The Eyes are Opened

Beauty Girl in Red



Beauty Girl in Red

1Seminggu telah berlalu. Tak terasa aku sudah harus menyiapkan keperluan untuk kuliah. Beberapa barang-barangku yang akan aku bawa ke kosan sudah aku packing ke dalam kontainer box dan hanya baju-baju yang aku masukkan ke dalam tas travelbag dan koper. Hari itu tepat hari sabtu, papa dan mama akan mengantarku ke kosan yang ada di kota Surabaya. Sejak pagi buta mama sudah bangun dan memasak banyak sekali menu masakan kesukaanku. Sedangkan papa sudah mencuci mobil agar terlihat bersih sembari memeriksa kondisi kendaraan sebelum pergi jauh.     

{Pip-pip-pip-pip-pip-pip]     

Terdengar alarm jamku berbunyi, akupun langsung mematikan alarm tersebut dan melihat sudah jam enam pagi. Aku langsung bangun dari tidurku dan melakukan doa pagi sebelum aktivitas hari ini kulakukan. Setelah lima belas menit aku selesai berdoa, dan aku merasa masih mengantuk,akhirnya aku memutuskan untuk merebahkan tubuhku sejenak sambil menikmati dinginnya hawa pagi dari balik selimutku. Hari itu rasanya enggan banget untuk keluar kamar ataupun bangun dari tempat tidurku. Ingin rasanya bisa rebahan sepanjang hari dan nggak ingin meninggalkan kamar kesayanganku yang sudah menemaniku 19 tahun lamanya, sejak aku kecil sampai sekarang. Tanpa terasa aku tertidur lagi sampai di bangunin sama mama saat jarum jam di dinding kamar sudah menunjukkan angka pukul tujuh pagi. Lampu di kamar yang tadinya masih mati, tanpa basa basi dan mengomel panjang, mama langsung menyalakan lampu kamarku dan membuatku terkejut serta merasa silau.     

"Ayo ndang bangun. Kamu jadi ngurus kosanmu nggak? Kalau nggak ya nggak apa,uangnya bisa di pakai mama buat belanja,kan lumayan." Ucap mama sambil membuka selimutku sedangkan aku bersembunyi di balik selimut karena silaunya lampu di kamar.     

"Iyaaa... ini jugamau bangun. Mati'in napa ma...Silau nihhh..."Rengekku.     

"Udah, nggak usah kaya gitu. Cepetan bangun lalu mandi-mandi. Papamu sudah siap lho dari pagi tadi. Barang-barangmu sudah cuman itu aja yang mau di bawa ke kos? Nggak ada lagi? Komik sama novelmu nggak kamu bawa?"     

"Iyaa... Sudah itu aja kok. Komik sama novel nggak Andra bawa, sudah Andra baca semua. Yang belum selesai baca udah Andra masukin ke dalam tas Andra kok."     

"Di sana nggak usah beli komik atau novelbaru lagi Ndra. Sudah nggak ada tempat lho di rumah ini kalau kamu beli terus. Cari tempat penyewaan aja biar kosmu juga nggak penuh dengan komik atau novel. Mama juga sudah bawain kamu masakan banyak. Ayo cepat turun Ndra." Ucap mama sembari keluar dari kamarku.     

"Andra sudah bangun ma?" Tanya papa yang terdengar dari bawah tangga.     

"Iya tuh mau turun. Kamu sudah sarapan ta pa?"     

Akhirnya aku langsung bangun dan tak lupa merapikan kamarku sebelum aku bergegas untuk mandi dan makan.     

[Tririririring! Tririririring! Tririririring!]     

Mendengarponselku berbunyi, akupun langsung bergegas naik ke kamarku setelah selesai mandi dan melihat di layar ponselku Dito telah meneleponku tiga kali. Akupun langsung menghubunginya kembali sebelum Dito berpikir negative.     

[Trrrrrrrrr-Trrrrrrr-Trrrrrrrrr....]     

"Halloooo??" Ucapku pertama kali saat teleponku di terima oleh Dito.     

["Kamu habis dari mana? Kok aku telepon nggak kamu jawab?"] Tanyanya.     

"Aku tadi lagi mandi. Kenapa ko?"     

["Lha kok jam segini baru mandi? Katamu semalem hari ini berangkatnya jam tujuh, kok sudah setengah delapan belum berangkat?"]     

"Iya tadi aku baru bangun tidur aja jam tujuh. Ini baru juga selesai mandi. Makanya belum berangkat dari tadi."     

["Ohhh... Kirain tadi sudah berangkat tapi nggak bilang aku."]     

"Ya nggak lah... Kan aku sudah bilang ke kamu kalau ak berangkat pasti hubungi kamu. Nggak di telepon atau nek nggak ya aku SMS. Apa o se?"     

"Nggak apa. Cuman tanya aja, kamu sudah berangkat apa belum. Kalau belum ya nanti berangkatnya hati-hati. Gituuu..."     

"Ohhh... iya... makasi ya..." Jawabku singkat.     

["Ini kamu nanti di antar papamu ta nik? Terus sudah ada kos yang mau di tempati?"]     

"Iya lahh... Pasti di antar papa lah... Mau siapa lagi coba? Kalau kos se sudah di cariin sama kak DIta sih. Nanti mau lihat dulu kamarnya cocok nggaknya. Kamu lagi apa ko? Kok tumben pagi-pagi sudah bangun."     

["Lho aku ini selalu bangun pagi yaaa... Jangan menghina kamu niikkk... Hehehehe..."]     

"Halah! Gayamu! Ya sekarang aja baru bangun pagi, biasanya aja kamu baru bangun paling pagi jam sepuluh, kalau nggak jam sebelas kok. Bisa-bisae ngomong kaya gitu." Ucapku dengan nada sinis.     

["Hehehehehe... kok tahu se kamu ini nikk... Eh nik, kalau..."] Ucapan Dito tiba-tiba berhenti saat aku dengar papa memanggilku dari bawah.     

"Andraaaa!!!! Ayoo!!! Nanti kalau berangkatnya tambah siang bisa-bisa kena macet lho! Ini juga sudah di tungguin kakakmu di Surabaya!" Teriak papa dari bawah.     

"Eh, sudha dulu ya ko. Aku mau berangkat soal e. Nanti aku SMS aja ya... Bye ko..." Ucapku mengakhiri panggilan pagi itu dan langsung cepat-cepat mengambil beberapa barang yang aku bawa ke kos dan langsung turun ke bawah.     

Setelah satu jam perjalanan yang begitu panjang akhirnya aku tiba di kota Surabaya. Aku melihat dari dalam mobil di kanan kiriku berdiri banyak gedung-gedung tinggi. Hiruk pikuk di jalanan pun sangat padat dan terlihat di jalanan terik matahari yang sangat panas, bahkan terasa lebih panas dari pada di kotaku. Setelah tiga puluh menit melewati jalanan kota Surabaya yang siang itu sangat padat, akhirnya aku tiba di depan rumah kos yang rencana akan ku tempati selama kau kuliah empat tahun kedepan. Terlihat dari depan rumah kos yang akan ku tempati seperti rumah pada umunya, hanya rumah ini lebih bertingkat samapi tiga lantai. Dengan parkiran kendaraan yang cukup luas, serta terdapat ruang tamu bagi tamu-tamu anak kos yang tinggal di sini. Aku mulai masuk bersama papa dan mama di antar oleh penjaga kos putri ini. Namanya mbak Sum. Wanita paruh baya dengan tubuh yang tambun serta kulit sawo matang dan juga rambut ikal yang hanya di kuncir cepol merupakan seorang penjaga kos ini. Ia sudah menjadi kaki tangan dari pemilik kos yang tidak tinggal di sini, sehingga urusan penerimaan anak kos baru, serta pemberitahuan segala atusan yang ada di kos ini, mbak Sum yang menangani. Ia orang yang cukup cerewet namun terlihat dari sikapnya sangat perhatian pada anak-anak kos yang sudah lama tinggal di sini. Termasuk aku yang baru datang untuk melihat kamar yang akan aku tempati, beliau menanyakan kebutuhanku yang belum tersedia, sehingga mbak Sum dapat membantuku untuk mencarikannya. Mama papa terlihat sangat suka dengan kosan ini, apalagi dengan kinerja mbak Sum, sehingga aku memutuskan untuk tinggal di kos ini. Harga perkamarnya pun bervariasai, di lantai satu terdapat delapan kamar dengan harga Rp 500.000, - sampai dengan Rp 700.000, -, sedangkan di lantai dua terdapat 10 kamar dengan harga kamar sekitar Rp 600.000, - sampai dengan Rp 650.000, -, dan di lantai tiga terdapat lima kamar dengan harga Rp 750.000, -. Perbedaan harga tiap kamar tergantung dari ukuran kamar dan penggunaan AC. Ada kamar yang berukuran lebih besar, hanya untuk satu orang saja. Namun ada juga kamar yang ukurannya lebih besar namun bisa untuk di tempati dua orang. Saat aku berkunjung kamar yang tersisa hanya ada di lantai satu dan itu cuman untuk satu orang satu kasur. Akupun langsung melihat kamar yang masih kosong bersama mama dan papa.     

"Niikkk... ini kamar yang masih kosong. Semua kamarnya dekat sama kamar mandi. Noniknya suka yang mana?" Ucap mbak Sum saat memasuki lorong kecil sambil menunjukkan kedua kamar yang masih kosong kepadaku.     

Kamar yang kosong saat itu memang terletak di sebuah lorong kecil dekat pintu utama, dimana di sisi kiri lorong terdapat dua kamar yang berukuran besar yang sudah memiliki penghuni tiap-tiap kamar. Lalu di sisi kanan lorong terdapat satu kamar berukuran 3x3m, lalu di ikuti sebuah kamar mandi di sebelah kanannya dan di tengah-tengah lorong terdapat kamar yang berukuran cukup panjang dengan ukuran 3x5m. Saat aku melihat kamar ini, aku merasa tertarik. Dimana kamar nya yang terbilang cukup luas, meskipun bentuknya panjang.     

"Pa, aku mau di kamar ini saja." Bisikku pada papa yang saat itu sedang memeriksa perabotan kamar kos.     

"Yakin kamu? Ini kamarnya di ujung lorong lho Ndra... Nanti nggak ada cahaya masuk lagi... Mbak, nggak ada yang lain ya kamar yang kosong?" Tanya papa ke mbak Sum.     

"Iya e koh, tinggal ini aja yang kosong. Yang lainnya sudah barusan aja di tempati anak-anak baru juga. Kalau lantai tiga mau ta nik?"     

"Berapa mbak kalau lantai tiga harga kamarnya?"     

"Tujuh ratus lima puluh koh."     

"Lho kok lebih mahal mbak?"     

"Iya koh... Soalnya kamar di atas lebih besar 4x4m, lalu pakai AC semua."     

"Ya sudah di sini aja deh mbak. Anak saya maunya di sini. Ini prabotannya baru semua ta mbak? Terus sudah dapat apa aja?" Ucap papa lagi.     

"Iya koh. Ini baru semua kok. Dipan, lemari baju, meja belajar, kursinya barusan di ganti sama tacik kos e minggu lalu. Kalau di kos ini sudah dapat nasi, cuci baju, setrika, terus ini meja-kursi belajar, lemari baju, kasur bantal guling, keset, sama tempat sampah koh."     

"Lho kalau air minumnya gimana mbak biasanya?"     

"Kalau air minum biasanya anak-anak di sini se panggil orang, itu di meja depan itu banyak tempelan nomor telepon langganan air minum sampai cateringan. Biasanya gitu kalau anak-anak di sini koh. Jadi di titipin ke saya, nanti saya yang terima dan kasih uangnya ke orang galon." Tukas mbak Sum menjelaskan dengan jelas segala kebutuhan di kos ini.     

"Selain itu di kos ini ada peraturannya koh. Setiap anak kos nanti di berikan satu kunci gerbang, sama kunci pintu rumah sendiri-sendiri. Kalau nonik e bawa kendaraan, nanti di kasih kunci pintu garasi. Terus di sini jam malam e sampai jam 12 malam, tamu laki-laki atau perempuan boleh masuk ke kamar tapi nggak boleh menginap. Kalau sampai ada yang ketahuan saya menginap nanti kena denda permalamnya seratus ribu, belum biaya listrik dan air. Lalu kalau nonik e mau masak, tolong membawa bahan-bahan masak sendiri, seperti bumbu-bumbu sendiri dan di beri nama. Kalau di dapur itu ya ada bumbu-bumbu dapur tapi kebanyakan punyanya anak kos lama di sini. Peralatan makan lebih baik bawa sendiri saja. Terus, kalau mau simpan makanan atau minuman di kulkas juga di beri label nama tempat makannya biar nggak di ambil anak kos lain ataupun tertukar. Nah, selanjutnya kalau mau jemur pakaian dalam di belakang sini ada jemuran khusus untuk pakaian dalam. Ow ya, kalau bisa setiap pakaian di beri nama ya nik. Soalnya saya nggak ngingeti baju e tiap masing-masing anak. Baik itu baju rumah, baju pergi, dan pakaian dalam. Biar nggak ketukar. Di sini tuh sering banget baju yang ketukar ataupun hilang. Ya gara-gara itu. Sudah tak kasih tahu lho di kasih nama, yo nggak di kasih nama anak-anak itu. Terus pas mau pakai teriak-teriak cari saya buat tanyain bajunya dimana." Tukas mbak Sum panjang lebar sambil memperlihatkan seisi rumah kos yang akan aku tempati hari itu.     

"Ya udah kalau gitu mbak, saya ambil kamar yang di pojok ya. Saya juga taruh barang-barang anak saya dulu di sini." Jelas papa kepada Mbak Sum dan langsung menuju ke mobil untuk menurunkan barang-barangku dari mobil.     

"Ndra, kamu ini mau kemana lagi?" Tanya mama sambil membantu papa menurunkan barangku.     

"Aku mau ke kampus dulu ma. Mau ambil materi kuliah sama lihat perlengkapan MOS minggu depan."     

"Ya udah, kakakmu biar mama suruh datang ke kampus aja kalau gitu. Kalau gitu ini di taruh aja gini dulu Ndra, besok baru kamu rapihin sendiri ya." Ucap mama.     

"Iya ma." Jawabku yang sudah memasukkan beberapa baju di lemari.     

Setelah beres semua barang yang ada di mobil sudah masuk ke dalam kamar kosku, akupun langsung mengajak mama dan papa ke kampus untuk melihat pengumaman MOS serta tour lihat kampusku tempat dimana aku akan belajar nantinya. Kami pergi ke kampus menggunakan mobil papa dan harus berjalan memutar lebih jauh agar kami bisa tiba di kampus, namun sepanjang jalan aku memperhatikan jalanan kampus yang banyak sekali pedagang kaki lima dan kedai-kedai yang menjual berbagai makanan dengan harga murah.     

"Ndra, kalau kamu jalan kaki dari kosmu ke kampus nggak begitu jauh lho Ndra. Kamu juga bisa belu makanan di sini sini tuh banyak banget ada kedai-kedai chines food, pujasera, supermarket. Wes enak kos mu Ndra. Deket mana-mana." Ucap papa sambil menunjukkan beberapa tempat yang menjual makanan di sepanjang jalan menuju ke kampus.     

"Iya pa. Kalau gitu Andra tetep papa kasih sepeda motor kan?"     

"Buat apa kamu bawa sepeda motor? Nggak usah lahh... Kan tempat orang jual makanan juga banyak, supermarket juga nggak jauh, toko buku dan tempat fotocopy juga banyak. Nggak usah bawa motor! Nanti kamu malah jalan-jalan terus sama teman-teman barumu! Inget ya Ndra, kamu tuh di sini tujuannya kuliah buat belajar biar tambah pintar. Bukannya main-main aja terus. Awas aja nanti kalau IPKmu tambah semester tambah turun dan jelek. Papa bawa kamu pulang dan nggak papa bolehin kamu kuliah lagi lho! Mendingan kamu langsung kerja aja kalau kamu banyak mainnya di sini." Ucap papa dengan tegas.     

Mendengar ucapan papa itu aku langsung terdiam dan nggak berani membantah satu katapun. Hanya bisa melihat ke luar jendela mobil sambil melihat anak-anak kampus lainnya yang kemana-kamana naik sepeda motor. Tak lama kemudian aku memasuki gapura besar gerbang utama menuju ke kampusku. Lalu aku langsung berjalan menuju ke gedung ekonomi dan mencari ruang informasi mahasiswa baru. Setelah mendapatkan informasi untuk ikut MOS minggu depan dan kelengkapan yang harus di penuhi sebelum MOS, aku langsung berkeliling di sekitar kampus, dari gedung satu ke gedung yang lainnya sambil mencari tempat kantin di setiap fakultas. Jaga-jaga kalau bosan makan di kantin fakultas ekonomi, aku bisa cari makanan di fakultas yang lain pikirku.     

Gedung kampusku terlihat gedung yang sangat tua, meskipun sangat terawat dan masih kokoh. Bangunan yang dari luar terlapis dengan banyak tegel merah bata dan putih, serta banyak pohon beringin yang tumbuh di sudut-sudut taman kampus, sehingga suasana di kampus tetap rindang dan dingin. Jauh dari panasnya terik matahari di saat siang hari. Angin semilir berhembus menyejukkan badan membuat aku merasa betah berlama-lama duduk di taman kampus. Tak hanya itu, di setiap gedung fakultas terdapat gasebo-gasebo yang sangat rindang tempat mahasiswa mengerjakan tugas kuliahnya dan juga beberapa anak berkumpul bersama di sana. Suasana kampusku juga sangat ramai di kunjungi mahasiswa saat itu meskipun hari itu hari Sabtu, namun terlihat mereka ke kampus untuk mengerjakan tugas bersama dengan teman-temannya yang lain.     

Ditengah-tengah aku sedang berkeliling kampus, tiba-tiba aku kebelet untuk buang air kecil, lalu aku mencari toilet terdekat di gedung fakultas teknik. Disana toiletnya terlihat seperti toilet rumah sakit. Banyak pegangan besi di setiap dinding kamar mandi bahkan di dalam bilik toilet itu sendiri. Ada juga beberapa toilet yang terdapat shoower yang sudah tidak berfungsi. Lalu akupun cepat-cepat memasuki salah satu bilik toilet untuk buang air kecil, setelah selesai tak lupa aku mencuci tanganku di wastafel. Wastafel panjang dan juga terdapat kaca yang panjang di depannya.     

"Ndra, kamu sudah selesai pipis?" Tanya mama menghampiriku.     

"IYa ma. Kenapa? Mama mau pipis juga?" Tanyaku.     

"Iya. Tungguin ya Ndra." Jawab mama cepat-cepat dan langsung masuk ke dalam bilik toilet nomor satu.     

Sambil menunggu mama, aku masih di depan wastafel sambil merapikan rambutku, dan terlihat dari pantulan cermin toilet terdapat seorang wanita dengan paras yang sangat cantik rupawan, rambutnya hitam dan panjang tergerai begitu saja, dan juga ia mengenakan gaun panjang berwarna merah darah memasuki bilik toilet yang lain. Awalnya aku nggak ada curiga apapun tentang wanita tersebut. Aku hanya mengira itu salah satu mahasiswa yang sedang ada acara sehingga menggunakan baju yang begitu mewah di kampus. Aku nggak ada pikiran jika wanita itu bukanlah manusia karena aku saat itu tak melihat kakinya menapak atau tidak. Setelah mama selesai buang air kecil, akupun langsung ikut keluar dari toilet tersebut sambil bepikir, cewek tadi kenapa belum keluar juga. Tetapi aku mencoba berpikir positif jika cewek tadi sedang buang air besar, sehingga belum keluar dari toilet.     

"Lho kakak?! Kok sudah ada di sini?" Tanyaku saat lihat kak Dita sedang duduk di depan toilet bersama papa.     

"Emang kenapa kalau kakak sudah di sini? Nggak boleh kakak datangi kampusmu? Haahhh??" Ujar kak Dita sambil merangkul pundakku.     

"Ya nggak apa se... Tapi dari kapan kakak kok sudah di sini? Aku kok nggak tahu?"     

"Ya tadi pas mamake toilet itu kakak sudah di sini. Sudah duduk-duduk sama papa." Jawabnya.     

"Owala... Maka e kok mama tadi lama banget pas Andra ajak ke toilet. Ow ya kak, kakak tadi lihat ada cewek cantik pakai baju merah masuk ke dalam toilet juga nggak?"     

"Lihat. Ibu-ibu dosen kan? Yang badannya agak gendut, pendek, terus, rambutnya keriting sama kacamataan?" Jawab kak Dita sambil senyum-senyum.     

"Hah? Bukan ituuu... kalau itu buka cewek cantik yang Andra maksuudd..."     

"Wuih! Wuih! Ngatain dosen itu tadi nggak cantik wih! Awas lu Ndra, kalau dosenmu mampus luuu... Hahahahahaha..."     

"Eh! Kakak ini! Aku beneran lagi nggak bercanda kaakkk.. Ceweknya itu masih muda banget, kulit putih, rambut hitam lurus panjang sepantat rasanya, terus pakai baju gaun merah darah full, longdress sampai lantai. Lihat nggak?"     

"Nggak tuh. Mana ada orang yang pakai baju kaya gitu di kampus Andraaaa... Dikira orang gila kali pakai baju kaya gituan? Kenapa?" Tanya kak Dita penasaran. Aku langsung terdiam saat mendengar jawaban kak Dita dan hanya menggelengkan kepala.     

"Pa, makan yuk. Andra laper nih.Terus abis makan temeni Andra ke supermarket buat beli keranjang mandi,gayung sama ember." Ucapku pada papa.     

"Iya. Kalian mau makan apa siang ini?" Tanya papa pada kami.     

"Terserah deh mau makan apa. Mau coba yang ada di sekitar sini ta pa?" Jawabku.     

"Iya. Boleh. Kak, yang mana nih yang enak di sekitar sini?" Tanya papa ke kak Dita.     

"Di depan kampus pa! Ada depot chines food, harga e murah, rasa e ya lumayan. Dita pernah makan di situ sama teman kerja e Dita." Jawab kak Dita sambil menarik tangan papa ke depot tersebut.     

Akhirnya siang itu kami habiskan untuk mencoba makanan yang ada di sekitar kampus dan kosku, serta tak lupa membeli perlengkapan yang aku butuhkan di kos. Namun sepanjang siang itu aku sempat terpikir dengan wanita berbaju merah tersebut, karena bagiku tak masuk akal jika hanya aku saja yang dapat melihatnya.     

Hari berganti sangat cepat, tak terasa langit di luar sudah gelap. Aku, mama dan papa, serta kak Dita akhirnya memutuskan untuk kembali ke kosan ku dan merapikan beberapa barang yang tadi kami bawa serta menaruh barang-barang yang tadi aku beli di supermarket.     

"Ma, kita hari ini nggak usah pulang ke rumah aja dulu, kita menginap di hotel aja ya?" Tanya papa ke mama.     

"Iya pa. Kita cari hotel yang dekat sini dan nggak terlalu mahal aja, biar anak-anak bisa ikut tidur di hotel juga."     

"Lho Andra nggak tidur di kosnya aja ta?"     

"Yaahhh... papaa... Masa Andra sendiri yang tidur di kos? Sedangkan kalian tidur di hotel semua? Nggak mau! Andra juga mau ikut tidur di hotel! Lagian kamarnya juga belum di pel. Pasti berdebu lahhh..."     

"Ya bilang mbak kosmu lho buat minta di bersihkan. Jadi kamu tinggal tidur nantinya..." Tukas papa.     

"Ya udah aku bilang mbak Sum aja dulu sekarang, biar besok Andra nggak terlalu capek merapikan sisa barang Andra. Tapi tetep Andra ikut tidur di hotel. Hehehehe..."     

Dasar anak ini akalnya banyak." Ucap papa sambil memanyunkan bibirnya.     

Sebelum meninggalkan kosanku, tak lupa papa membayar kosku satu bulan kedepan, lalu aku juga meminta bantuan Mbak Sum untuk membersihkan kamar sebelum besok aku kembali lagi ke kosan, dan juga mbak Sum memberikan satu set kunci kos untukku. Malam itu aku bersama keluargaku langsung mencari hotel yang tidak jauh dari daerah kampusku serta membeli makan malam yang nantinya mau di makan di kamar hotel.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.