The Eyes are Opened

Misteri Gedung E.C



Misteri Gedung E.C

1"Cher, yuk kita pulang duluan yuk. Kan kamu juga harus ambil motor di kos ku." Ajaku pada Cherryl yang saat itu masih mengobrol dengan anak lain.     

"Ah, iya-iya Ndra. Wait ya! Wait!" Ucapnya sambil meneruskan obrolannya dengan anak itu.     

"Oke." Jawabku singkat sambil melihat ponselku.     

"Waahhh... Ternyata Dito mengirimiku banyak pesan dan misscallnya banyak juga." Gumamku lirih dan langsung saja aku membaca satu persatu pesan yang ia kirim ke aku, lalu aku langsung membalasnya. Aku mengirimkannya pesan foto untuk menunjukkan kepadanya jika aku memang masih ada di kampus, di tengah-tengah kerumunan anak-anak seangkatanku yang masih berdiri di tengah lapangan sambil menikmati permainan musik yang tampil paling akhir. Kemudian tak lupa aku mengirimkan pesan suara untuk memastikanya jika aku nanti pulang bersama Cherryl karena Cherryl juga mengambil sepeda motornya di kosanku dan memberitahunya jika nanti malam setelah akiu tiba di kos aku akan menghubunginya.     

"Ndra, sudah ta? Yuk pulang." Ajak Cherryl.     

"Oh, kamu sudah selesai ta Cher?"     

"Sudah kok. Kamu nggak ada perlu lagi ta?"     

"Nggak kok. Uhmm... Itu siapa Cher?" Tanyaku penasaran.     

"Itu tadi nama e Winny Ndra, dia dari Kupang, terus sebelah e itu tadi nama e Jessica sama Melly. Kalau kedua anak yang baru aku sebutin itu dari Kediri."     

"Ohhh... Gitu..."     

"Mereka ternyata sama kaya kita Ndra. Anak Ekonomi juga, tapi Winny sama Jessica ambil akuntansi, kalau Melly ambil manajemen." Jelasnya dengan sangat bangga.     

Entah kenapa sejak pertama kenal dengan Cherryl aku sudah merasa cocok berteman dengannya. Seakan kami bisa saling melengkapi satu sama lain tanpa kami ketahui. Cherryl yang super duper anak yang supel sedangkan aku anak yang introvert dan pemalu membuatku bisa beradaptasi dengannya. Malam itu aku bersamaCherryl berjalan dari kampus menuju ke kosku, jalanan hari itu sudah mulai redup. Tak banyak lampu jalan yang menyala di kala malam. Apalagi banyak pohon-pohon besar yang menutupi lampu jalan sehingga semakin redup di setiap sudut-sudut jalan. Kami berjalan berdampingan sambil memperhatikan sekitar bilamana ada yang mencurigakan. Namun malam itu membuatku terasa sangat lapar sehingga aku memutuskan untuk mengajak Cherryl membeli nasi goreng untuk di makan bersama dan Cherryl pun menyutujuinya.     

"Pak, nasi goreng dua ya!"Ucapku pada penjual nasi goreng paling terkenal di dekat kosanku.     

"Iya non. Pedes nggak?" Tanya bapak tersebut.     

"Iya sedengan pak. Yang satu nggak pakai sayur ya pak sama tambah telur." Jawabku.     

"Oke. Siap non. Di tunggu sebentar ya non." Ujar penjual nasi goreng sambil terus mengaduk nasi goreng pesanan orang lain.     

Sepuluh menit kemudian, nasi goreng kami sudah selesai di buat. Akupun langsung membayar dua bungkus nasi itu dan langsung bergegas menuju kosanku. Meskipun jalan raya di daerah kosku saat malam hari nampak sepi, namun jalanan di daerah perumahan kosku malam itu nampak sangat ramai. Masih banyak orang dari mahasiswa maupun pekerja kantoran yang masih terjaga untuk membeli makan tengah malam. Di depan-depan kosan perempuan maupun di depan kos laki-laki juga banyak orang berpasangan yang duduk di depan teras kos mereka. Yahh... biasa anak muda yang sedang ngapel. Pemandangan seperti itu terasa sangat wajar dan biasa sekali selama satu bulan ini aku tinggal di sini. Kami berjalan lebih cepat agar cepat sampai di kosan dan segera menghabiskan nasi goreng yang telah kami beli.     

[Tlililililit~ Tlilililililit~]     

"Nǐ hǎo maa... Shì de, zhège nonik yǐjīng wánchéngle. Zhè shì hé Dyandra yīqǐ mǎi chǎofàn. Hǎo de hǎo de. Zàijiàn mǎ..."     

"Apa o Ndra? Kok ngelihatin aku kaya gitu?" Ucap Cherryl.     

"Nggak apa. Cuman keren aja dengerin kamu bicara pakai bahasa mandarin. Hehehehe... Aku aja dulu pernah di ajarin dikit-dikit tapi sampai sekarang nggak ngerti sama sekali. Hehehehe... Emang kamu dari dulu sudah terbiasa ngomong pakai bahasa mandarin ya Cher?"     

"Iya Ndra. Di keluargaku itu kalau bicara mesti pakai mandarin. Tapi ya kadang pakai bahasa jawa'an kok. Tergantung mood se... Yaa... Emang sering mandarinan se... Hehehehe..."     

"Ohhh... pantesan... Yuk Cher, masuk terus makan dulu." Ajakku saat masuk ke dalam kosan.     

"Nggak deh Ndra. Aku pulang aja. Nasi gorengnya berapa tadi?"     

"Nggak usah bayar deh Cher, anggap aja terima kasihku sudah mau anterin aku tadi. Hehehehe..." Jawabku sambil memberikan nasi goreng miliknya.     

"Lho! Aku nggak mau lho Ndra. Berapa? Nggak apa kok. Lagian kaya gitu nggak usah di hitung lahhh..."     

"Ya udah sama, hehehehehe... Sudah sana pulang! Nanti mamamu tambah nyariin kamu lho!" Ujarku yang langsung mengusir Cherryl dari kosanku agar ia tak membayar nasi goreng yang aku belikan.     

"Ya udah deh... Makasi lho Ndra... Besok-besok gantian aku yang belikan makan ya..." Ucapnya sambil tersenyum kepadaku saat menyalakan sepeda motornya.     

"Iyaa... Hati-hati ya Cher... Kabari kalau sudah di rumah."     

"Siiipp... Bye Ndra... See youu..." Jawabnya sambil meninggalkan halaman depan kosanku.     

Setelah Cherryl sudah meninggalkan jalanan kosanku, akupun langsung masuk ke dalam rumah kos. Tapi, ketika aku baru saja membalikkan badanku, tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu yang baru saja lewat di atap kosan depan dengan sangat cepat. Aku melihat ke belakang dan nggak ada apapun di sana.     

"Apa ya yang tadi lewat? Kok aku ngerasa ada yang berusan lewat sampe terasa anginnya di leherku?" Gumamku sambil terus melangkah masuk ke dalam kosan dan memegangi leher belakangku.     

"Ah, barang-barangnya Karin sudah ada di sini to? Berarti nggak lama lagi dia sudah pindahan." Ucapku saat melihat beberapa tumpukan kardus besar di depan kamar yang akan di tempati Karin.     

Aku langsung masuk kedalam kamar dan menikmati nasi gorengku samapi habis, meskipun satu porsi nasi goreng yang aku beli sangatlah banyak dan bisa di bilang satu porsi nasi goreng itu bisa di makan buat dua orang. Rasa lelah dan rasa lapar yang tak terbendung aku lampiaskan dengan makan yang banyak malam itu. Lalu setelah selesai makan barulah aku menelepon Dito yang dari tadi sudah susah untuk di hubungi samapi aku nggak sadar kalau aku ketiduran saat masih mengobrol dengannya.     

"BELLAA!!! ANJEMMU DATANG!!"     

"MBAK SUUMMM!!! JAKET SAYA DIMANA? BETA MAU PAKAI!!"     

Terdengar sangat berisik di pagi hari seperti ini sudah mulai terbiasa bagiku dan itu menandakan hari sudah berganti dan matahari sudah naik. Aku nggak mempermasalahkan ketika orang-orang kos ku berteriak di pagi hari, apalagi kamarku memang sangat dekat dengan kamar pembantu kos. Akupun langsung melihat ke arah jam dinding di kamar ku dan melihat sudah jam enam pagi. Akupun langsung beranjak bangun dari tempat tidur, mengingat hari ini ada kuliah pagi jam setengah delapan. Langsung bergegas mengambil keranjang perlengkapan mandi, serta handuk yang tergantung di jemuran handuk di belakang kamarku. Melihat kamar mandi masih kosong, aku langsung memasukinya sebelum ada yang menggunakan. Selesai mandi aku langsung bersiap-siap pergi ke kampus. Saat itu jam masih menunjukkan pukul 06.45 dan aku memutuskan untuk berangkat lebih awal karena ingin membeli sarapan sebelum masuk kelas.     

Sepanjang perjalanan dari keluar kos sampai gerbang perumahan terlihat banyak mahasiswa yang satu angkatan denganku yang juga baru saja berangkat dan jalan kaki, aku merasa senang hari itu karena langit terlihat sangat cerah meskipun suhu pagi itu masih terasa dingin di kulit. Di tengah perjalanan, aku mendengar namaku di panggil dan saat aku menoleh ke belakang, aku melihat Karin berjalan lebih cepat ke arahku sambil membawa beberapa buku di tangannya.     

"Ndraaaa!!!" Teriak Karin dari kejauhan. Akupun langsung menghentikan langkahku dan menepi di bawah pohon palem sambil menunggu Karin menghampiriku.     

"Kamu kelas apa pagi ini?" Tanya Karin saat sudah di sebelahku.     

"Aku kelas pengantar akuntansi Rin, kamu kelas apa?"     

"Ya sama! Kelasmu di E.B 3-2 kan?"     

"Iya." Jawabku.     

"Ya udah kita sekelas kalau gitu. Hehehehe..." Ucapnya sambil tersenyum kepadaku.     

"Uhmm... Rin, ini aku mampir beli makan dulu ya, di depan supermarket itu lho." Ucapku sambil menunjuk ke arah ibu-ibu yang berjualan nasi bungkus dan jajanan pasar di depan supermarket.     

"Oke Ndra. Aku ya tak beli juga ah." Ujarnya sambil menyiapkan dompet di tangan kirinya.     

Saat aku bersama Karin tiba di depan stand penjual makanan tersebut, aku langsung memilih nasi bungkus ikan tongkol untuk menu sarapanku pagi ini. Begitu pula Karin, ia memilih nasi campur ayam goreng untuk sarapannya. Kami pun langsung membayar nasi kami dan langsung bergegas kembali menuju ke kampus. Di tengah perjalanan menuju ke gedung fakultas, Karin tiba-tiba disapa dengan teman barunya yang bernama Novi.     

"Kariinnn!!" Teriak Novi yang baru saja datang ke kampus dan langsung menghampiri Karin. Mereka terlihat sangat dekat dan akrab saat berbincang. Dan di saat yang sama pula Karin langsung meninggalkanku sendirian begitu saja, ia bersama teman-teman barunya langsung berjalan meninggalkanku ke kelas. Aku hanya bisa mengehela nafas panjang saat melihatnya seperti itu dan tetap terus berjalan menuju ke kelas pagi itu.     

Hari ini jadwal kuliahku nggak begitu padat, apalagi ini masih di bulan-bulan awal aku kuliah di semester satu. Ada tiga mata pelajaran yang harus aku ikuti sepanjang hari ini, dari jam setengah delapan sampai jam enam malam. Aku memilih sistem kuliah seperti ini karena ingin di hari jumat hanya beberapa mata kuliah saja yang aku ambil, dan juga di hari sabtu aku bisa libur. Pagi itu kebetulan aku nggak satu kelas dengan Cherryl, dia baru memulai kelasnya sejak pagi tadi jam tujuh sehingga kami hanya dapat bertemu saat jam makan siang.     

Tak terasa waktu berjalan sangat cepat, kelas pagi ini juga nggak terlalu lama. Akupun langsung merapikan semua buku dan alat tulisku ke dalam tas dan langsung meninggalkan ruangan kelas menuju ke gazebo. Di gazebo terlihat sudah banyak orang yang duduk di sana, akupun langsung mencari tempat duduk yang masih kosong dan sepi sambil menunggu Cherryl datang menghampiriku. Ketika aku sedang duduk sendirian, tiba-tiba ada tiga anak mahasiswi baru yang nggak aku kenal duduk di hadapanku, mereka saat itu sedang berdiskusi tentang materi kuliah yang baru saja di dapatkan. Terlihat sangat serius saat aku melihat mereka, namun di tengah-tengah obrolan mereka tentang materi kuliah, salah satu anak sedang mengeluh dengan kelas yang ia ikuti hari ini.     

"Aduuuuhh... Muales lho yo aku abis gini langsung kelas maneh, sampek malem pisan." Ujar salah satu anak yang duduk paling kiri dari hadapanku sambil memandangi ponselnya.     

"Lapo Ngel? Emang e kamu ambil berapa kelas se hari ini? Terus sampe jam piro?" Tanya anak perempuan dengan rambut ikal panjang di depanku.     

"Aku onok empat kelas hari iki. Sampe malem cakk... Opo maneh kelas e ndek lantai tiga pisan seng jam terakhir ini. Duuhhh... muales lho!"     

"Ndek ruangan opo se emang e?" Tanya temannya yang lain sambil sesekali merapikan rambutnya yang duduk di sebelah kanan dari ku.     

"Uhmm... ini kelasku mari gini ndek E.A 4-4, terus E.C 2-3, terus kelas malem e E.C 3-4. Guendeng a sehari naik turun tangga terus. Langsing aku satu semester iki. Hahahahaha...."     

"EH, kamu nggak tahu gosip e ndek ruang E.C 3-4nek malem-malem ta Ngel?"     

"Opo Ra? Gosip opo emang e?"     

"Aku ya nggak tahu bener nggak e se, aku di ceritani ambek Ce Melly angkatan 2010 iku lho, seng dadi panitian MOS e kene, lek ndek gedung iku, opo maneh nek wes malem itu angker! Ati-ati kon Ngel!"     

"Adduuhhh Raaa... kon kok malah meden-meden i see... Wes emboh lah aku yoo... Wes ayo-ayo aku tak masuk kelas sek yo!"     

Mendengar hal tersebut akupun awalnya tak mempercayai cerita mereka mentah-mentah meskipun aku terkadang di perlihatkan beberapa sosok arwah mahasiswa yang bergentayangan. Namun seringkali juga aku nggak menyadari jika aku berpapasan dengan 'mereka' karena saat aku berpapasan, wujud 'mereka' hampir sama dengan kita manusia pada umumnya. Tak lama ketiga anak itu pergi dari bangku depanku, di saat yang bersamaan juga Cherryl akhirnya datang juga menghampiriku dan wajahnya terlihat sangat bahagia.     

"Hei Cher!Kok tumben kamu keluar kelas e lama banget." Ujarku saat Cherrylmenauh tasnya yang besar di bangku gazebo.     

"Hahahahaha... Iya. Aku tadi ketemuan sama pak Yono dulu, aku tadi nggak paham sama materi e soal e."     

"Owala... yayaya... Ya udah mau ke kelas sekarang aja ta Cher?"     

"Yuk Ndra." Jawabnya sambil menggendong tas besarnya. Akhirnya siang itu aku satu kelas terus bersama Cherryl sampai disore hari.     

Pukul 17.25 WIB langit mulai berubah warna menjadi gelap. Udara di luar kelas juga semakin sejuk dan dingin. Suara kumandang adzan maghribpun mulai terdengar sangat lirih dari kelasku. Saat itu dosenku langsung menghentikan mengajarnya sesaat saat mendengar adzan di kumandangkan sampai selesai. Di saat itu juga aku meminta ijin untuk ke toilet yang tak jauh dari kelasku. Aku berjalan di lorong gedung E.C lantai 3 yang sangat sepi, hampir tidak ada satu orangpun yang keluar selain aku. Berbeda dengan di lantai dua dan di halaman kampus yang terlihat banyak orang berlalu lalang sore itu. Akupun tanpa memperdulikannya aku langsung berjalan menuju kamar mandi yang ada di ujung gedung dekat dengan anak tangga. Hawa yang lebih hangat menyeruak saat aku memasuki toilet tersebut, dan aku sadar jika di dalam toilet aku tidak sendirian.     

"Permisi yaa... Aku cuman mau buang air kecil." Ucapku saat memasuki toilet sore itu.     

Lalu dengan cepat aku langsung keluar setelah selesai buang air kecil dan tak lupa mengucapkan terima kasih kepada 'mereka' yang ada di sana karena telah mengijinkanku dan tak menggangguku selama aku di toilet. Aku berjalan menyusuri lorong kelas yang dekat dengan toilet sambil mengintip perkuliahan yang masih berlangsung. Tak ada hal aneh yang aku rasakan saat itu, namun seketika saat aku hendak masuk ke dalam kelasku, hawa yang panas tiba-tiba terasa di kulitku dan membuat bulu kuduku merinding. Aku melihat ke arah depan, tepat di ujung gedung, aku melihat seorang pria duduk di atas tembok pembatas gedung sambil menghisap rokok di sana. Jantungku berdegup dengan kencang saat melihat pria itu. Seakan firasatku suah mengetahui jika pria itu bukanlah manusia. Ketika aku sedang mencoba berjalan masuk ke kelasku, tiba-tiba Karin dari arah belakang memanggilku dengan sangat kencang. Aku terkejut dan langsung menoleh ke belakang.     

"Kenapa Ndra? Kok kaya orang ketakutan gitu?" Tanyanya heran.     

"Hehehehe... Nggak apa kok. Hehehehe..."     

"Jangan ngelamun lho! Maghrib-maghrib ngelamun kesambet setan tahu rasa! Hehehehe..." Ujarnya bercanda kepadaku.     

"Kamu dari mana Rin?" Tanyaku mengalihkan pikiranku.     

"Aku abis dari toilet. Kamu ngapain di sini sendirian?"     

"Aku ya baru dari toilet. Eh, aku malah keterusan di sini gara-gara angin di sini enak banget. Hehehehehe..." Ujarku.     

"Ya wes balek o." Ucapnya sambil membuka pintu kelasnya dan saat aku membalikkan badan, pria itu sudah tak ada di sana lagi. Akupun langsung berlari masuk ke dalam kelas sambil mencoba mengatur nafasku yang masih tersengal-sengal.     

"Lho-lho-lho... Kenapa mbak kok lari-lari?" Ucap pak Didik kala itu saat melihatku masuk ke kelas dengan nafas yang tersengal-sengal.     

"Nggak apa kok pak. Hehehehe..."Jawabku sambil terus menundukkan kepala. Aku sempat melihat sekilas anak-anak di dalam kelasku juga melihatku dengan tatapan aneh, namun aku tak memperdulikannya dan langsung duduk di bangkuku.     

"Nggak apa kok lari-larian gitu se mbakk... Apa'o? Abis lihat hantu ya? Hahahahaha..." Canda pak Didik sambil tersenyum ke arahku, seakan beliau tahu jika memang yang di lantai ini ada penunggunya. Namun aku hanya diam dan tak menjawab pernyataan pak Didik sore itu.     

Pak Didik pun melanjutkan kembali perkuliahan kami hingga akhirnya selesai sampai jam enam lewat sepuluh menit. Langit semakin gelap, padahal saat itu masih jam enam lebih dan aura dari kelas E.C 3-4 saat itu semakin kerasa meskipun kelas malam sedang berlangsung. Aku dan Cherryl cepat-cepat turun ke lantai satu dan bergegas pulang semakin hari menjadi sangat gelap. Apalagi aku merasa sangat lapar dan lelah.     

"Kamu langsung pulang Ndra?" Tanya Cherryl.     

"Iya Cher. Tapi mau beli makan dulu rasa e. Kamu langsung pulang ta ini?"     

"Iya. Aku langsung pulang. Ini aku abis gini mau ngelesi anak SD juga jam tujuh. Kalau gitu aku balik duluan ya Ndra. Byee..." Ucap Cherryl sambil berlari menuju halte bus dan meninggalkanku di tenga-tengah halaman fakultas.     

"Hahhh... apa benar yang aku lihat tadi bukan manusia?" Gumamku.     

Saat aku hendak berjalan keluar kampus, aku menyempatkan untuk melihat kembali ke lantai tiga di gedung E.C dan saat aku melihat ke atas, aku langsung terkejut saat melihat sosok itu lagi di sana. Aku membalikkan badanku dan terus berjalan menuju gerbang kampus. Jantungku berdegup cukup kencang dan apa yang aku lihat tadi terus teringat di kepalaku. Aku berjalan lebih cepat menuju ke jalan raya dan menyempatkan untuk berhenti sejenak didepan kedai chines food. Aku memutuskan untuk membeli masakan capjay untuk makanku hari ini dan besok pagi.     

Hari Rabu, 5 September 2012. Pukul 12.00 WIB     

Siang itu suasana di kampus terlihat sangat ramai, beberapa anak sedang kesana kemari sambil membawa banner besar, dan sebagian anak yang lainnya sedang sibuk latihan dannce di selasar fakultas. Aku yang baru saja datang ke kampus terlihat sedikit bingung situasi tersebut seakan aku sudah ketinggalan suatu kejadian yang penting di saat aku nggak di kampus. Padahal aku hanya meninggalkan kampus dua jam untuk balik ke kos setelah kelas pagi yang cuma dua jam setengah saja. Aku berjalan menyusuri lorong dosen yang saat itu tampak masih sepi dan hanya beberapa mahasiswa senior yang sedang duduk di sana. Aku mengambil ponselku dan melihat pesan Dito yang baru saja masuk.     

"Haaahhh... harus ya kaya gini terus? Tiap kali aku dimana harus foto, harus laporan. Bosan." Gumamku pelan sambil mengirimkan foto yang baru saja aku ambil sebagai bukti jika aku sudah di kampus lagi.     

"Eh, kamu tahu nggak, kemarin, di kelasnya pak Ahmad tiba-tiba jumlah siswanya nggak sesuai sama di absensi."     

"Hah? Gimana ceritanya? Kok bisa?"     

"Ohhh... yang kelas malam di lantai tiga gedung ini kan?"     

"Iya. Kok lu tahu?"     

"Iya, temen gue ada di kelas itu waktu kejadian itu. Sampe heboh banget satu kelas."     

"Terus-terus gimana tuh ceritanya?"     

"Ya kan kaya biasa, pak Ahmad setelah selesai ngajar kan memeriksa jumlah mahasiswa yang hadir sama tanda tangan absensi kaannn... Ya lu tahu sendiri kalau pak Ahmad orangnya teliti banget sama kaya gituan dan nggak suka sama mahasiswa yang cuman titip absen. Kalian juga tahu kan kalau di kelas E.C 3-4 itu ada tujuh kolom bangku. Nahhh... awalnya tuh pak Ahmad cuman itungin dalam hati tuh, kaya ngecek-ngecek doang kan, terus pas di hitung jumlah mahasiswa yang datang sama tanda tangannya tuh selisih satu. Nahh... otomatis pak Ahmad langsung bilang ke depan kelas, kalau yang belum tanda tangan tolong di tanda tangani dulu absennya. Terus, tuh absensi di taruh di meja paling depan di kolom bangku nomor tujuh dari si anak yang nggak di undang kaann... Terus tuh ya semua anak langsung jadi pada bingung semua. Apalagi apesnya temen aku tu yang duduk paling depan saat itu. Semua anak langsung pada noleh tuh siapa juga yang belu tanda tangan malam itu. Temanku yang saat itu juga kebingungan ya otomatis langsung cek namanya dong, sapa tahu dia kelupa'an. Tapi waktu lihat tanda tangannya sudah ada kok. Sampai-sampai temanku memberikan map absen itu ke teman sebelahnya. Malah pak Ahmad langsung berdiri dan marahin temanku. Bilangnya, ngapain kamu kasih ke sebelahmu? Kasih ke belakang kamu tuh! Itu anak yang paling belakang saya rasa belum tanda tangan."     

"Terus-terus"     

"Ya semua anak langsung melongo kaannn... Jelas-jelas saat itu nggak ada anak lagi yang duduk di bangku paling belakang. Sampe-sampe ada anak yang langsung ikutan ngomong ke pak Ahmad kalau di kelas ini semua anak sudah tanda tangan semua pak. Terus, pak Ahmadnya nggak percaya to, sampe di sebutin satu persatu nama tiap anak dan harus angkat tangan. Nah... ketika semua anak di absen ulang dan sudah angkat tangan, pak Ahmad jadi tambah bingung? Kok anak laki yang duduk di belakang sendiri itu kok nggak angkat tangan? Padahal ia merasa sudah menyebutkan semua nama anak di map absen itu. Nahh.... di situ pak Ahmad langsung sadar, kalau anak laki-laki itu bukan manusia. Langsung aja tuh pak Ahmad membubarkan kelas, apalagi saat itu sudah hampir jam delapan malam. Semua anak langsung heboh kan di kelas itu, mereka juga langsung cepat-cepat mau pulang. Eh, malah nggak bisa pulang beneran doongg..."     

"Hah? Serius? Emang apa yang terjadi?"     

"Tiba-tiba saat ada satu anak yang mau keluar kelas, lampu di kelas itu langsung mati! Padahal saklarnya tetep nyala dan lampu di lorong juga nyala. Yang anak cewek termasuk temanku ini panik dan teriak. Tapi pak Ahmad langsung bilang kalau jangan ada yang teriak. pak Ahmad buka pintu kelas yang biasanya emang di tutup biar ACnya tetep dingin, malah ke kunci dari dalam kelas."     

"Wahhh... gila sih kalau kaya gitu. Kok bisa sih? Ngeri banget berarti kalau ada kelas malam ya?"     

"Ya makanya itu sekarang para dosen nggak ada yang buka kelas malam apalagi pakai ruangan E.C 3-4. Sudah banyak kejadiannya katanya gitu."     

"Lha terus temanmu malam itu gimana akhirnya?"     

"Akhirnya itu lampunya sempet mati-nyala gitu beberapa kali sampe akhirnya ada satpam sama petugas yang bawa kunci kelas datang, tiba-tiba aja lampunya nyala dan pintunya bisa kebuka lagi. Udah. Terus semua anak langsung lari keluar kelas malam itu."     

"Wiihhh...ngeri-ngeri yaaa... Udahan yuk cerita-ceritanya, aku lapar nih.."     

"Yuk lah ke kantin."     

Aku beneran sampai terkejut mendengar cerita dari keempat anak perempuan yang baru saja duduk di sebelahku tadi. Aku nggak nyangka kalau sampai ada kejadian yang seperti itu di kelas itu. Aku di lihatin sosok itu aja sudah jantungan. Apalagi sampai ada kejadian seperti itu dan untungnya hanya terjadi saat malam hari.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.