Bandit Cantik

Sungguh Wanita Yang Tak Tahu Malu



Sungguh Wanita Yang Tak Tahu Malu

0  "..."     

  Semua staff yang ada sampai tak bisa berkata-kata.     

  'Belum pernah aku melihat wanita yang tak tahu malu seperti ini.'     

  Adegan ini harus ditayangkan, karena pasti akan meningkatkan rating program!     

  Jerry memijit pelipisnya, kepalanya jadi pusing. Dia menyadari, setiap kali ia dekat dengan Yan Jinyi, dia akan langsung jengkel. Dan pada akhirnya, dialah yang harus mengalah.     

  'Tidak, hatiku marah sekali.'     

  "Jinyi, kalau begitu aku akan menyerahkannya padamu."     

  Yan Jinyi membuat gerakan 'OK' dengan santai.     

  Benar saja, begitu Jerry pergi, Qin Peipei pun datang.     

  Di memegang bunga dan ponsel seraya tersenyum malu-malu, "Kak Jin, aku, aku, maksudku tim kami ingin mengundang Kakak datang ke pesta api unggun kami. Jangan khawatir, kami bersumpah tidak akan menyerangmu diam-diam."     

  "Aku tidak tertarik."     

  Jawabnya dingin sambil memetik sebatang rumput ekor rubah dan menggigitnya di antara kedua bibir.     

  "Kak Jin, ini malam yang panjang. Aku yakin Kakak juga tidak bisa tidur saat ini. Ayo kita berkumpul, mengobrol, bernyanyi bersama, dan bermain kejujuran atau tantangan, atau apalah."     

  Permainan kejujuran atau tantangan?     

  Mata Yan Jinyi berbinar.     

  Dia sudah beberapa kali mendengar tentang permainan ini, tapi tak pernah memainkannya sekalipun.     

  Katanya asyik sekali.     

  Yan Jinyi tiba-tiba berdiri dan mengangguk setuju tanpa mengucapkan sepatah kata pun.     

  Du Xian yang duduk di tepi tenda seketika berlari begitu mendengar itu, "Kak Jin, Kapten Jerry dan Kak Zhang menyuruh kita untuk tidak meninggalkan tenda sampai mereka kembali."     

  "Aku harus pergi. Apa kamu berani menghentikanku?"     

  "Tapi benderanya…"     

  Orang yang bisa mencuri sesuatu dari Yan Jinyi belum lahir.     

  Kalaupun sudah lahir, dia pasti bisa merebutnya kembali.     

  "Bagaimana bisa ada seorang pria yang begitu pemalu? Mau ikut bermain denganku atau kamu ingin melihat bulan dan bintang sendirian?"     

  Du Xian bimbang, "Kak Jinyi, aku boleh kan ikut main denganmu saja?"     

  Dibandingkan dengan tim Yan Jinyi yang kaku dan membosankan, tim Zhuang Heng jauh lebih menyenangkan.     

  Aktor asal Hong Kong itu memamerkan otot bisepnya.     

  Padahal dia hanya berolahraga dengan bertelanjang dada.     

  Zhuang Heng sedang mengobrol dengan Ge Huacheng, namun hanya Zhuang Heng lah yang bicara sepihak.     

  "Kak Jin dan Du Xian datang. Kak Heng, bukankah Kakak ingin bermain kejujuran atau tantangan? Ayo kita mulai sekarang!"     

  Zhuang Heng sudah hendak berdiri begitu melihat Yan Jinyi, namun Yan Jinyi hanya menatapnya dan mengucapkan kata 'hadiah' tanpa suara.     

  Zhuang Heng pun langsung duduk kembali, "Ayo ayo, kocok kartunya."     

  Dengan ajaibnya, Zhuang Heng mengeluarkan setumpuk kartu kecil dari saku mantelnya.     

  ???     

  Ini adalah ekspedisi liar, dan Zhuang Heng malah membawa benda ini?     

  Zhuang Heng mengabaikan tatapan aneh banyak orang, "Awalnya aku ingin bermain remi, tapi kemudian aku pikir ini lebih menarik. Sini Lada Kecil, ayo kita mulai!'     

  Setelah itu, Zhuang Heng meletakkan tangannya di kedua pipinya dan menatap Yan Jinyi dengan mata berbinar.     

  Ronde pertama, Yan Jinyi kalah.     

  Zhuang Heng tampak sangat bersemangat, "Lada Kecil, kamu pilih jujur atau tantangan?"     

  Yan Jinyi tidak menjawab, dia langsung mengambil satu kartu dari tumpukan kartu kejujuran.     

  Pertanyaannya sangat menarik, hingga Qin Peipei yang ada di sebelahnya tampak merona, bahkan Ge Huacheng pun agak malu.     

  'Pernahkah kamu merasa tidak puas dengan gairahmu?'     

  Wajah Yan Jinyi segera disorot oleh juru kamera. Ia menghela napas dalam hati.     

  'Pantas saja Kak Heng suka diundang dalam berbagai variety show. Ternyata dia selalu bisa membuat program yang dibintanginya mendapat poin plus.'     

  'Contohnya, kartu ini…'     

  'Aduh gerah sekali!'     

  Sebaliknya, Yan Jinyi hanya melirik sebaris kalimat di kartu itu dengan tenang, lalu menjawab dengan santainya, "Pernah."     

  Sampai di sini, matanya menatap lurus ke kamera, "Aku tertarik pada seorang pria tampan yang kejam."


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.