The Eyes are Opened

Keranda Mayat (Part 02)



Keranda Mayat (Part 02)

2Hari mulai semakin gelap, Karin dan kak Andrewpun belum kunjung kembali dari membeli makan malam untuk kami. Apalagi saat ini Aku dan Bella di tinggal Alex mencari Alvero yang sedang merajuk. Udara dingin malam mulai berhembus memasuki celah-celah jendela kelas kosong yang kami tempati. Namun malam itu sesekali terasa lebih panas dari pada biasanya.     

"Adduuhhh.. kok panas ya hawanya?" Ucap Bella sambil beberapa kali mengambil sepucuk sterofoam bekas untuk kipas.     

"Iya. Padahal langitnya cerah lho! Tapi hawanya seperti mau hujan aja. Karin, kak Andrew sama Alex juga pada kemana sih? Kok lama banget nggak balik-balik." Ujarku yang masih merangkai hiasasn artikel pada badan mading yang kami buat.     

"Iya. Kok lama ya mereka berdua beli makannya? Jangan-jangan mereka makan duluan lagi, makanya lama banget. Sudah hampir satu jam lho mereka keluarnya."     

"Ya nggak tahu juga Bel.. bisa aja memang lagi antri, nggak usah mikir negatif dulu lahhh.."     

"Ya tapi ini lama banget lho Ndra... Aku sudah lapar niiihhh.. Huuftt!! Aku putar musik ya?"     

"Iya Bel putar aja, dari pada di sini sunyi nggak ada suara apapun."     

"Okee.. tapi lagunya random yaaa.."     

"Siipp laahh.."     

Sembari kami mengerjakan tugas bagian kami, dan juga di temani dengan alunan musik MP3 dari ponselnya Bella, Aku melihat Alvaro yang berjalan di tengah-tengah lorong depan kelas II IPA-1. Saat itu ia sedang berjalan ke arah kelas II IPS-2 dengan tatapan datar dan tak ada ekspresi satupun yang aku lihat.     

"Eh, itu Alvaro!" Ucapku dengan lantang pada Bella yang sedang asik menikmati lagu yang ia putar.     

"Hah? Mana?" Jawab Bella sambil melihat ke kanan dan ke kiri.     

"Ituuu lhooo yang sedang jalan ke arah kelas II IPS-2!" Ucapku sambil menunjukkan tangan ke arah Alvaro yang masih berjalan.     

"Oh iya-iya. Alll!! Alvarooo!!! Heeeyyyy!!! Alvarooo!! Rooo-Varoooo!!!" Teriak Bella dengan lantang memanggil Alvaro berkali-kali namun tak ada tanggapan satupun yang kami dapat. Ia menoleh pun tidak.     

"Kok aneh sih tuh anak di panggil sekenceng itu nggak noleh-noleh? Masa iya nggak denger? Biasanya aja aku sama anak-anak kalau teriak dari sini ke depan kelas kedengaran kok. Masa iya Alvaro nggak dengar suaraku?" Gumam Bella yang keheranan dengan sikap Alvaro malam itu.     

Aku yang melihat sikap Alvaro saat itu juga merasa keheranan dan terus mengamatinya. Tetapi hanya sedetik Aku dan Bella memalingkan wajah karena mendapat pesan dari Karin yang memberi tahukan jika ia hendak kembali ke sekolah, Alvaro yang tadinya sudah berjalan di tengah-tengah lorong kelas II IPS-1 dan IPS-2 seketika itu juga menghilang, Aku bersama Bella juga terkejut Alvaro sudah nggak ada di sana sampai aku memberanikan diri untuk berlari mendekati Alvaro di lorong kelas IPS.     

"Bentar deh Bel, aku lihat ke sana dulu. Mungkin aja Alvaro duduk di balik tembok pembatas. Kamu tungguin di sini aja ya?" Ucapku sambil mengajak Bella berdiri di depan kelas II IPA-2.     

"Cepetan lho Ndra. Aku ya makin takut dan merinding nih sekarang!" Ucap Bella sambil memeluk dirinya yang merasa ketakutan malam itu.     

"Iya bentarrr.." Jawabku yang langsung berlari mendekati tempat terakhir Alvaro menghilang.     

Aku terus berlari menyusuri setiap lorong kelas, dan hawa di sekitar lorong semakin lama semakin terasa menyeramkan. Aku yang tadinya berlari dengan nyali besar, menjadi semakin takut dan memutuskan untuk berjalan pelan-pelan sambil merapalkan doa di dalam hati. Setiap kali aku melewati jendela-jendela kelas, aku merasakan seperti ada banyak sepasang mata yang terus mengawasiku. Aku sesekali melihat ke kanan dimana aku merasakan ada sesuatu di balik jendela, namun ketika aku benar-benar melihat ke arah jendela kelas IPS, aku tak mendapati apapun di dalam sana. Hanya kelas kosong dan gelap yang di sinari oelh cahaya lampu dari lapangan basket dan cahaya rembulan malam itu. Tak lama kemudian, aku tiba di tempat Alvaro menghilang dan aku tak menemukan siapapun di sana. Aku kebingungan mencari Alvaro namun semakin lama aku mencari, perasaan takutku semakin besar dan bulu kuduku sekamin berdiri seakan-akan ada seseorang yang tak dapat aku lihat wujudnya berdiri di samping kiriku sambil memperhatikanku dari dekat. Suasana semakin mencekam, hawa di sekitarku pun semakin dingin dan sesekali aku merasakan seperti ada sesuatu yang menembus tubuhku dan terasa dingin serta seperti ada sengatan listrik statis di tubuhku.     

"Ndraaaa!!! Ada nggak Alvaronya??" Teriak Bella dari depan ruang kosong tempat kami mengerjakan mading.     

"Nggak ada siapa-siapa Bell!!"     

"Ya udah cepat balik sinii!!"     

"Iya-iya!!" Ucapku yang akhirnya memutuskan untuk berjalan cepat kembali ke ruangan kosong.     

"Lho Bell kamu ngapain di luar sendirian? Dyandra kemana?" Tanya Alex yang baru saja datang bersama Alvaro di sampingnya.     

Bella yang melihat Alvaro bersama Alexpun tercengang hingga tak dapat mengucapkan sepatah kata apapun dan hanya menunjuk ke arahku yang juga terkejut melihat Alvaro datang bersama Alex dari tangga sebelah kiri gedung sekolah.     

"Ndraaa!!!" Teriak Alex memanggilku.     

Akupun langsung berlari menghampiri mereka dengan tatapan terheran-heran, sama dengan Bella yang masih heran melihat Alvaro berdiri di sebelah Alex dengan tatapn bingung melihat kami berdua.     

"Heh! Kalian berdua ini kenapa sih?! Kok lihat aku kaya abis lihat hantu aja!!" Ujar Alvaro sambil menepuk pundak Bella yang masih nggak percaya dengan apa yang dia lihat barusan.     

"Lho? Kok kamu bisa sama Alex sih Ro?" Tanyaku dengan hati-hati.     

"Hah?? Gimana-gimana?? Aku kok bisa sama Alex??"     

"He'em."     

"Ya emang aku tadi ketemu Alex di depan gerbang sana setelah aku selesai makan di warung ayam depan sekolah. Terus Alex juga ikutan makan. Aku temenin deh." Jelas Alvaro yang makin membuat kami tercengang hingga mulutku dan Bella menganga tak percaya dengan apa yang dikatakannya barusan.     

"Ahhh!! Lu bohong Ro! Orang barusan aku lihat kamu jalan sendirian di sana kok!" Tukas Bella mencoba membenarkan diri dengan apa yang barusan ia lihat sambil menunjuk ke arah koridor kelas II IPS.     

"Heh Bell!! Lu nggak salah lihat apa?? Aku tuh barusan makan sama Alex! Ya gak Lex?"     

"Iya Bell, aku lho barusan makan sama Alvaro tadi. Eamng kenapa sih??" Tanya Alex yang semakin penasaran dengan kami.     

"Ituuu.. tadi tuh aku lihat kamu jalan sendiri di koridor kelas II IPS, terus Bella juga lihat. Tapi anehnya aku lihat kamu pake baju seragam rapi tapi mukamu datar gitu ekspresinya. Makanya aku langsung masti'in itu kamu apa bukan dan lari ke koridor depan kelas II IPS." Terangku pada Alvaro.     

"Terus Ndra?" Tanya Alex.     

"Yaa.. waktu aku samperin nggak ada orang di sana."     

Seketika semua terdiam mendengarkan ceritaku dan kami berempat saling bertatapan satu sama lain dan di saat kami sedang terdiam, tiba-tiba kami terdengar suara benda yang bergerak dari dalam ruang kelas.     

[Krriiiieeeekkk.. Krrriiiieeekkk..]     

"Suara apa itu Ndra?" Tanya Bella yang sudah ketakutan dengan seluruh tubuhnya yang tak dapat ia gerakkan.     

"Gak tahu." Ucapku pelan.     

Alex dan Alvaro yang juga mendengarnya pun mengintip dari jendela kelas, dan mereka melihat keranda kosong itu tiba-tiba bergerak maju dua kali. Terlihat dari ekspresi mereka berdua yang sudah sangat ketakutan pun membuatku yakin jika di sekitar kami sedari tadi ada makhluk halus yang mengganggu kami.     

"Dam*** keranda e gerak c*k!!" Seketika Alex yang melihat hal tersebut langsung berkata kasar dengan spontan dan langsung mengajak kami berempat untuk pergi dari sana secepatnya.     

"Heeeeiiii tungguin aku doongg!!! Kakiku lemes niihhh!!" Teriak Bella yang sudah terlihat lemas dan ketakutan dengan apa yang terjadi saat itu. Kami bertiga yang atdinya sudah setengah jalan meninggalkan kelas kosong dengan pintu yang terbuka lebar serta barang-barang kami pun akhirnya kembali menjemput Bella.     

"Ayo Bell cepetan naik ke punggungku." Ucap Alex sambil menawarkan punggungnya pada Bella.     

Karena tak ada pilihan lain, Bella pun langsung menaiki punggung Alex yang lebar dan besar sebelum terjadi hal aneh lainnya berdatangan. Namun , belum juga kami melangkahkan kaki untuk pergi dari lantai dua, terdengar derikan suara keranda kosong itu bergerak beberapa kali.     

[Krrriiiieeeetttt... Kriiiiieeeettt... Krriiiieeetttt..... BRRUUAAKKK!!!]     

Suara keranda yang bergerak sendiri dan juga suara benda yang terbentur dengan keras membuat kami berempat terkejut dan berteriak bersamaan. Dengan cepat Alex langsung mengangkat Bella di punggungnya dan kami langsung berlari secepat mungkin menuruni anak tangga hingga ke halaman sekolah.     

"Hah-hah-hah-hah! Turun Bell." Ucap Alex yang terdengar terengah-engah kelelahan setelah menggendong Bella yang tubuhnya jauh lebih tinggi darinya.     

"Makasi ya Lex.." Ucap Bella.     

"Iya, hah-hah.. nggak apa.. Hah-hah.."     

Kami berempat langsung berjalan menuju pos satpam untuk mencari tempat teraman agar tak merasa ketakutan. Di waktu yang bersamaan Karin dan kak Andrew serta beberapa anak yang lain yang tadinya ijin sholat pun berdatangan.     

"Lho kalian ngapain di sini? Sudah mau pulang ta?" Ucap Karin yang tahu apapun saat tiba di sekolah.     

Kami berempat tak ada yang dapat menjawab pertanyaan Karin saat itu, yang ada di pikiran kami berempat hanya mengatur nafas kami hingga stabil dan rasa takut kami hilang terlebih dahulu. Anak-anak yang lain pun juga melihat kami dengan tatapan keheranan dan tak henti-hentinya bertanya tentang apa yang telah terjadi pada kami. Tetapi tetap saja tak ada yang berani bercerita apa yang sudah terjadi pada kami. Aku pun hanya terdiam sambil mengingat kejadian yang baru saja terjadi dan aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Hingga detik itupun bulu kuduku masih berdiri dan aku merasa merinding seakan ada yang mengikutiku dari belakang ataupun memperhatikanku. Melihat kondisi kami yang ketakutan saat itu, tanpa banyak bicara kak Andrew langsung memberikan kami air mineral yang tadi ia beli. Saat itu juga kak Andrew terus memperhatikanku dari jauh dan terus menatap ke arah mataku yang terlihat ketakutan dan kebingungan. Lalu kak Andrew berbisik pada Karin yang berusaha untuk menenangkan kami berempat di dekat pos satpam dan meninggalkan kami semua di sana tanpa ada yang mengikutinya satu orang pun.     

Aku yang melihat kak Andrew berjalan setengah lari menuju ke dalam gedung sekolahpun langsung bangkit dari tempat dudukku dan berlari mengikutinya. Beberapa anak yang lain melihatku menyusul kak Andrewpun berteriak memanggilku untuk tak mengejarnya. Begitu juga Karin yang sempat mencegahku untuk mengikuti kak Andrew, namun aku tak bisa menahan diri untuk tak menceritakan apa yang aku lihat saat itu kepada kak Andrew sebelum ia masuk kedalam gedung sekolah.     

"Kak Andrew!!!" Teriakku sambil berlari mengejar kak Andrew.     

"Hah? Andra? Ngapain kamu ikut aku?!" Ucap kak Andrew yang seketika berhenti dan menungguku menghampirinya.     

"Uhmm.. ituuu.. itu kakk.." Ucapku dengan ggugup tak dapat melontarkan satu katapun saat di hadapan kak Andrew. Seketika aku merasa ada aura yang berbeda dengan kak Andrew hingga aku sendiri tak berani untuk menatap matanya saja aku tak sanggup. Seperti ada seseorang dengan kuasa dan kharisma yang melebihiku, dan aku hanya berani untuk menundukkan kepalaku saat dihadapan kak Andrew.     

"Iya. Aku sudah tahu kok. Kamu tenang aja dan kembali ke sana bersama yang lain." Ucapnya dengan nada dingin yang tak seperti biasanya kak Andrew lakukan kepadaku. Aku hanya mengangguk untuk menjawabnya dan kak Andrew langsung pergi dari hadapanku.     

"Hahhh.. gila rasanya kaya ada tekanan batin yang besar banget waktu berdiri di depan kak Andrew. Sampe aku merinding dan ini masih belum hilang rasanya. Huuuffttt.." Gumamku sambil mengangkat kepalaku melihat punggung kak Andrew yang berjalan dengan gagahnya memasuki gedung sekolah yang terlihat gelap sebagian, dan hanya di terangi dengan lampu cahaya kelas yang kami gunakan untuk dekor mading dan lampu taman sekolah.     

"Uhmmm.. itu apa ya? Kok kaya ada orang yang berjalan di belakangnya kak Andrew? Badannya juga lebih gede? Daannn.. perasaan kak Andrew nggak pake baju kebaya deh tadi.. Uhhhh.." Gumamku saat melihat sosok yang mengikuti kak Andrew di belakangnya dan ketika aku masih memperhatikan kak Andrew dari kejauhan, sosok itu tiba-tiba membalikkan badannya dan melihat ke arahku. Aku terkejut melihat sosok itu dengan mata merah yang sangat besar dan juga terdapat gigi taring yang sangat panjang dan juga sosok itu membawa tongkat godam di tangan kanannya. Aku membeku sesaat melihat sosok itu dan semakin tak dapat berkata-kata. Aku mencoba mengangkat salah satu kakiku untuk berbalik namun terasa sangat berat dan susah. Aku mencoba menarik nafasku dalam-dalam dan menghembuskannya kembali agar diriku lebih tenang, lalu mencoba untuk membalikkan badanku. Namun tak dapat ku lakukan. Tubuhku benar-benar terasa sangat berat untuk di gerakkan hingga Karin menghampiriku. Di saat itulah aku bisa menggerakkan tubuhku kembali, namun seluruh tubuhku gemetaran ketakutan dan keringat dingin terus mengalir di pelipis, punggungku dan hampir seluruh wajahku basah karena keringat.     

"Ndra!! Kamu nggak apa ta?" Tanya Karin yang berlari menghampiriku. Terlihat di wajahnya sangat khawatir dengan kondisiku saat itu dan ia langsung mengajakku ke pos satpam.     

"Iya nggak apa kok Rin." Jawabku dengan lemas seakan tak memiliki energi lagi untuk berjalan.     

Aku hanya diam tak bersuara berjalan di samping Karin, dan mencoba menghemat energiku yang tiba-tiba terasa habis. Melangkahkan kakiku satu demi satu terasa sangat lemas, mataku juga tiba-tiba terasa berat dan sulit sekali untuk melihat ke depan. Di saat itu juga tubuhku terkulai lemas dan aku tersungkur di tanah tak berdaya untuk bangkit kembali. Melihat diriku terjatuh di tergelatk di tanah Alex dan Bella yang melihatku dari kejauhan langsung berlari dan meneriaki Karin jika aku sudah tergelat di tanah.     

"Riinnn!!! Andra Riinn!!" Teriak Bella sambil berlari menghampiriku di susul dengan Alex yang juga ikut berlari di belakang Bella.     

Mendengar hal tersebut, Karin langsung membalikkan tubuhnya dan langsung duduk di dekatku. Saat itu aku masih merasakan tagan Karin yang hangat menepuk pipiku beberapa kali agar aku siuman, namun aku nggak punya daya untuk bangun. Aku hanya dapat mendengar teman-temanku berteriak dan berbicara dengan lembut di telingaku agar aku sadar saat itu. Aku juga merasakan ada seseorang yang mengangkatku dan beberapa menit kemudian aku tak merasakan apapun.     

Suara ataupun sentuhan tangan teman-temanku tak dapat aku rasakan, seakan seluruh tubuhku mati rasa. Aku hanya merasa mataku sudah terbuka, tetapi hanya gelap yang aku lihat. Kegelapan yang sangat pekat mengelilingiku sehingga membuatku terasa sesak. Aku mencoba untuk membuka dan menutup mataku beberapa kali namun hanya kegelapan yang hanya dapat kulihat, hingga tiba-tiba aku dapat mendengar suara laki-laki dari kejauhan yang terdengar sangat samar. Beberapa kali suara itu terdengar tetapi aku tak dapat memahami apa yang ia ucapkan. Aku mencari sumber suara tersebut, tetapi aku tak menemukan apapun di sekitarku. Semakin kencang suara yang aku dengar, tetapi semakin tak jelas yang ku dengar. Seperti suara radio rusak dan juga seperti suara telepon yang mengalami gangguan. Beberapa kali suara itu hilang dan muncul membuatku semakin kebingungan.     

Setelah beberapa kali suara itu terdengar olehku, di waktu yang sama aku tak mendengar suara apapun. Hanya keheningan yang aku rasakan. Benar-benar hening dan membuatku semakin tertekan. Lalu tiba-tiba saja suaraku dapat terdengar oleh diriku sendiri dan beberapa kali aku memanggil sumber suara yang tadi aku dengar, tetapi tak ada suara yang membalas ucapanku.     

Aku terdiam dan hanya pasrah dengan kondisiku saat itu, tiba-tiba terdengar suara kak Andrew memanggilku dengan lembut namun terdengar kencang di telingaku.     

"Ndra. Dyandra. Ayo kembali. Ayo bangun." Ucap kak Andrew. Namun saat aku mendengar itu aku masih bingung aku harus kembali ke mana dan bagaimana aku bangun? Sedangkan mataku untuk terbuka aja masih terasa sangat berat.     

"Ndraaa.. Andraaa... Ayo pulang!!! Ayo sadar Ndra!!" Terdengar suara kak Andrew sekali lagi memanggilku untuk kembali dan suara itu terngiang-ngiang di telingaku beberapa kali hingga aku sendiri tak sadar sudah berapa kali aku mendengarnya.     

Dan untuk yang terakhir kalinya setelah aku menddengar suara kak Andrew memanggilku untuk sadar dan pulang, aku melihat sosok kak Andrew di hadapanku di tengah-tengah kegelapan yang aku lihat saat itu. Tanpa banyak bicara seperti sebelumnya, kak Andrew langsung mengulurkan tangannya untuk kupegang. Akupun tanpa ragu-ragu langsung memegang uluran tangan kak Andrew sampai akhirnya aku melihat seberkas cahaya yang sanggat menyilaukan mataku hingga aku tak dapat melihat langsung ke arah cahaya itu datang.     

Di saat yang bersamaan, aku mulai dapat merasakan kehangatan di tubuhku maupun mendengar suara teman-temanku yang khawatir akan kondisiku saat itu. Terutama aku dapat mendengar suara hembusan nafas dari hidungku. Perlahan aku mulai menggerakkan tangannku dan juga mataku perlahan dapat ku buka.     

"Ndra! Andra!" Teriak Karin dan Bella yangg berdiri di sampingku dengan wajah yang gelisah.     

Tercium aroma minyak kayu putih dan balsem bersamaan saat aku membuka mataku. Terasa hangat di hidungku dan juga terasa sedikit panas di dada yang membuatku semakin siuman.     

"Ndra, kamu bisa dengar suara Karin kan?" Terdengar pula suara kak Andrew dengan lembut di sisi kananku.     

Teman-temanku yang masih menemaniku sampai aku siuman terus mencoba membuatku terbangun hingga akhirnya aku bisa membuka mataku dengan lebar. Terlihat langit-langit yang putih dan tinggi, serta lampu yang memancarkan sianrnya yang cukup terang sehingga membuat mataku silau. Dengan perlahan aku mengangkat tubuhku dan langsung di bantu Karin yang berada di sampingku.     

"Pelan-pelan Ndra." Ucapnya dengan lembut sampai aku benar-benar dapat duduk di atas tempat tidur yang lembut.     

"Ugh! Aku dimana ini?" Ucapku dengan lirih.     

"Ini di kamarnya pak Lukas Ndra. Kamu tadi pingsan dan akhirnya kami langsung meminta bantuan pak Lukas yang tinggal di mess guru. Untung saja saat itu pak Lukas ada di mess-messan." Terang Karin sambil mengambilkanku segelas air teh hangat yang sudah tersedia di atas meja sebelah kiriku.     

"Ini minum teh dulu deh Ndra. Kamu rasanya kecapean sampai-sampai kamu pingsan di tengah halam sekolah tadi." Ucap Karin sambil menyodorkanku teh hangat.     

[Gluk-gluk-gluk]     

Perlahan seluruh tubuhku mulai terasa lebih hangat dari pada sebelumnya, dan kesadaranku perlahan juga mulai pulih. Serta tenagaku seakan sedang diisi kembali meskipun belum penuh sepenuhnya. Namun apa yang baru saja aku alami aku masih bingung dan nggak bisa aku cerna sendiri. Aku terdiam sambil mengingat apa yang telah terjadi padaku beberapa saat lalu dan aku langsung tersadar pukul berapa saat ini.     

"Eh, ini sudah jam berapa ya?" Tanyaku tiba-tiba.     

"Ini sudah jam delapan Ndra." Jawab Karin yang melihat ke arah jam tangannya.     

"Mampus! Aku harus pulang sekarang!" Ucapku yang terkejut mendengar jawaban Karin dan dengan sepontan aku langsung bangkit dari tempat tidur itu dan berusaha untuk berdiri.     

"Eh! Kamu mau kemana?!" Teriak Bella sambil memegangi tangan kananku.     

"Aku mau pulang! Mama papaku pasti cari'in aku. Apalagi aku nggak bilang kalau kerja proyek madingnya sampai jam segini!" Ucapku sambil memaksa hendak keluar dan mengambil barang-barangku yang masih ketinggalan di kelas.     

"Kamu itu abis pingsan! Kok masih sempat-sempatnya langsung berdiri dan mau lari pulang itu lho! Kalau kamu ada apa-apa lagi sama kamu gimana? Sudah duduk dulu!" Ujar Bella yang menarik tanganku untuk duduk kembali ke atas tempat tidur.     

"Nggak bisa! Lagian aku juga belum ambil barang-barangku di atas sana tadi."     

"Heh! Ndra! Lu itu abis pingsan!! Jadi lu diem aja di sini dulu sampai nyawalu ke kumpul!! Masalah barang-barang dan tas lu sudah di ambilin sama kak Andrew tadi!! Nih tas lu!! Jadi jangan bingung dengan tas dan segala macem! Nanti lu di anterin gue pulang! Sudah nggak usah khawatir!!" Tukas Bella dengan tegas padaku dan aku hanya terdiam mendengarkan omelan Bella yang tanpa henti dan terus memintaku untuk duduk lebih lama di atas tempat tidur pak Lukas malam itu. Akhirnya aku mengikuti apa yang di ucapkan Bella sambil menghabiskan teh hangat yang sudah di siapkan serta memakan makan malam yang tadi di belikan oleh Karin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.