Ingin Kukatakan Sesuatu

Anak ini Bukan Anak Sean?



Anak ini Bukan Anak Sean?

0Meskipun Hilda tidak menyebutkan nama, siapapun bisa tahu bahwa dia sedang membicarakan tentang Sean.     

Awalnya Sean hendak pergi, tetapi dia langsung menghentikan langkahnya ketika mendengar kata-kata ini. Dia merasa Hilda benar-benar ingin mencari masalah. Sekarang Giana hamil kurang dari dua bulan dan setidaknya anak mereka tidak akan lahir sampai tahun depan. Jadi, Sean jelas-jelas tidak perlu membeli tempat tidur bayi sekarang.     

Giana tidak berpikir demikian. Da juga berkata dengan dingin, "Aku juga tidak mau berharap pada laki-laki yang hanya bisa bergantung pada wanita semacam ini! Cih! Yoga-ku yang akan membelikannya untuk bayiku! Benar, kan suami?"     

Yoga menjawab, "Tentu saja."     

Giana berkata, "Apa tempat tidur bayi ada di lantai atas? Ayo kita lihat tempat tidur bayi dulu, lalu turun lagi untuk melihat tempat tidur kita berdua."     

Yoga mengangguk, kemudian berkata pada pegawai, "Kamu tidak perlu ikut naik ke atas."     

Terlalu banyak informasi yang mereka lontarkan, jadi Yoga takut pegawai di sini akan mengetahui terlalu banyak dan hal itu nantinya berdampak padanya.     

Mereka bertiga pun perlahan-lahan naik ke atas untuk memilih tempat tidur anak Sean.     

Sementara, Sean tetap berdiri di tempatnya. Jika pergi begitu saja, dia akan tampak terlalu tidak bertanggung jawab. Bagaimanapun juga, dia adalah ayah dari anak itu sehingga dia harus membayar untuk tempat tidur anaknya.     

Chintia dapat memahami perasaan Sean. Dia pun berkata, "Sean, kamu ikut naik saja. Kita keluar sesudah membeli tempat tidur untuk anakmu. Aku akan mentransfer 200 juta ke rekeningmu sekarang."     

Sean meraih tangan Chintia dan berkata, "Terima kasih, Chintia. Aku masih punya sedikit uang. Tempat tidur bayi tidak akan begitu mahal, jadi kamu tidak perlu mentransfer uang untukku."     

"Baiklah. Kalau begitu, aku akan menunggumu di sini."     

Akhirnya Sean perlahan-lahan ikut naik ke lantai atas.     

Ketika ketiganya melihat Sean datang, mereka semua meliriknya di saat yang bersamaan.     

Sean berjalan menghampiri Giana dan berkata, "Pilihlah tempat tidur bayinya. Nanti aku yang bayar."     

Begitu ketiganya mendengar perkataan Sean, mereka semua mengabaikannya.     

Hilda melihat tempat tidur bayi berwarna putih dan menghampirinya dengan girang, lalu berkata, "Giana, lihat tempat tidur bayi ini. Lucu sekali. Jika bayimu tidur di sini, dia pasti akan sangat nyaman."     

Giana juga sangat menyukainya. Semua tempat tidur bayi sangat kecil dan dia menyukai semuanya. Giana menyentuh perutnya dan bertanya, "Sayang, apakah kamu menyukainya?"     

Tiada yang mengira bahwa Giana akan berteriak kaget di detik berikutnya.     

"Ya Tuhan!" pekik Giana, "Bayiku merespons! Dia bergerak!"     

"Benarkah? Benarkah? Biar aku dengar!" Hilda buru-buru membungkuk dan mendengarkan perut Giana, lalu ikut berseru, "Benar! Dia bergerak! Seolah-olah sedang berkata, 'Aku menyukainya!'"     

Yoga ikut bersemangat. "Aku juga mau mendengarnya."     

Yoga bersandar di perut Giana. Sambil mendengarkan, dia memanggil, "Sayang, panggil aku Ayah!"     

Sean merasa sangat tidak nyaman setelah mendengarnya. Itu anakku! Atas dasar apa kamu menyuruhnya memanggilmu Ayah?!     

Sean merasa mereka sengaja bersandiwara seperti itu. Anaknya bahkan baru berada dua bulan dalam kandungan. Mana mungkin janin berusia dua bulan bisa memberikan reaksi melalui gerakan?     

Sean berdiri di samping dan berkata pada ketiganya, "Kalian bertiga jangan bersandiwara lagi. Janin di kandungan Giana baru berusia dua bulan. Tidak akan mungkin ada pergerakan janin. Janin itu baru akan terasa bergerak setidaknya tiga atau empat bulan. Aku tidak punya ijazah, tapi bukan berarti aku tidak pernah sekolah!"     

Sean merasa bahwa mereka bertiga sengaja melakukan ini untuk memprovokasi dirinya dan ingin menggodanya untuk ikut mendengarkan.     

Hilda malah berkata sambil tersenyum licik, "Bagaimana kamu bisa tahu bahwa anak itu bukannya sudah berusia tiga atau empat bulan?"     

Giana sontak terkejut sesaat, namun sebuah senyum jahat kemudian muncul di wajahnya.     

Sean sangat marah. Jelas-jelas dia dan Giana baru ingin punya anak dua bulan yang lalu, jadi mana mungkin usia janinnya bisa menjadi empat bulan? Sean langsung menatap Yoga dengan tatapan pembunuh.     

Yoga tersenyum licik dan mengangkat tangannya dengan polos. "Jangan menatapku. Empat bulan yang lalu, aku tidak mengenal Giana. Yang pasti, anak ini bukan milikku. Entah anak siapapun itu, aku tidak peduli. Hehe… Yang aku cintai adalah Giana."     

Keparat sepertimu tidak akan pernah memiliki anak, jadi tentu saja kamu tidak peduli itu anak siapa! Tapi, aku peduli!     

Sean sangat marah. Dia segera berjalan menghampiri Hilda, lalu meraih pergelangan tangan Hilda dan meremasnya kuat-kuat sambil bertanya, "Hilda, katakan padaku dengan jelas! Sebenarnya apa yang terjadi dengan anak Giana? Apa itu anak Cahyadi? Apa lagi-lagi itu ide buruk darimu?!"     

Hilda si penjahat ini sudah membuat Cahyadi dan Yoga berhubungan dengan Giana.     

"Hei, sakit! Sakit! Lepaskan! Ini masalahmu dengan Giana, jadi seharusnya kamu tanyakan pada dia! Mana aku tahu?"     

Seorang wanita yang lemah seperti Hilda pasti tidak akan bisa menahan kekuatan Sean.     

Giana bergegas menghampiri dengan panik dan meletakkan tangan putih mulusnya dengan lembut di pergelangan tangan Sean, lalu berkata dengan lembut,     

"Sean, lepaskan dia. Dia bercanda. Anak itu pasti anakmu. Apa kamu lupa? Ketika kita menginginkan anak, aku bangun setiap pagi untuk melakukan tes kehamilan. Aku bahkan melakukannya berhari-hari hingga akhirnya terbukti hamil!"     

Tangan Sean yang dalam menggenggam kuat pergelangan tangan Hilda berangsur-angsur mengendur. Kemudian, dia menatap Giana dan bertanya, "Kamu tidak berbohong padaku?"     

Giana memasang ekspresi lembut, seperti ketika keduanya rujuk, lalu menggunakan tangannya yang ramping untuk menarik tangan Sean dan berkata dengan penuh kasih sayang, "Tentu saja tidak. Kenapa aku harus berbohong padamu? Hilda hanya berbicara sembarangan karena menyalahkanmu atas perceraiannya. Jika kamu tidak percaya padaku, kamu bisa berjongkok dan mendengarkan perutku. Tidak ada gerakan janin. Tadi kami hanya berbohong padamu."     

Sean melirik perut Giana yang sedikit membuncit. Dalam hati, Sean sebenarnya ingin melakukannya karena janin yang ada di perutnya adalah benihnya. Tetapi, ketika teringat bahwa dia sudah punya pacar dan suami baru Giana juga ada di sini, dia tidak melakukannya.     

Sean melepaskan Hilda dan berkata, "Berhentilah berbicara sembarangan! Hilda, seharusnya kamu bersyukur Robin masih memberimu rumah dan mobil. Aku harap di pernikahanmu selanjutnya, kamu jangan menyakiti orang-orang baik lagi!"     

Setelah berbicara, Sean menunjuk ke tempat tidur bayi di depannya dan berkata, "Kamu suka yang ini, kan? Aku akan turun dan membayarnya."     

Dengan penuh emosi, Sean meraih tempat tidur bayi itu dengan satu tangan dan turun untuk membayar.     

"Si keras kepala ini benar-benar menyebalkan!" Giana menggerutu sambil menghentakkan kakinya dengan marah, "Aku dengar saat Robin memergoki Hilda dengan orang asing tampan itu, dia sama sekali tidak marah dan hanya duduk di luar sambil merokok."     

"Hanya si Sean ini saja yang selalu ikut campur dan tidak tahu cara menahan diri sama sekali!"     

Yoga berdiri di samping dan tidak berkomentar. Jika bukan karena rencana jahatnya untuk membalas Sean, dia juga tidak akan menikahi wanita dengan nilai-nilai hidup yang tidak benar seperti Giana.     

Setelah turun dan melakukan pembayaran, Sean meninggalkan tempat tidur bayi itu dan pergi bersama Chintia.     

Sesudah kembali ke mobil, Sean segera menata suasana hatinya dan kembali ke Emerald Ville dengan gembira bersama Chintia. Hari ini adalah hari pertama mereka di Banten. Mereka akan menetap di sini dan memiliki pencapaian karier yang besar di sini. Selain itu, kemungkinan mereka juga akan menikah dan memiliki anak di sini. Wanita jahat tukang selingkuh tidak layak mempengaruhi suasana hati mereka.     

Di malam hari, Sisilia dan manajer dari beberapa departemen penting di perusahaan mereka datang ke Emerald Ville untuk merayakan rumah baru Chintia dan kepindahannya.     

Sementara di rumah sebelah, Giana berguling-guling dan tidak bisa tidur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.