The Eyes are Opened

Beauty Girl in Red (Part 02)



Beauty Girl in Red (Part 02)

0Sebulan telah berlalu, Masa Orientasi Siswa pun juga telah berakhir ditutup dengan adanya Panggung Pentas Seni dari kakak-kakak senior serta beberapa tampilan dari angkatanku. Suasana di kampus sangat riuh dan ramai. Dentuman musik terdengar hingga ke fakultas yang paling ujung, yakni fakultas farmasi dan fakultas hukum. Suara dari microfon panggungpun juga dapat terdengar sampai di daerah kosanku. Saat itu acara penutupan MOS diadakan pukul enam malam dan berakhir pukul sembilan. Namun itupun tergantung dari pihat panitia aara dan panitia MOS tiap regu, karena setiap kami masuk ke kampus dan pulang, selalu di adakan absensi tiap anak dan itu yang membuat lama jika kami hendak pulang.     

Saat itu masih pukul dua siang, aku bersama teman baruku bernama Cherryl berjalan menuju ke kantin untuk membeli makan. Namun siang itu terlihat di kantin snagat penuh dan sesak. Sampai nggak ada tempat untuk kami duduk.     

"Ndra, kantinya penuh nih... Mau makan di mana? Gazebo? Apa selasar dosen?" Tanya Cherryl.     

"Boleh lah makan di gazebo aja. Kita beli dulu aja kalau gitu Cher." Jawabku sambil langsung mengambil antrian di depan stand kantin sedangkan Cherryl berjalan mendekati stand makanan jepang.     

Setelah selesai membeli makanan, kondisi di kantin masih saja ramai dengan orang-orang yang masih duduk dan makan di tempat. Sehingga aku dan temanku memutuskan untuk tetap makan di gazebo siang itu. Ketika aku berjalan dari kantin ekonomi menuju gazebo, tanpa sengaja aku melihat perempuan baju merah itu berjalan di depan selasar Tekhnik. Akupun langsung berhenti dan memperhatikan perempuan itu yang terus berjalan menuju kelas paling ujung. Namun Cherryl langsung membuatku terkejut saat aku sedang melihat perempuan baju merah itu.     

"Ndra!" Teriak Cherryl.     

"Ah! Iya, apa Ryl?" Tanyaku dengan ekspresi kebingungan.     

"Kamu itu ngapain? Kok malah diam aja di situ? Lihatin apa sih Ndra?" Tanya Cherryl sambil penasaran dengan apa yang baru saja kulihat.     

"Ah, nggak apa kok. Aku tadi cuman lihat ada orang jalan di sana. Aku kira aku kenalnorang itu, soalnya mirip banget. Ternyata bukan kok Ryl. Hehehehe... Ya udah yuk jalan." Ucapku sambilmenarik lengan Cherryl.     

"Aku kira kamu abis lihat apa'an. Wajahmu kaya abis lihat hantu soalnya."     

"Hahahahaha... Mana ada hantu siang bolong giniii... Hahahaha... Ada-adaaja deh kamu ini Cher... Hahahaha... Udah yuk makan dulu." Ucapku sambil duduk di bangku gazebo yang sedang kosong.     

Akhirnya kami dapat menikmati makan siang kami bersama sambil melihat beberapa anak fakultasku sedang melakukan gladi bersih di lapangan Fakultas Ekonomi.     

"Wiihhh... keren ya mereka ngedance ya." Ucapku saat melihat sekumpulan anak cewek yang sedang latihan.     

"Iya Ndra... Mereka lulusan sekolah Santa Laurence. Mereka memang terkenal banget sama group dancenya, dan yang aku tahu cewek yang jadi leadernya itu yang populer di kalangan anak SMA di Surabaya. Sudah nggak kaget kalau mereka tampil. Sering menang lomba dance juga mereka..." Terang Cherryl.     

"Ahhh... pantesan, tiap tariannya nggak main-main. Kelihatan beda gitu sama anak dance amatiran sama yang pro."     

"Hahahahaha... Ya nggak gitu juga Ndraaa... konsepnya... Ow ya Ndra, ini kan setelah ini nggak ada kelas lagi, dan boleh pulang, kamu pulang ke kosmu?"     

"Iya lah... Seenggaknya aku mandi-mandi dulu sebelum malam balik sini lagi... Kalau kamu Ryl?"     

"Nah... ituuu... Aku maunya sih balik pulang, tapi males Ndra... Kalau aku pulang itu waktunya habis di jalan."     

"Emang rumahmu jauh banget ta dari kampus?"     

"Kalau di bilang jauh banget sih nggak juga ya... Cuman, jam-jam segini sama jam nanti aku balik itu jam-jamnya jalanan macet, makanya aku males pulang."     

"Mau istirahat di kosku ta Ryl? Kan enak, dari pada jauh-jauh harus pulang? Tapi aku jalan kaki lho ke kosan..."     

"Mau Ndra. Dari pada aku tunggu di kampus juga ngantuk nih. Hehehehe... Aku kebetulan bawabaju ganti juga kok. Kalau gitu nanti aku ke kosanmu ya Ndra... Nanti naikmotorku aja... Aku ke kampus bawa motor kok." Jelas Cherryl sambil tersenyum ke arahku.     

"Oke deeehh... Hehehehe..."     

Selesai membersihan sisa makan siang kami, akupun langsung mengikuti Cherryl menuju tempat parkir sepeda motor mahasiswa yang berada 500 KM dari gedung kampusku, namun karena jaraknya lumayan jauh kalau di tempuh jalan kaki, Cherryl mengajakku untuk menggunakan bis kampus menuju ke tempat parkir. Tak butuh waktu lama untuk kami menunggu bis kampus tiba di halte, kami baru saja tiba dan bis tersebut juga tiba. Kami pun langsung berlarian menghampiri bis tersebut dan langsung naik ke dalamnya. Lima menit perjalanan telah berlalu, kami akhirnya tiba di tempat parkir dan Cherryl langsung berjalan mendahuluiku sambil mencari sepeda motornya yang terparkir di antara sepeda motor mahasiswa yang lainnya.     

"Eh, Cher, kok kamu parkir di sini sih? Kan jauh banget dari gerbang kampus, lagi pula perjalanan dari tempat parkir ke kampus juga lumayan lama lho. Bisa 5-10 menit baru nyampe ke kampus. Kan di depan kampus ada banyak tukang parkir di sana..." Tanyaku penasaran pada Cherryl.     

"Iya emang di depan sana tempat parkir sepeda motor Ndra, tapi kalau parkir di sana itu bayar Rp 2000, -. Kan lumayan Ndra kalau seminggu sudah berapa tuh."     

"Iya juga sih... Tapi dari pada jauh-jauh kann..."     

"Nggak apa lah di sini aja parkirnya, lagi pula ini sudah gratis, lebih aman juga." Ucapnya sambil menjalankan sepeda motornya keluar dari tempat parkir dan langsung menuju ke kosanku.     

Saat perjalanan menuju ke tempat kos ku, aku melihat Karin berjalan bersama Zara dan bersama-sama dengan anak MOS lainnya hendak masuk ke dalam supermarket. Spontan saja aku langsung memanggil keduanya di tengah jalan.     

"Karin! Zara!" Teriakku. Mendengaraku memanggil mereka berdua, Karin dan Zara langsung menengok ke arah sumber suaraku. Cherryl pun langsung menghampiri mereka di pinggir jalan.     

"Ndra!! Kamu mau kemana?" Tanya Karin saat aku mendekati mereka.     

"Aku mau ke kosan sama Cheryl. Kamu mau kemana Rin?"     

"Kita mau ke supermarket, terus mau ke kosannya Zara."     

"Kos mu dimana Ra?" Tanyaku.     

"Itu di blok B-9."     

"Lho? Deket kosku lak an? Aku di blok B-11."     

"Iya ta? Kamu kena berapa di sana Ndra?" Tanya Zara.     

"Aku kena lima ratus ribu di sana Ra, tapi nggak ada fan sama Ac. Aku Fan bawa sendiri." Terangku.     

"Ohh... maka e kok murah. Aku di B-9 kena tujuh ratus ribu, tapi sudah AC." Jawabnya.     

"Ya sama se di kos ku ya ada kamar yang segitu kalau pakai AC. Kalau kamu dimana Rin kos e?"     

"Aku di Selatan blok CC-10 Ndra. Tapi ini aku mau cari kos yang lebih deket. Jauh banget soal e kalau jalan kaki. Di kosmu masih ada yang kosong nggak?"     

"Ada sih. Tapi nggak pakai AC lho Rin... Di kosnya Zara emang nggak ada yang kosong?"     

"Kosanku sudah penuh Ndra. Kamar e cuman sedikit. Empat belas kamar tok."     

"Ya udah kalau gitu nanti aku mampir ke kosanmu ya Ndra. Nanti tak telepon kalau aku ke sana." Ucap Karin sambil tersenyum kepadaku.     

"Oke. Ya udah kalau gitu aku balik dulu ya... Byeee..." Ucapku langsung meninggalkan mereka.     

Sesampainya di depan kosanku, aku an Cherrylpun langsung masuk ke dalam rumah bertepatan Mbak Sum sedan duduk di depan rumah sambil bercengkrama dengan pemantu kos yang lainnya.     

"Siang mbakk..." Sapa ku dan Cherryl saat memasuki kosan.     

"Iya Nik!" Jawab mbak Sum sambil tersenyum kepada kami.     

"Luamyan ya kosanmu Ndra. Bersih. Besar ya'an. Kamar e ada berapa di sini Ndra?"     

"Uhmm.. Aku nggak ngitungi se Cher, cuman kalau di lihat se bisa 20-an kamar dari lantaisatu sampai lantai 3."     

"Hah? Lantai 3? Yo besar ya... Nggak kelihatan lho dari depan itu kalau rumah e lantai 3."     

"Iya to. Ayo masuk Cher." Ajakku saat baru saja membuka pintu kamar.     

Cherryl merasa nyaman saat di kamar kosku siang itu, karena kamarku yang tepat di paling belakang dan dekat dengan tempat jemur baju pun terasa dingin meskipun hanya kipas angin yang aku gunakan.     

"Uenak yo Ndraaa... kamarmu lho dingin. Padahal nggak pake AC, terus kamar e termasuk besar se ini. Lha terusyang kamu bilang tadi kamar yang masih kosong itu ndek mana Ndra?"     

"Itu kamar yang sebelah e kamar mandi. Itu kamar e masih kosong. Harga e ya sama." Jawabku sambil tiduran di tempat tidur bersama Cherryl.     

"Sori ya Cher kalau kasur e agak kecil. Kamu nggak sesak to?"     

"Nggak lah. Ndra, aku tak tidur dulu ya. Nguantuk lama-lama di kamarmu ini. Uenak soal e. Nanti bangunin aku jam lima yo Ndra."     

"Iya. Aku ya mau tidur kok ini Cher. Sek, tak pasang alarm dulu." Ucapku sambil memasang alarm jam setengah lima sore. Akhirnya siang itu kami tertidur dengan sangat pulas sampai jam alarmku berbunyi sebanyak tiga kali dan bertepatan mbak Sum memanggil namaku berkali-kali sambil mengetuk pintu kamarku.     

"Ndraaa!!! Dyandra!!! [Tok! Tok! Tok! Tok!] Ada temanmu!!! [Tok! Tok! Tok! Tok!] Ndraaa!!!" Teriak mbak Sum.     

"Iyaaa mbakkk!!! Bentar!!! Cher-cher bangun Cher!" Ucapku sambilmenggoyang-goyangkan tubuh Cherryl yang masih tertidur lelap sampai akhirnya ia terbangun.     

"Kenapa mbak?" Tanyaku saat membuka pintu kamar.     

"Owala kamu tidur ta ini? Maaf lho nik. Itu lho di depan ada temanmu."     

"Oh iya. Makasi mbak." Jawabku langsung mengambil kunci gerbang dan berlari ke depan.     

Terlihat Karin, Zara dan kedua temannya sedang berdiri di depan pintu gerbang kosanku. Akupun langsung membukakan pintu untuk mereka.     

"Ndra." Ucap Karin saat melihatku membukakan pintu.     

"Ayo masuk." Jawabku mempersilahkan masuk teman-temanku sore itu.     

"Kamu lagi tidur ta Ndra? Sori lho ya kalau sampai ngganggu. Tadi Karin ya nggak telepon kamu juga pas mau ke sini, katanya langsung aja." Ujar Zara yang masuk ke kosan berjalan di depan bersamaku.     

"Iya tadi masih tidur aku sama Cherryl. Hahahaha... Iya nggak apa kok. Untung e ada mbak kos ku yang banguni tadi. Hehehehehe..."     

"Wuihh... gede yo Ndra kamarmu. Ini sendirian ta kamu sekamar?" Tanya Zara lagi.     

"Iya Ra." Jawabku singkat.     

Di saat teman-temanku berkunjung ke kosanku, Karin tanpa basa basi langsung meminta bantuanku untuk berbicara ke mbak Sum, akupun langsung mengantarkannya ke mbak Sum yang masih berada di beranda kosan dan langsung di perlihatkan kamar yang masih kosong ke Karin. Setelah melihat kamar yang kosong tersebut, Karin pun akhirnya menyetujui untuk tinggal di kosan ini. Dan ia berencana untuk minggu ini mulai di tempati selagi barang-barangnya di pindah ke sini. Sebenarnya aku sangat senang ada teman yang aku kenal di kosan ini, dari pada biasanya hanya aku sendiri dan nggak punya teman. Apalagi kebanyakan anak-anak di kos lantai satu ini sudah bekerja semua, sehingga akupun jarang buat ketemu mereka. Bertemu saja nggak pernah. Aku saat itu hanya berharap hubunganku dengan Karin bisa terjalin lagi dengan baik.     

Tak terasa waktu berjalan dengan cepat dan sudah menunjukkan pukul lima sore. Aku dan Cherryl langsung bergegas untuk mandi terlebih dahulu. Aku membiarkan Cherryl mandi di kamar mandi di depan kamarku, sedangkan aku mandi di kamar mandi yang ada di belakang. Setelah aku selesai mandi, begitu juga dengan Cherryl. Aku bersama dengan teman-teman yang lainnya pun langsung bergegas menuju ke kampus dengan jalan kaki bersama.     

"Ndra, aku titip motorku di sini aja ya? Boleh nggak? Soalnya kalian pada jalan kaki... Masa iya aku naik motor sendiri..."Bisik Cherryl.     

"Iya nggak apa kok Cher, tapi itu motormu nggak kamu kunci setir kan? Takutnya nanti ada cece kos yang baru pulang kerja e malam masuk bawa kendaraan. Jadi waktu di pindah mereka nggak ke susahan." Ucapku.     

"Iya nggak kok. Nggak aku kunci setir." Jawabnya.     

"Ya udah. Yuk berangakat yuk." Ujar Vania teman baru Karin.     

Setibanya di kampus, sudah terlihat banyak mahasiswa yang lainnya yang baru juga datang dan langsung di hadang oleh kakak-kakak panitia untuk melakukan absensi. Termasuk aku yang juga berdiri di belakang salah satu anak laki-laki yang memiliki tubuh yang sangat tinggi untuk melakukan absensi sesuai dengan regu masing-masing. Suasana sangat ramai saat aku masuk ke halaman utama kampusku, terlihat beberapa anak yang lainnya sedang berkumpul dan mereka melakukan foto bersama dengan ketua panitia regu masing-masing. Ada juga yang sedang mempersiapkan panggung untuk acara nanti malam, dan ada juga yang sedang membagikan air mineral pada tiap regu. Semua orang tampak sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Hanya aku dan Cherryl yang satu regu dan tak melakukan apapun. Karena di regu kita hanya menampilkan band dengan penyanyi dan pemain musik yang sudah di siapkan sejak tiga minggu lalu setelah perkenalan MOS. Di sela-sela aku dan Cherryl duduk sambil menikmati indahnya matahari terbenam, tiba-tiba Cherryl menanyakan hubunganku dengan Karin. Akupun sebenarnya terkejut saat ia menanyakan hal tersebut, namun ternyata Cherryl tahu jika hubunganku dengan Karin tak berjalan dengan baik.     

"Sudah lama ta kalian itu nggak seakrab itu? Kok aku lihatnya dari kamu agak kaku, tapi de'e kaya nggak ada apa-apa gitu sikapnya ke kamu?"     

"Yaaa... begitulah. Kalau sudah lamanya ya... menurutku lama sih... Sudah sejak aku SMA. Tapi aku juga nggak tahu pasti alasan tuh anak menghindariku sejak SMA. Yang aku tahu itu tuh anak ada rasa iri sama aku. Jadi, kaya de'e tuh pengen kaya aku dan kalau bisa lebih dari aku gitu lho."     

"Lha kok gitu sih Ndra? Terus kamu yakin mau satu kos sama de'e?"     

"Ya mau gimana lagi. Lagian aku di sana nggak ada teman yang aku kenal. Jadi ya sudah lahh... Seenggaknya ada yang aku kenal aja cukup. Semoga nggak ada masalah lagi aku sama anak itu." Ucapku langsung terhenti seketika saat melihat Karin berjalan dengan beberapa teman regunya melewati reguku.     

Langit semakin berubah menjadi sangat gelap, aku melihat ke arah jam tanganku terlihat jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Acara demi acara telah di mulai, dan kami sangat menikmatinya. Hingga akhirnya tiba di acara pentas seni dari kakak-kakak senior tampil ke atas panggung dan penutupan MOS pun berlangsung sangat meriah hingga dentuman speaker panggung terdengar sangat kencang di telingaku.     

"Wuih! Sudah jam setengah sembilan aja nih. Gak kerasa sudah tambah malam. Aduh! Mana kebelet pipis lagi. herryl mau nggak ya nemenin?" Gumamku.     

"Cher, kamu mau ke toilet nggak? Aku kebelet pipis nih!" Ucapku tepat di telingaCherryl.     

"Yuklah. Aku juga mau ke toilet." Jawabnya langsung menggandengku keluar dari barisan dan langsung meminta ijin ke kakak panitia regu untuk ke toilet.     

Kami berdua berjalan melewati lorong tanaman menuju ke arah fakultas ekonomi yang paling dekat dengan lapangan utama. Di sepanjang jalan terlihat sangat gelap, hanya lampu-lampu taman yang menerami jalan setapak kami dengan samar-samar. Saat kami sedang di tengah-tengah jalan, sesekali aku mendengar suara tawa perempuan dari kejauhan dan seketika bulu kuduku langsung berdiri. Aku menggandeng lengan Cherryl dengan sangat erat agar aku tak tertinggal olehnya.     

"Kamu kenapa Ndra? Kok nggandeng aku kaya gitu?"     

"Nggak apa kok Cher. Hehehehe... Takut kamu ninggalin aku aja." Ucapku.     

["Hi-Hi-Hi-Hi-Hi-Hi!!"]     

"Eh, Cher, kamu dengar ada orang ketawa nggak?"     

"Hah? Mana? Nggak tuh. Perasaanmu aja kaliii... Mungkin suara anak-anak dari lapangan.     

"Iiihh.... Mana ada... Orang ini sudah sepi gini kok. Nggak ada suara orang lagi. Iya kalau suara dari panggung masih kedengaran." Jawabku.     

Perasaanku semakin tak nyaman, aku langsung mengajak Cherryl berjalan lebih cepat menuju ke toilet sebelum ada hal yang nggak aku inginkan terjadi di hadapanku.     

"Itu toiletnya Ndra. Lagi rame tuh. Yuk lah cepetan sebelum tambah rame." Ajak Cherryl.     

Memang sih saat aku tiba di depan toilet gedung ekonomi terlihat sangat banyak anak yang sedang mengantri untuk menggunakan toilet. Awalnya sih aku sedikit tenang melihat kondisi tersebut, seenggaknya masih banyak orang yang ada di sana. Saat mengantri aku melihat ke sekelilingku dan aku nggak melihat satu orang lagi yang ketoilet. Hanya aku dan Cherryl orang yang paling akhir di sana. Perasaanku sudah mulai gelisah lagi di tambah sesekali aku merasakan energi panas yang beberapa kali melewati di sekitarku sehingga membuatku merinding dan bulu kuduku berdiri nggak karuan. Seakan ada sosok makhluk lain yang sedang ada di sana selain aku.     

"Cher, ayo Cher, cepetan kalau pipis, terus kita balik." Ucapku saat tinggal tiga orang lagi yang masih mengantri di depan toilet.     

"Kenapa Ndra? Kamu sudah kebelet banget ta?" Tanya Cherryl.     

"Iya nih." Jawabku.     

"Uhmmm... mau ke toilet sana aja ta? Tuh sepi tuh." Jawab Cherryl sambil menunjuk ke arah toilet gedung Tehnik.     

"Uhmmm... ya udah deh. Tapi cepetan ya. Kita lari kesananya." Ucapku sambil menarik lengan Cherryl melewati selasar dosen yang hanya di terangi beberapa lampu yang redup.     

("Wadduuuhhh!! Tambah salah nih aku pipis ke sini. Ini malah mana banyak banget yang sedang ngelihat ke sini! Mesio aku nggak bisa lihat wujud 'mereka' tapi hawa 'mereka' kerasa boookkk... Semoga aja nggak ketemu sama yang baju merah itu.") Gumamku dalam hati sambil terus memegang lengan Cherryl dan berlari hingga di depan toilet gedung Tehnik.     

Sesampainya toilet gedung Tehnik sudha nggak ada orang sama sekali di mana-mana. Aku melihat ke toilet gedung Ekonomi juga mereka sudah kembali ke lapangan. Akupun langsung cepat-cepat masuk ke toilet dan dengan cepat juga menyelesaikan buang air kecilku. Namun di saat aku sedang menyiramsetelah buang air kecil, aku mendengar ada orang yang baru saja masuk ke dalam bilik toilet tepat di sebelahku.     

[Brak! Ceklek!]     

"Siapa tuh yang masuk ke bilik sebelah pake banting pintu segala?" Gumamku lirih, dan aku langsung cepat-cepat keluar dari bilik toilet.     

"Cheerrr... Kamu sudah selesai belumm!!" Teriakku di depan wastafel.     

"Iya Ndra. Ini udah selesai kok." Jawab Cherryl.     

Saat Cherryl belum keluar toilet. Akupun iseng mengintip ke bilik sebelah toilet yang tadi aku gunakan untuk memastikan jika memang benar ada orang yang baru saja masuk ke dalam sana. Aku berjalan mengendap-endap dengan sangat pelan dan hampir tak mendengar suara langkah kakiku sendiri untuk melihat ke bilik nomor tiga.     

("Lho?? Lho?? Kok kebuka sih pintunya??") Gumamku dalam hati.     

Aku memberanikan diri untuk melihat ke dalamnya dan tak melihat siapapun di sana. Lalu aku memutuskan untuk melihat ke bilik nomor empat, karena aku pikir orang tadi masuk ke dalam bilik nomor empat. Dan betapa mengejutkannya diriku saat melihat di bilik nomor empatpun tidak ada siapa-siapa di dalam sana. Bahkan pintunya terbuka lebar dan tidak tertutup sama sekali. Akupun kebingungan melihat apa yang ada di depan mataku sendiri dengan apa yang aku dengar barusan sebelum aku keluar dari toilet. Aku berjalan mundur dengan perlahan untuk memastikan lagi bilik nomor tiga dan benar-benar nggak ada orang di dalam sana.     

"Ndra!" Tepuk Cherryl di pundakku setelah ia selesai buang air kecil.     

"AH!!" Teriakku terkejut sambil melihat kebelakang.     

"Kamu ini lagi ngapain see... Kok aneh-aneh gitu. Pake sembunyi-sembunyi terus ngintip-ngintip tiap bilik! Ayo cepetan balik ke lapangan!" Ujar Cherryl yang langsung menarik tanganku keluar toilet.     

Sampai saat itu aku masih kebingungan dan dengan bulu kuduku terus berdiri dan sesekali aku merasakan hawa panas di kanan dan kiriku. Ketika aku membalikkan badan untuk melihat terkahir kalinya, aku sontak terkejut dan hampir terjatuh saat melihat sosok perempuan berbaju merah itu duduk di atas tembok bilik toilet sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan terlihat sambil menunduk.     

"Eh! Kamu nggak apa ta Ndra?" Tanya Cherryl yang langsung menopangku saat aku hampir terjatuh.     

"Iya nggak apa. Aku kesandung rasa e. Thank you ya." Ucapku sambil terus berjalan ke arah lapangan.     

"Yakin kamu nggak apa? Kalau kamu kecapean mending kita ijin pulang aja ke kakak panitianya. Tanganmu sampai dingin lho! Mukamu juga kelihatan pucat." Ucap Cherryl saat kami berhenti di depan ruang tata usaha yang memiliki lampu paling terang digedung ekonomi.     

"Iya aku nggak apa kok. Nggak usah ijin pulang awallah... Bentar lagi juga mau selesai kan? Tuh kedengaran sudah pementasan terakhir." Ucapku meyakinkan Cherryl jika aku baik-baik saja.     

"Ya udah kalau kamu nggak masalah. Yuk jalan lagi." Ucapnya.     

("Duuhh... Aku ini kenapa sih? Kok lagi sensitif gini? Oh iya! Aku hari ini tepat lagi haid!") Gumamku dalam hati yang membuat diriku sadar jika banyak makhluk halus yang semakin aku rasakan belakangan ini sejak aku haid. Apalagi ini termasuk haid hari pertamaku.     

Dan apesnya aku, di saat aku hendak masuk ke lorong taman jalan satu-satunya menuju ke lapangan utama, aku di kejutkan lagi saat melihat kain putih besar, dan berbentuk kotak melayang-layang di atas dahan pohon beringin di sekitaran taman. Keringat dinginku terus bercucuran, bulu kuduku terus berdiri, tanganku semakin dingin, dan aku terus mengucapkan kata-kata doa dalam hatiku dan terus meminta ijin kepada 'mereka' dalam hati.     

("Permisiii... Saya nggak ingin mengganggu, jadi tolong jangan ganggu saya... Saya dan teman saya cuman ingin numpang lewat saja...") Ucapku dalam hati dan aku lakukan sepanjang jalan menuju lapangan utama.     

Namun makhluk itu terus saja mengikutiku sampai ke ujung lorong taman, aku melihat kebelakang 'ia' tak berani melewati taman itu, karena ia takut dengan sinar lampu panggung yang sangat terang. Akupun langsung berlari menuju ke barisan reguku sebelum 'ia' terus mengikutiku dan tepat di saat aku tiba ke dalam barisanku, kakak panitia regu sedang mengabsen kami satu persatu dan benar saja, sepuluh menit kemudian kami akhirnya diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.