siapa sih sampe harus teriak-teriak gitu ya di kelas orang?" Ucap Melva dengan nada ketus dan suara yang hampir terdengar olehku meskipun aku duduk tiga baris darinya.     

"Heh!! kedengaran tahu Vaa... Gila nggak kurang kenceng apa suaramu?" Ucap Deisy yang ikut terkejut mendegar suara Melva yang terdengan jelas hingga Rosa yang masih berdiri di depan kelaspun menoleh ke arah Melva.     

"Ya biarin aja dia denger. Emang dianya yang nggak tahu diri kok. Teriak-teriak di kelas orang pagi-pagi gini. Yaahh.. meskipun ini jam istirahat tapikan nggak gitu juga. Emang ini sekolahan punya nenek moyangnya?" Ujar Melva dengan kesal.     

Aku yang mendengar semua ucapan kedua temanku itupun hanya terdiam dan pura-pura tak peduli dengan apa yang terjadi saat itu. Aku hanya terus membaca komik yang ada di hadapanku meskipun telingaku sangat tidak nyaman mendengarnya.     

Suara langkah kaki terdengar mendekat ke arah bangkuku dengan cepat, dan dengan sekejap saja tak terdengar satu langkah kakipun. Perlahan aku mengangkat kepalaku, melihat perempuan itu berdiri di depanku saat itu. Aku terkejut sampai hendak melemparkan buku komikku. Ia tersenyum kepadaku cukup lama, hingga akhirnya ia membuka percakapan di antara kami.     

"Haaaiiiii..." Ucapnya dengan senyuman yang sangat manis tersimpul di raut wajahnya dengan paras yang sangat mempesona. Ia. menurutku perempuan yang berdiri di depanku saat ini memang memiliki paras yang rupawan. Aku yang perempuan sampai terkagum dengan parasnya hingga aku tak mengedipkan mataku beberapa saat karena terus melihatnya.     

"Heeeeiii..kenapa kamu sampai bengong?" Ucapnya sambil tersenyum melihatku yang melamun menatapnya.     

"Eh i-iya.. Sori-sori. Ada perlu apa ya?"Ucapku dengan nada gugup.     

"Kamu kenal Raka nggak? Duduk di sebelah mana ya?" Tanyanya sambil beberapa kali melirik ke sekeliling kelasku.     

"Oh.. Raka..tuh lagi tiduran." Ucapku sambil menunjukkan jariku ke meja sebelah kiriku.     

"Ahhh... makasi ya cantiikk.. Hehehehe.. Byee... (Kenapa dari tadi nggak tahu sih kalau Raka duduk di bangku sini.. Hehehe)". Gumamnya setelah melihat Raka yang masih terbaring di bangkunya dan langsung menghampirinya.     

Aku kembali membaca buku komikku yang sempat tertunda tanpa menghiraukan Raka dan pacarnya bermesraan di sebelahku.     

("Iiihhh...Lihat tuh Raka! Nggaknyangka banget ya anaknya kaya gitu! Padahal kalau nggak ada tuh cewek di kelas keliatan anaknya alim banget lho!"). Bisik Elisa dari bangkunya.     

("Iya lho! Aku juga sering lihat Raka selalu rajin sholat tepat waktu pas istirahat makan siang. Lahhhh kok gaya pacarannya kaya gini sih! Bikin ilfil aja ngeliat dia kaya gitu.") Ucap Sharon menimpali.     

Aku tanpa sadar mendengarkan percakapan beberapa anak di kelasku yang membicarakan tentang Raka saat itu juga. Risih banget mereka berbicara seperti itu hingga tanpa sengaja aku melirik ke arah atas jendela tepat di atas bangku Raka di saat ada orang yang memanggilku dengan siulan lembut. Sekilas aku melihat Raka bersama Rosa saat melihat ke arah jendela, aku sangat terkejut. Baru pertama kali aku melihat Raka yang biasanya menjadi anak yang pendiam dan seperti yang di bicarakan teman-teman yang lain berperilaku demikian di dalam kelas, dimana kelas saat itu juga lumayan banyak anak. Tanpa pikir panjang aku langsung melihat kak Andrew yang tengah berdiri di balik jendela kelas dan dengan cepat aku bangkit dari bangkuku untuk menghindari situasi saat itu.     

"Ndra, itu tadi temanmu?" Bisik kak Andrew saat aku menemuinya di depan kelas.     

"Hehehehe.. Iya kak.." Uapku sambil duduk di sebelah kak Andrew.     

"Tumben kak nyari'in aku. Ada apa?" Lanjutku dengan penasaran.     

"Gila ya anak sekarang berani banget umbar-umbarkaya gitu di dalam kelas. Hahahaha.. Kalau di kelasku mungkin sudah di bully tuh anak kaya gitu. Hahahaha.. Oh, nggak apa.. bosen aja. Lagi cari temen ngobrol. Kenapa? Nggak boleh ya?"     

"Ya bolah-boleh aja kok kakkk.. Tapi apa nanti Karin nggak berpikir aneh-aneh nih kakak menemuiku?"     

"Nggak kok. Lagian Karin lagi sibuk juga hari ini. Nggak tahu tuh lagi ngurusin tugas dari gurunya atau gimana gitu di kelasnya. Tadi aku barusan dari kelasnya."     

"Ohh.. gitu..."     

Kami terdiam beberapa menit sambil melihat beberapa anak yang sedang berlarian di sekitar lorong kelas dan sesaat kami tak ada topik yang dibicarakan. Yahh.. memang agak terasa canggung saat itu, karena kami sudah sangat lama sekali tidak mengobrol seperti ini lagi sejak kak Andrew berpacaran dengan Karin sahabatku. Hingga akhirnya aku memulai pembicaraan di antara kami dengan membahas hubunganku dengan Dito saat ini.     

"Uhmmm.. Kak."     

"Hmm??" Balasnya sambil terus memandang ke arah langit yang berwarna biru di hiasi dengan gumpalan awan yang berwarna putih.     

"Uhmmm... Aku dari bulan lalu lagi deket sama cowok. Tapi cowok ini sudah kerja di luar kota. Kita kenal dari sosmed dan akhirnya berhubungan sampai sekarang lewat SMS kadang juga kita telponan." Ucapku dengan nada lirih. Kak Andrew tak banyak merespon dengan apa yang barusan aku ceritakan padanya, ia hanya melihat ke arah langit tanpa melihat ku sedikitpun.     

"Terus? Anaknya baik? Gimana first impressionmu terhadap cowok itu? Namanya siapa?" Ucapnya dengan nada yang sangat datar.     

"Namanya Dito. Yaahhh.. kalau sampai sekarang sih anaknya baik-baik aja.. Kadang obrolannya agak jauh juga."     

"Hah? Maksudnya?" Ucap kak Andrew yang seketika saja menoleh ke arahku.     

"Iya. Obrolan ku sama tuh cowok kadang kejauhan, alias nggak nyambung. Yahhh... mungkin juga karena dia sudah kerja, sedangkan aku masih anak SMA."     

"Kamu ada fotonya? Boleh liat nggak anaknya kaya gimana?" Ujar kak Andrew yang semakin penasaran dengan fisik Dito.     

"Nih! Ini foto anaknya." Ucapku sambil menunjukkan laman sosial mediaku yang terdapat gambar foto Dito di dalamnya.     

"Ohh.. ini anaknya?" Ucap kak Andrew seakan meyakinkanku.     

"Iya. Dia namanya Dito." Jawabku dengan yakin.     

"Kok bisa kenalan dari sosial media? Gimana ceritanya?" Tanya yang terlihat semakin penasaran.     

"Yaaa.. awalnya aku kenal Dito juga dari dia sering ngelike-ngelike foto dan apapun yang aku post sih. Karena hampir setiap apa yang aku post dia selalu ngelike, aku jadi penasaran dan lihat beranda sosial medianya. Dari situ juga akhirnya kita sering comment di setiap posting foto atau quotes gitu."     

"Terus siapa yang pertama kali ngajak buat tukeran nomor telepon?"     

"Yaa... dia dulu yang kirim pesan duluan di sosmed. Tapi awal-awal dulu tuh nggak selalu aku respon cepat. Jadi kayak dia kirim pesan hari ini, aku baru bisa balas dua hari atau pernah seminggu kemudian gitu. Lama kelamaan karena sesering itu kita akhirnya ngobroldi pesan sosmed, dia juga yang akhirnya mutusin buat minta nomor teleponku. Akhirnya kita tukeran nomor telepon setelah sudah sering ngobroldi sosmed uhmm... kurang lebih dua bulanan lah yaa..."     

"Terus? Apa kalian sudah pernah teleponan akhir-akhir ini?"     

"Ya sudah kakkk... itupun juga baru seminggu ini, tapi baru tiga kali."     

[Teng-teng-teng-teng!!!]     

Pembicaraan kami saat itu langsung terputus begitu saja setelah mendengar bel istirahat telah berakhir. Kak Andrew yang juga mendengar hal tersebut langsung beranjak dari tempat duduknya dan kembali ke kelasnya.     

"Ya udah Ndra, nanti di lanjut lagi aja lu ceritanya. Aku balik kelas dulu yaa... Byeee.." Ucapnya sambil berlari menuju ke arah anak tangga.     

"Iya kak." Ucapku sambil melambaikan tanganku dari kejauhan dan langsung berbalikmelangkah menuju ke kelasku.     

Di saat yang bersamaan, aku berpapasan dengan Rosa, pacar Raka yang hendak kembali ke kelasnya juga.     

"Hai Dyandraaa.. Balik duluan yaaahhh.." Salamnya sambil tersenyum manis padaku sambil menepuk pundakku dengan sangat lembut.     

"Oh hai! Iya Sa.." Balasku sambil tersenyum kepadanya dan langsung masuk ke dalam kelas.     

Saat kakiku melangkah memasuki kelas, beberapa anak di dalam kelas melihatku dengan tatapan sinis seakan mereka tak menyukai aku mengenal Rosa saat itu, namun aku tak memperdulikan mereka dan langsung berjalan menuju ke bangkuku.     

[Greeeekkkk] Suara bangkuku yang aku tarik kebalakang sebelum duduk.     

"Itu tadi pacarmu Ka?" Tanyaku spontan saat Raka sedang mengambil buku mata pelajaran selanjutnya.     

"Hah? Apa Ndra?" Jawabnya terkejut mendengar pertanyaanku.     

"Itu tadi si Rosa itu pacarmu ta?" Tanyaku sekali lagi.     

"Iya. Hehehehe.. Baru aja dua minggu lalu jadian. Hehehe" Jawabnya dengan sedikit malu-malu.     

"Oh ya? Waahhh... selamat ya Ka.. aku kira kamu tipe cowok yang nggak bisa pacaran sama cewek. Hahahahaha.."     

"Enak aja. Gini-gini aku itu cowok normal ya Ndra! Masa iya aku ini cowok yang nggak suka cewek?"     

"Hahahahaha.. Ya habisnya kan kamu sering tiduran doang di kelas sambil dengerin lagu. Hahahaha.."     

"Yaa.. aku tuh cuman malas aja. Kayak nggak pengen gitu awalnya.. makanya aku lebih sering di kelas sambil dengerin lagu. Hahahahaha.. Sebenarnya waktu pertama kali kita kenalan aku sempat tertarik sama kamu lho! Hahahaha... Kamu juga cantik kok Ndra, tapi sayang agama kita beda jadi aku memutuskan buat temenan aja sama kamu. Hahahahaha.." Ujarnya dengan tawa.     

Aku yang mendengar pernyataan dari Raka tersebut seketika terdiam membisu tak dapat menjawabnya.     

("Ya...memang sih Raka ini manis banget.. Udah gitu tinggi, baik, sabar.. Tapi nggak nyangka aja kok bisa-bisanya dia bilang kaya giniii..") Ucapku dalam hati.     

"Hahahahaha.. Kamu ini ada-ada aja sih Ka. Terus-terus kok bisa kamu dekat sama Rosa gimana? Ceritain doongg..." Ucapku mengalihkan pembahasan yang tadi sambil menunjukkan ekspresi penasaran tentang kisah cintanya.     

"Hehehehe.. yaaahhh.. biasalah Ndra... Aku bisa kenal Rosa itu pandangan pertama. Hehehehehe.." Ujarnya sambil tersipu malu.     

"Ehem!!! Ayo yang di belakang sana jangan ngobrol aja ya!" Teriak Bu Tika dengan lantang sambil menaruh buku di meja guru ketika baru saja datang.     

"Ya udah nanti aja Ka ceritanya. Bu Tika sudah datang tuh." Bisikku sambil membuka materi yang akan di pelajari hari ini.     

[Drrrttt-drrttt]     

Suara getar ponselku terasa di saku rokku. Dengan pelan-pelan aku merogohnya agar tidak terlihat oleh Bu Tika aku mengeluarkan ponsel saat jam pelajaran berlangsung. Aku membuka ponselku di kolong meja dengan was-was agar tak ketahuan dan dengan cepat membuka pesan yang baru saja masuk.     

["Halo Dyandraaa.. Masih kelas ya? Maaf ya kalau ganggu.. Hehehe.. Gimana kabarmu hari ini?"] Isi pesan yang baru saja masuk dari Dito.     

("Wadduuuhhh kenapa SMSnya sekarang sih... Apalagi di jamnya bu Tika lagi. Huufttt!! Udahlah nanti aja aku balas kalau ada kesempatan buat balas.") Gumamku sambil terus memperhatikan gerak gerik Bu Tika saat mengajar. Sesekali aku melirik ke arah jam dinding yang terletak di dinding kelas dekat pintu dan berharap agar pelajaran kali ini cepat berakhir. Sesekali pula aku memperhatikan ke Bu Tika yang tak ada hentinya menjelaskan materi yang di bawakan satu persatu sambil memberikan pertanyaan kepada beberapa anak di kelas. Hal itulah membuatku sangat susah untuk mencuri waktu ketika hendak membalas pesan Dito tadi dan membuatku menyerah.     

("Aaahh.. sudahlah.. nanti aja balesnya kalau jamnya Bu Tika sudah selesai. Lagi pula kurang lima belas menit lagi.") Gumamku lagi sambil terus memperhatikan materi yang disampaikan.     

Detik demi detik berjalan terasa sangat lambat sampai beberapa kali aku terus memperhatikan jam dinding di kelas dengan sangat gelisah.     

("Duuhhh kapan sih kelas ini selesainya? Kok lamaaa... Padahal tadi kurang lima belas menit aja. Tapi kok kerasa seperti setengah jam gituuu...") Gumamku dalam hati.     

"Dyandra!!" Panggil Bu Tika dari depan kelas.     

"Iya bu!" Jawabku seketika mendengar namaku di panggil.     

"Kamu kenapa dari tadi kok saya perhatikan nggak bisa fokus di pelajaran saya?! Bosan ya?" Ucap beliau dengan tegas.     

"Maaf bu, dari tadi saya mau ijin ke toilet. Saya dari tadi sudah kebelet buang air kecil bu." Jawabku sebagai alasan agar Bu Tika tak marah dengan sikapku selama di kelas.     

"Ya sudah cepat sana ke toilet! Kenapa nggak dari tadi sih kalau mau ke toilet? Bahaya lho Ndra kalau ditahan terlalu lama. Ayo siapa lagi yang mau ke toilet?? Segera ke toilet yaaa!! Kalau gitu pelajaran hari ini, kita akhiri saja di sini. Tapi saya tetap di sini sampai jam pelajaran usai dan bel berbunyi." Ucap Bu Tika sambil duduk di bangkunya dan mengakhiri pelajaran hari itu.     

Sorak sorai beberapa anak di kelasku terdengar dengan suara lirih agar tidak mengganggu jam pelajaran dari kelas lain. Aku yang mendengar ucapan Bu Tika, saat itu juga dengan cepat aku mengambil ponselku, memasukkannya ke dalam saku rokku dan berlari menuju toilet bersamaan dengan beberapa anak yang lain.     

"Eh Ndra, thank's ya! Hehehehe" Ucap Sharon sambil tersenyum berjalan mendahuluiku menuju ke toilet.     

"Hah? Kenapa? Masa iya gara-gara aku mendadak mau ketoilet sih?" Gumamku lirih sambil berjalan di koridorsekolah menuju toilet.     

"Emang iya Ndra! Lu penyelamat banget deh buat hari ini. Aku sampe ngantuk banget kelas hari ini. Untung aja lu kena tegor Bu Tika, kalau nggak bisa-bisa aku sudah ketiduran dari tadi. Hahahaha.." Timpal Ruben yang berjalan dari belakangku.     

Mendengar ucapan Ruben, langsung saja aku bergegas ke toilet sebelum toilet semakin penuh dengan anak-anak yang lainnya. Dan benar saja beberapa anak-anak dari kelasku terlihat sangat senang di wajah mereka.     

"Waaahhh ini nih penyelamat kita hari ini! Hahahaha.. kalau nggak bisa mati bosan dikelas tadi." Ucap Melva sambil merapikan rambutnya.     

"Iya lho! Aku tadi bosan banget di kelas. Beberapa kali lihat jam dinding juga terasa lama banget." Timpal Deisy.     

"Berarti kebetulan banget ya.. Hahahaha.. sampai-sampaikelas di bubarkan lebih awal dari biasanya.. hehehehe.." Ujarku sambil masuk ke dalam bilik toilet saat itu.     

Beberapa anak memanfaatkan waktu yang tersisa dengan mengobrol dan bercanda di luar kelas. Ada beberapa anak yang lainnya lebih memilih duduk di bangku lorong depan perpustakaan sambil menunggu bel pergantian mata pelajaran berikutnya. Dengan kesempatan yang ada ini pun aku mengeluarkan ponselku dan membalas pesan dari Dito.     

["Haiii...Iya tadi emang lagi kelas. Tapi sekarang kelasku sudah selesai kok,tinggal tunggu pergantian pelajaran aja dan juga nggak perlu minta maaf juga. Hehehehe.."]     

["Kabarku hari ini baik-baik aja kok. Hehehe.. Kalau kamu gimana Dit?"]     

[Drrt!! Drrrttt!!]     

Tak lama setelah aku mengirim pesan ke Dito, dengan cepat ia membalas pesan singkatku siang itu.     

[Oh iya ta tadi waktu aku kirim pesan itu kamu lagi pelajaran?? Sori lhooo... Maklum aku nggak tahu jadwal sekolahmu sihhh.. Lagi pula aku tadi lagi senggang juga di kerjaan, makanya aku langsung kirim pesan ke kamu. Hehehehe.. Nggak tahu kenapa seharian ini kepikiran tentang kamu terus sihh... :P"]     

["Kalau aku hari ini lebih ke agak bad day deh.. Hahahahaha.. Yaahhh.. biasalahhh masalah kerjaan sama rekan kerja. But it's ok kok.. Hehehehe.. Apalagi setelah dapat balasan dari kamu, hariku terasa cerah lagi nih.. :D Hahahaha.."]     

Saat membaca isi pesan dari Dito membuatperutku terasa geli. Entah ia mengirim pesan ini benar-benar mengatakannya atau hanya ingin merayuku semata. Namun kata-katanya membuatku tersipu malu setiap membacanya.     

["Hahahaha.. Nggak apa kok Dit... Kan aku tadi sudah bilang, kamu nggak perlu minta maaf.. Hahahahaha... Uhmmm.. Apa perlu aku kasih jadwal sekolahku ke kamu biar nggak kejadian kaya gini lagi? Hahahahahaha..Just kidding.. ;p"]     

["Eh, tapi ini setelah aku baca-baca dengan seksama nih, ini isi pesanmu kaya ngegombalin aku atau gimana nih? Hahahahaha.. Dari pada aku ke ge-eran ya khaannn... Hahahahaha.."]     

["Ow iya taaa.. semangat lhoooo jangan sampe badmood terus sepanjang hari, bisa-bisa nanti sore pas pulang kerja kaget liat wajah sendiri di cermin jadi bebek karena kebanyakan manyun. Hahahahaha.. Just kidding ;p"]     

["Waaaaahhh.... ni anak sudah mulai berani yaaa ngeledekin saya.. Awas kualat lho! Kecil-keil beraninya ngeledekin orang tua. Hahahahaha... Tapi beneran lho Ndra.. dari tadi itu aku keinget kamu terus.. makanya aku kirim pesan ke kamu dan sekarang tuh aku sudah nggak badmood lagi. Malah di kantor aku di kira lagi kasmaran kok. #Eh :p"]     

["Eh, seriusan tuh kamu mau kasih aku jadwal sekolahmu? Kalau aku sih mau-mau aja.. Jadi aku bisa tahu jam berapa aja aku bisa hubungi kamu supaya kamu nggak keganggu waktu pelajaran.. Hehehehe.. tapiii.. jangan deh. Bahaya. Kita juga belum ketemu, apalagi baru kenal. Jangan-jangan. Kamu kasih tahu aku aja jam berapa kamu istirahat sih boleh tuh.. atau nggak kamu duluan yang hubungi aku kalau kamu istirahat, biar nggak ngganggu kamuu.. Gimana non?"]     

[Drrrtt!! Drrrttt!! Drrrtt!! Drrrtt!! Drrttt!!]     

"Hah? Kok banyak banget nih pesan yang masuk? Biasanya Dito kalau kirim pesan cuman dikit tapi panjang.. Siapa lagi ya yang kirim pesan ke aku?" Gumamku sambil membuka ponselku.     

("Uhmm.. kak Andrew? Tumben.") Ucapku dalam hati yang langsung membuka isi pesan dari kak Andrew dan mengabaikan pesan masuk dari Dito.     

["Andraaaaa.... tadi ada apa di kelasmu kok rame banget sampe-sampe anak-anak dari kelasmu pada keluar semua?"]     

["Ohhhh itu tadi kelasnya Bu Tika selesai lebih awal kak. Hahahaha.."]     

["Hah? Kok bisa? Bukannya kalau Bu Tika yang ngajar itu pasti lama banget ya kelasnya selesai? Malah sering kali nambah jam dari mapel selanjutnya kan? Gimana ceritanya?"]     

["Hahahahahahaha... itu gara-gara aku yang gelisah kebelet buang air kecil dari pertengahan pelajaran. Sampe akhirnya kurang 10menit dan Bu Tika dari tadi ternyata ngelihatin aku akhirnya di bolehin ke toilet dan saat itu juga kelasnya selesai karena hampir satu kelas pada ke toilet semua. Hahahahahaha.."]     

["Ooohhh...pantesan kok tiba-tiba kelas atas pada rame banget sampe anak-anak kelasku pada heboh. Hahahahahaha...Ow ya Ndra, tentang teman barumu si Dito itu, aku mau tanya, apa kamu yakin mau kenal dia lebih dalam lagi?"]     

Ketika aku membaca pesan ini dari kak Andrew seketika saja aku bertanya-tanya dalam pikiranku. Apakah ada yang salah? Atau Dito bukan orang yang tepat? Aku langsung membaca pesan yang masuk dari Dito sebelum aku membalas pesan kak Andrew lagi. Aku jadi berpikir dua kali setelah membaca apa yang di kirim Dito siang ini. Ya memang aku baru saja berkenalan dengan Dito melalui media sosial, dan kita belum pernah sama sekali bertemu secara nyata. Hanya melalui telepon untuk memastikan kesungguhannya jika ia benar-benar ingin mengenalku lebih dalam. Akhirnya aku membalas pesan kak Andrew dan menunda membalas pesan Dito hingga aku pulang sekolah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.