The Eyes are Opened

I Meet You (Part 02)



I Meet You (Part 02)

1[Ting!]     

Terdengar suara notofikasi dari ponselku saat aku mau masuk kelas. Rasa penasaranku sangat tinggi untuk melihat notifikasi itu dari pada masuk ke dalam kelas dan kembali mengikuti pelajaran. Aku memutuskan untuk berhenti sejenak dan melihat notifikasi apa yang muncul.     

"Apa ini?? Boneka?? Banyak banget pilihannya? Dan aku harus pilih salah satu dari semua ini? Nggak salah nih orang?? Kenapa mau ngasih aja harus tanya dulu? Kalau aku pilih yang besar dan bagus, ntar dikira apa lagi. Udah lah biar dia yang pilih aja sendiri sesuai budget dan seleranya aja. Baru juga mau ketemu, kok rasanya nggak enak aja kalau kaya gini." Gumamku sambil mengirim pesan padanya.     

09.33 AM ["Hai Dit.. Apa nih? Kok kamu kirim aku foto boneka banyak banget? Uhmm.. nggak usah repot-repot deh Dit sampai-samapi kamu mau bawain boneka."]     

Setelah membalas pesan dari Dito, aku langsung masuk ke kelas sebelum Pak Frans curiga aku ke toilet terlalu lama. Benar saja, saat aku memasuki kelas, Pak Frans langsung menanyaiku.     

"Ke toilet kok lama Dyandra? Kamu ke toilet atau ke kantin?" Tanya Pak Frans yang tengah duduk di bangkunya sambil beberapa anak tersenyum melihatku.     

"Oh tadi saya sakit perut pak. Maaf kalau lama." Jawabku yang masih berdiri di gawang pintu kelas tak berani melangkahkan kaki satupun untuk masuk.     

"Beneran kamu tadi sakit perut?" Tanyanya sekali lagi dengan tatapan tak percaya padaku.     

("Haddduuuhhh apes banget aku. Kok ya kenapa orang ini sensinya hari ini sih! Biasanya juga nggak apa-apa kok kalau muridnya ke toilet karena sakit perut?). Gumamku dalam hati sambil tak berani mentap wajah pak Frans yang terlihat tak suka denganku saat itu.     

"Kenapa diam aja? Berarti beneran kamu ke kantin ya?!" Tanyanya sekali lagi dengan nada yang mulai tinggi.     

"Nggak pak! Saya beneran sakit perut tadi. Masa iya saya harus kasih bukti saya lagi jongkok di toilet saat buang air besar?"     

Seketika anak-anak satu kelas tertawa mendengar pernyataanku saat membantah pertanyaan pak Frans. Mendengar hal itu pula raut wajah pak Frans semakin terlihat sangat tak suka akan hal itu dan langsung saja Beliau membentak seluruh anak untuk diam serta menyuruhku kemabnli ke tempat duduk dengan segera. Seketika ruangan kelas menjadi sunyi, tak ada anak satupun yang berani untuk berbicara ataupun melakukan sesuatu yang menimbulkan suara sekecil apapun itu. Setelah beberapa menit kelas kami tak ada satu suara apapun saat itu, Pak Frans langsung bangkit dari tempat duduknya sambil menutup buku materi yang ia bawa hari ini dan berjalan ke depan kelas.     

"Hari ini kelas sampai di sini. Sisa materi hari ini kalian pelajari sendiri, jika tidak paham bisa temui saya di ruang guru." Ucapnya sambil lalu dan dengan cepat keluar kelas.     

Beberapa menit setelah Pak Frans keluar kelas, seketika suasana kelas langsung ramai, semua anak berteriak dengan heboh dan beberapa tertawa melihat kejadian tadi.     

"Ngakak pol aku lihat ekspresi Bapak e waktu keluar kelas tadi. Sumpah konyol! Hahahahahaha!" Ujar Jessica yang berbicara pada Stefie yang duduk di belakangnya.     

"Iya. Hahahahaha.. Kaya setengah malu, tapi ya gimanaaaa gitu. Hahahahaha.. Makanya paaakkk.. Jadi orang itu jangan sok udzon. Hahahahahaha.. Malu sendiri gak tuh orang." Timpal Stefie.     

Hampir seluruh anak di kelasku menertawakan Pak Frans setelah beliau pergi dan hal itu menjadi perbincangan hangat di kalangan anak sebelas. Hal tersebut juga membuatku melupakan pesan dari Dito saat itu juga dan aku tak memperhatikannya hingga aku pulang sekolah.     

Sesampainya di rumahpun aku tak memperhatikan ponselku lagi, aku langsung pergi ke tempat les hingga malam, sepulang les pun aku sudah merasa lelah hingga tak memikirkan apapun selain waktu untuk tidur. Baru saat aku hendak memejamkan mata, aku teringat dengan pesan dari Dito tadi pagi. Aku langsung bangun dari tempat tidurku dan melihat ke ponselku apakaha ada balasan pesan dari Dito atau nggak.     

"Hah? Beneran nih nggak ada balasan pesan dari Dito lagi? Bentar-bentar apa aku tadi nggak kirim ya pesannya?" Gumamku sambil mengecek kembali pesan yang aku kirim tadi pagi.     

"Sudah ke kirim kok. Tapii... kok belum ada balasan ya? Apa aku ada salah ngomong ya? Apa aku harusnya balas dan memilih apa yang dia mau kasih ya?Hmmm.. kan aku jadi galau sendir deh kalau kaya gini..." Gerutu sambil terus memikirkan pesan yang aku kirim tadi pagi.     

Sudah seharian ini pesanku dari Dito tak terbalas satupun. Nggak seperti biasanya Dito mengabaikan pesanku. Malahan aku yang sering mengabaikan pesannya dan dia selalu menunggu pesanku sampai beberapa kali mengirimkan pesan kepadaku ataupun sampai di misscall beberapa kali hingga aku menjawab pesannya.     

"Uhmmm.. Udah lah... Mungkin dia lagi sibuk. Who knows? Mungkin besok juga sudah di balas. Udah ah tidur aja. Udah ngantuk banget dan capek juga sih.." Ujarku mencoba menghibur diri sambil mendengarkan lagu yang terputar di radio di ponselku saat itu.     

Lagu-lagu syahdu yang membuat perasaan tenang pada malam itu akhirnya membawaku ke alam mimpi hingga aku tak sadarkan diri aku sudah terlelap jauh meskipun ponselku terus menyala.     

[Cyiiipp-cyiiipp-cyyiiippp-cyyiiippp]     

Terdengar suara burung yang selalu bertengger di depan jendela kamarku setiap pagi. Suara burung itu juga menjadi alarmku jika matahari sudah mulai meninggi. Aku yang sudah mendengar hal itu langsung saja terbangun dari tempat tidurku dan selalu setiap ku bangun tidur tak lupa untuk berdoa sebagai ucapan syukurku kepada Tuhan yang telah memberikanku nafas hingga pagi itu. Aku mengambil ponselku yang tergeletak di meja nakas sebelah tempat tidurku untuk melihat apakah sudah ada jawaban dari Dito apa belum.     

"Yahhh.. batrainya abis.. Ow iya sih, kan kemarin aku buat setel radio sampai ketiduran dan belum sempat aku charge seharian juga. Haaahhh.. harus di charge dulu nih." Ucapku sambil mengambil charger ponselku y ang terletak di laci meja belajar.     

"Andraaaa banguuunnn!!" Teriak mama dari bawah membangunkanku.     

"Iya bentar maaa!!!"     

Mendengar mama yang sudah memanggilku untuk turun, akupun langsung menaruh ponselku di atas meja belajar dan langssung kelaur dari kamarku saat itu juga.     

"Tumben kamu sudah bangun jam segini?" Ucap mama yang sedang memotong sayur-sayuran untuk di masak hari ini.     

"Iya mungkin karena Andra kemarin jam delapan sudah tidur, makanya sudah bangun jam segini. Mama mau masak apa hari ini?"     

"Ini mama mau masak sup merah aja ya? Atau mau bikin sup biasa aja?"     

"Sup biasa aja ma. Nanti lauknya bikin ayam goreng, sama sambel yang pedes, terus jangan lupa buat goreng tempe sama tahunya."     

"Oke dehh.. Kalau gitu bantuin mama masak nasi sama nyapu ya. Mama mau siapin bahannya biar cepat selesai dan nanti nasinya kalau sudah maatang sudah bisa langsung makan."     

"Ya ma." Jawabku yang langsung mengerjakan apa yang sudah mama minta tolong padaku.     

"Ma, Andra minggu depan mau ketemuan sama kenalan Andra." Ucapku iseng menceritakan pertemuanku dengan Dito minggu depan.     

"Siapa? Anaknya dari mana? Terus mau ketemuan dimana?"     

"Uhmm... namanya Dito ma, katanya sih dia orang tuanya tinggal di puncak sini ma, tapi dia sekarang lagi kerja di Jakarta sana. Ikut pamannya."     

"Lah kok bisa ketemunya sama kamu gimana ceritanya?" Tanya mama yang penasaran dengan perkenalanku.     

"Yaa... Andra kenalnya dari medsos ma.. Awalnya ya biasa anak-anak sekarang kalau punya kenalan di medsos itu sering comment-comment di fotonya, terus iseng-iseng chat, yaaahhh.. akhirnya keterusan deh."     

"Apa itu medsos? Mama nggak ngerti."     

"Aduuuhh mama ini kok ketinggalan jaman sih?! Medsos itu media sosial maaa... Yang ada di internet itu lhooo!!! Jadi semacam jejaring buat mencari teman tapi dari media sosial gitu.. Kenalannya pasti nggak langsung ketemu orangnya, ya lewat chatting-chatting gitu.. Dan biasanya kalau memang merasa sama-sama cocok baru kebanyakan orang memutuskan untuk berkenalan langsung di dunia nyata gituuuu.."     

"Ohhhh... mama baru tahu hal begituan sih. Mama tahunya ya lewat SMS aja atau telepon."     

"Yaaa... makanya mama buatlahhh biar nggak gaptek. Nanti Andra kasih tahu deh caranya."     

"Lah terus tuh cowok beneran orang baik-baik apa bohongan Ndra? Kamu harus hati-hati lho kalau kenalan lewat medsos-medsos gitu. Bisa aja waktu kenalan lewat chat atau telepon baik, tetapi aslinya penjahat atau nggak baik."     

"Ya makanya itu Andra mau ketemuan sama orangnya langsung. Apalagi yang ajak ketemuan itu yang cowok. Bukan Andra maaa... Nahhh, enaknya ketemuan di mana ya ma? Mama dulu pacaran sama papa biasanya ketemuan di mana?"     

"Laaahhh.. kalau mama sama papa dulu ya ketemuannya di depan rumah. Papamu sering bertamu di rumahnya mama. Sampai-sampai emakmu itu sayang banget sama papamu, sudah di anggap kaya anak sendiri. Mama pacaran sama papamu baru dua tahun itu aja papamu sudah sering tidur di rumahnya mama, sampai di siapin tempat tidur sama emak. Tidur sama Om Sammy, bajunya pun ada di kamarnya Om Sammy waktu itu. Jadi mama nggak pernah ketemuan di luar selama mama pacaran dulu. Papamu selalu ke rumah dan nginep sampai beberapa hari gitu di rumah."     

"Haaahhh.. terus ini aku gimana nih maaa.. Ketemuannya juga minta pagi lagi.. Masa iya di warunga yam depan sekolahku itu sih?"     

"Ya nggak apa dong. Apa mau ketemuan di rumah aja?"     

"Ngak-nggak ma. Jangan di bawa ke rumah dulu. Mending Andra ketemuan di luar aja ma. Tapi temenin ya ma."     

"Hah?? Masa mama nemenin kamu pacaran? Nggak lah kamu ketemuan aja sendiri. Kalau kamu mau di anterin ya mama anterin tapi mama nggak mau nemenin kamu." Ucap mama dengan tegas.     

"Ya udah dehhh.. tolong anterin ya maa.."     

"Kapan?"     

"Sabtu besok."     

"Ya." Jawab mama singkat sambil membereskan sisa potongan sayur yang hendak di buang.     

Selesai membantu mama membersihkan rumah, aku langsung menuju ke kamarku dan mengambil ponselku yang sedari tadi aku charge dan melihat apakah ada notifikasi pesan dari Dito.     

"Uh? Nggak ada pesan sama sekali? Di sosmed juga nggak ada notif dari dia? Kenapa ya? Masa iya hari libur gini masih sibuk sih? Haahhh.. ya sudah lah.. mungkin memang benar dia bukan jodohku. Ya sudahlah." Gerutuku sambil menaruh ponselku kembali di atas meja dan aku langsung berbaring di atas tempat tidurku.     

Beberapa menit aku berbaring terasa sangat bosan dan langsung saja aku mengambil ponselku dan sekali lagi aku melihat ke layarnya, apakah ada pesan balasan dari Dito atau nggak.     

"Haahhhh.. nggak ada balasan satupun. Sudahlah Ndraa.. jangan terllau berharap pada yang nggak pasti. Udah mending baca novel atau komik aja yuukk.." Ujarku menyemangati diri sendiri sambil beranjak dari tempat tidur dan berjalan mengambil buku komik yang ada di lemari sebelah.     

"Nggak ada komik yang bagus buat di baca hari ini. Hampir semua komikku sudah aku baca. Apa aku beli lagi ya? Tanya mama ah.." Ucapku yanglangsung berlari menuruni anak tangga dan menghampiri mama yang tengah menonton televisi.     

"Maaaaa... Andra mau beli komik lagi yaaa.." Teriakku sambil mendekati mama dari belakang.     

"Nggak usah. Komikmu itu sudah banyak banget Ndra. Mau di taruh mana lagi kalau kamu beli lagi?"     

"Aayoolaahhh maaa... semua komik Andra sudah di baca semua... Andra hari ini bosan banget dan pengen baca-baca gituuuu.."     

"Uhm.. Kamu ke jalan Melati sana lho! Di sana ada tempat penyewaan buku, komik dan novel. Kamu lebih baik sewa aja dari pada beli nyempit-nyempitin rumah aja."     

"Dimana itu? Andra nggak tahu jalan."     

"Kamu nanti keluar perumahan kan belok kanan, ke arah jalan besar. Nah, nanti setelah di jalan besar kan ada persimpangan belok kiri, kamu belok kiri itu, nanti ikutin jalanan yang ada sampe ada ruko-ruko gitu. Tempat sewanya ada di kanan jalan. Rumahan gitu. Rumahnya agak kkecil dan ada papannya kalau itu tempat sewa buku. Dah kesana gih!" Ucap mama menyuruhku untuk menyewa buku di sana sambil memberikanku beberapa lembar uang untuk menyewanya.     

Langsung saja aku menggunakan sepedaku menuju ke penyewaan buku sembari menyibukkan diri agar aku tak terlalu kepikiran dengan Dito. Aku berusaha untuk sel;alu berpikiran positif jika ada yang ia lakukan di sana sampai-samapai ia tak dapat menghubungiku sama sekali. Lagi pula aku dengan Dito juga belum memiliki status apapun, jadi nggak masalah jika ada seseorang yang sedang dekat dengan kita namun tak menghubungi lagi. Akhirnya aku menjalani hari-hariku seperti biasa tanpa memikirkan akankah ada balasan dari Dito hari ini atau tidak. Hingga tak terasa mendekati hari dimana aku akan bertemu dengannya semakin dekat. Yap saat ini sudah hari Kamis dan belum juga ada balasan dari Dito untuk menghubungiku lagi dan kelanjutan untuk bertemu denganku apakah jadi atau nggak. Aku akhirnya memberanikan diri untuk menguhubunginya terlebih dahulu dengan mengirim pesan padanya.     

12.25 PM ["Hai Dit.. Apa kabarmu? Baik-baik aja kan? Uhmm... aku mau tanya untuk kelanjutan ketemuan yang sudah kamu janjikan itu bagaimana? Apakah tetap jadi hari sabtu ini atau dibatalkan? Tolong hubungi aku lagi ya jika kamu sudah membaca pesanku. Bye. :)"]     

"Andraaaaa!!! Nanti jangan lupa ada meeting yaaa!!" Teriak Karin yang memanggilku dari atas balkon depan kelasnya saat aku sedang berjalan menuju ke kantin.     

"Oke." Ucapku lirih sambil memberikan kode tangan padanya dan melanjutkan jalanku ke kantin untuk membeli makan siang hari itu.     

Seperti biasa, setelah membeli makan siang dari kantin, aku langsung menuju ke kelasku sambil membaca buku komik baru yang dari seminggu ini aku pinjam untuk aku baca di sela-sela waktu istirahatku. Ketika aku sedang asik membaca komik, tanpa sadar aku langsung memeriksa layar ponselku yang ada di laci meja dan tak ada notifikasi apapun di sana. Aku langsung memasukkannya kembali ke dalam laci dan melanjutkan membaca buku komikku lagi. Bebebapa kali aku melakukan hal yang sama sampai Raka yang duduk di sebelahku sambil mendengarkan lagu dari headphonenya menghampiriku dan duduk di depanku.     

"Ehem!" Deham Raka padaku.     

"Eh, apa Ka?" Tanyaku sambil terus membaca buku komik yang ada di hadapanku.     

"Kok kayanya kamu dari tadi nggak fokus baca komikmu sih Ndra? Ada apa? Bolak balik ngecek hape terus? Emang nungguin ada telepon masuk atau pesan masuk dari siapa siiihhh??? Hayooo... kamu punya cowok ya?" Ucap Raka dengan nada usil padaku.     

"Hehehehe.. tahu aja nih anak. Hehehe.."     

"Eh, iya beneran to? Siapa? Anak sekolah mana Ndra? Cieee sekarang sudah punya cowok nih anak.."     

"Apa sih Ka. Belum punya Ka.. Ini aku masih PDKT aja.." Ucapku sambil meyakinkan Raka yang terus mengusiliku.     

"Masa sih cuman PDKT tapi di tungguin terus?? Udah hampir seminggu ini deh aku sering perhati'in kamu berkali-kali ngecek hapemu terus? Emang ada apa? Mau cerita? Tapi kalau nggak ya nggak apa kok Ndra. Hehehehe.. Nggak maksa."     

"Uhmmm... nggak apa kok. Bukan hal yang serius juga. Ow ya aku mau tanya ke kamu deh yang sebagai cowok. Gini, aku kan baru PDKT-an nih sama cowok, yaaa..dia lebih dewasa sih, alias beda umurnya empat tahunan sama aku, terus beberapa minggu kemarin itu dia ngechat aku buat janjian ketemuan di sini, tapi setelah dia ngechat kaya gitu sampe sekarang nggak ada kabarnya. Uhmm.. menurutmu gimana dong kalau kaya gini?"     

"Emang sapa yang nentu'in buat ketemuan? Dianya?"     

"He'em."     

"Terus selama seminggu ini kamu ada chat balik nggak ke dia meskipun kalian nggak ada kontak sama sekali?"     

"Ada baru juga tadi siang aku kontak lagi, tapi sampai sekarang juga nggak ada kabarnya. Makanya itu aku agak hopeless ini enaknya mau gimana. Ya kalau dianya sudah nggak mau PDKT-an sama aku ya harusnya bilang lah yaa.. Biar akunya nggak terlalu berharap kaya gini kan? Tapi kalau sudah bilang mau ngajak ketemuan tapi nggak ada kabar kaya gini kan aku jadinya gelisah sendiri." Ucapku dengan raut wajah yang murung.     

"Sudah lah Ndra.. kalau aku bilang sih, mending kamu fokusin aja hari-harimu seperti biasa. Mungkin dia ada masalah apa gitu sampe akhirnya nggak bisa ngehubungin kamu. Nggak usah khawatir dan jangan terlalu negatif thinking dulu Ndra. Kan kamu nggak tahu apa yang terjadi sama cowok itu kan? Kalau setahuku ya, cowok itu kalau nggak suka sama cewek nggak ninggalin pas sudah buat janji kaya gini. Mending dari awal pas kenal kamu dan si cowok ngerasa sudah nggak cocok itu baru dia bakalan ngasih alasan nggak mau dekat lagi sama kamu. Kalau menurutku sih itu Ndra.. Lebih baik kamu tungguin aja sampe besok hari kamu janjian, apakah dia masih nggak ada kabar atau nggak. Kalau sampai benar-benar nggak ada kabar setelah hari janjianmu sama dia, ya itu terserah kamu mau gimana nyikapinnya. Feelingku sih dia nggak anak ninggalin kamu kaya gini deh Ndra. It's okeyy.. Udah nggak usah galau-galau terus." Ucap Raka membuat perasaanku lebih tenang sedikit dan pikiranku lebih terbuka daripada sebelumnya.     

"Gitu ya Ka? Jadi nggak usah dipikirin terlalu dalam nih?"     

"Iya lah! Udah lah Ndra, cowok itu banyak! Nggak cuman satu dia doang! Kalau nggak ada dia ya cari yang lain lah! Masa iya kamu berharap sama satu cowok yang nggak jelas juga? Kalau aku jadi kamu mending aku kenalan banyak cowok sekaligus. Yaahhh.. itung-itung sekalian nambah kenalan aja sih.. Hehehehehe.."     

"Ohhh gitu.. Jadi kamu sama Rosa gimana Ka? Masih pacaran kan?" Tanyaku untuk mengalihkan pembahasan kami sebelumnya.     

"Lha kok kamu malah balik tanya aku sih? Yaaa.. aku sudah putus sama Rosa?"     

"Lho? Sudah putus? Kok bisa?"     

"Ya emang nggak cocok aja Ndra, ibuk bapakku nggak setuju juga. Jadi ya buat apa aku terusin."     

"Ooohhh.. Makanya kamu bisa ngomong kaya gini ke aku.. Ternyata kamu juga abis patah hati toh.. Hahahahaha.."     

"Hush! Jangan gitu dong Ndra... Kok Rasanya aku kena batu makan tuan ya? Ngeselin."     

"Hahahahahaha.. But thank you ya Ka. Hehehehe.."     

[Drrrtt-ddrrrttt]     

Mendengar ada pesan masuk di ponselku, dengan cepat aku langsung melihatnya, siapa tahu jika itu pesan dari Dito yang sudah hampir seminggu ini nggak ada kabarnya.     

"Hah? Nomornya siapa ini? Tapi pesannya kok kaya sok kenal gitu sih? Tahu namaku juga?"     

13.01 PM ["Hai Dyandra.."]     

13.03 PM ["Ini siapa ya? Kok tahu namaku?"]     

13.04 PM ["Oh maaf, ini aku Dito. Maaf aku nggak bisa hubungi kamu beberapa hari ini, soalnya aku kemarin waktu perjalanan pulang kampung ponselku terjatuh dan rusak parah. Makanya aku nggak bisa hubungi kamu sama sekali. Aku baru tiba di rumah mamaku itu hari Senin sore, dan malamnya ponselku jatuh dari sepeda motor waktu aku mau beli makan dekat rumah. Hari Selasanya aku bawa ke phone centernya buat di perbaiki dan harus nginap semalam. Tapi akhirnya ponselku nggak bisa di perbaiki karena sudah rusak total sih. Makanya aku beli ponsel baru serta nomor baru dan baru bisa hubungi kamu sekarang. Maaf banget ya Ndra sudah buat kamu khawatir. Ow ya kamu ini pasti lagi di sekolah ya? Nanti aja sepulang kamu sekolah atau nanti malam boleh aku hubungi kamu?"]     

13.05 PM ["Oww... ya untungnya kamu nggak apa-apa Dit.. Oke aku sekolah dulu ya.. Nanti malam aja kamu telepone aku ya.. Bye.. See you :)"]     

"Siapa Ndra? Kok kayanya serius tapi seneng banget wajahmu?" Tanya Raka yang penasaran dengan isi pesan yang baru aku terima.     

"Dari cowok yang deketin aku Ka. Hehehehe... Bener omonganmu, kalau dia sedang ada masalah ponselnya jadi nggak bisa hubungi aku sama sekali. Makanya ini dia hubungi aku setelah ganti ponsel." Ucapku dengan wajah yang sumringah.     

"Tuh kan apa yang aku bilang. Jangan mikir negatif dulu lah kalau ada cowok yang kaya gitu. Bisa jadi ada apa-apa yang kamu nggak tahu. Udah lebih tenang lagi kan dari pada tadi?"     

"Hehehehehe.. Iya. Sudah jauh lebih tenang sekarang. Terima kasih banyak lho Ka.."     

"Iya sama sama Ndra. Jangan lupa besok aku belikan bakso di kantin ya buat bayarannya hari ini. Hahahahaha.."     

Akhirnya hari ini di akhiri dengan pesan Dito yang terbalaskan dan hampir semalaman kami mengobrol lewat telepon dan aku nggak sabar sama sekali untuk bertemu dengannya besok.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.