Ingin Kukatakan Sesuatu

Tentu saja Memilih untuk Memaafkannya!



Tentu saja Memilih untuk Memaafkannya!

0Hari ini adalah hari bahagia Yoga yang seharusnya menjadi hari paling membahagiakan dalam hidupnya. Namun, terjadi percobaan pembunuhan di tempat pernikahannya dan tangannya yang tersayat pisau hingga berdarah. Untung saja bukan tangan yang dipatahkan oleh Sean sebelumnya.     

Rasa sakit di tubuh Yoga bukanlah masalah dibanding kenyataan bahwa dia dipandang rendah oleh kakek yang paling dihormatinya. Yoga merasa hancur dan meneteskan air mata.     

Teman baik Yoga yang menjadi salah satu dari pengiring pengantin pria segera membawanya ke rumah sakit saat melihatnya mengalami pendarahan hebat.     

Lana menghampiri Giana dan berkata, "Giana, cepat temani Yoga ke rumah sakit! Kenapa kamu tidak mengikutinya?"     

"Aku tidak akan pergi!"     

Giana baru saja menonton video yang diunggah Maggie lewat ponsel Hilda. Perasaannya meledak-ledak dengan penuh amarah. Kata-katanya penuh dengan ketidakpedulian terhadap Yoga.     

Giana marah. Dia mengira dirinya merupakan satu-satunya bagi Yoga. Tanpa disangka-sangka, selain dirinya, Yoga juga memelihara seorang bintang kecil. Yoga bahkan bermain-main dengan si wanita ketiga di malam sebelum hari pernikahan mereka.     

Lana dengan cepat menarik Giana ke samping dan membujuk dengan suara yang pelan, "Putriku, jangan bodoh. Jangan menyebutkan perceraian seperti saat kamu menikahi Cahyadi terakhir kali!"     

Lana juga mengingatkan, "Gadis bodoh, pria mana di dunia yang tidak bernafsu? Zaman dulu, seorang pria bahkan memiliki tiga istri dan empat selir. Yoga memiliki latar belakang yang sangat baik, jadi memiliki satu atau dua wanita adalah hal yang biasa. Yang penting, dia menghormati dan mengakuimu sebagai istrinya."     

Giana terdiam beberapa saat, lalu bertanya, "Bu, apa yang Ibu katakan? Meskipun keluarga Wangsa kita tidak sebaik keluarga Liono, kita tidak perlu merendahkan diri sampai seperti ini, kan?"     

Lana berkata, "Ibu tahu kamu merasa diperlakukan tidak adil, tapi keluarga Wangsa kita mengandalkanmu. Bersabarlah dan maafkan Yoga. Ibu yakin dia akan memperbaikinya."     

Giana hanya marah. Tentu saja dia tidak berani mengajukan cerai. Namun, Giana tidak ikut ke rumah sakit dan justru pulang sendiri ke rumahnya di Emerald Ville.     

———     

Yoga pergi ke rumah sakit untuk membalut lukanya dan bergegas kembali mengendarai mobilnya.     

Dalam perjalanan kembali, Yoga terus menelepon Maggie, tetapi tidak tersambung. Dia mengirim banyak pesan yang mengancam Maggie, tetapi tidak dijawab juga.     

Yoga juga mengeluarkan kata-kata yang mengatakan bahwa Maggie tidak akan mampu bertahan di industri hiburan. Namun, dia tidak tahu bahwa semakin dia ingin menggunakan kekuatan keluarganya untuk memblokir Maggie, semakin banyak orang yang mendukung Maggie.     

Masalah ini sudah terangkat ke publik. Bahkan, orang biasa yang bukan penggemar Maggie juga tahu bahwa dia tidak melakukan kesalahan dan diboikot oleh pihak yang berkuasa. Para rakyat jelata bersatu untuk melawan konglomerat generasi kedua seperti mereka-mereka itu.     

Kesenjangan antara si kaya dan si miskin di Indonesia sudah sangat besar. Seseorang seperti Yoga bahkan menghabiskan lebih banyak uang untuk pernikahannya daripada penghasilan yang diperoleh orang biasa sepanjang hidup mereka. Padahal, mereka hidup di bawah langit yang sama.     

Tentu saja orang-orang biasa membenci konglomerat generasi kedua seperti Yoga. Jadi, tidak akan mudah bagi Yoga jika ingin memboikot Maggie. Selain itu, Maggie juga sudah mendapatkan rumah dari Sean sehingga dia juga sudah tidak peduli meskipun tidak bisa mendapatkan pekerjaan.     

Yoga pulang ke rumah dengan membawa sebuket besar mawar merah di tangannya yang diperban. Ketika memasuki kamar, dia mendapati Giana sedang duduk di tempat tidur dengan ekspresi sedih dan wajah yang basah karena air mata, seolah-olah baru saja menangis.     

Yoga menyerahkan buket mawar itu pada Giana, namun wanita itu langsung menjatuhkannya ke lantai. Yoga berlutut di depan Giana dan memohon, "Istriku, aku salah. Tolong maafkan aku!"     

Yoga bukan orang yang suka merendah. Bahkan dalam beberapa hubungan terakhirnya, hanya wanita yang berlutut padanya, sementara dia tidak pernah berlutut untuk wanita. Dalam kapasitasnya sebagai tuan muda keluarga Liono, Yoga tidak perlu butuh bertindak seperti itu.     

Kali ini, tidak dengan pernikahannya dan Giana. Dia masih harus bergantung pada Giana dan anak di perut wanita itu untuk melindungi dirinya. Dia bahkan memiliki rencana tidak bermoral untuk lima belas tahun ke depan. Jadi, dia harus membujuk Giana.     

Giana memandang Yoga dengan marah dan memaki, "Yoga, ternyata kebaikanmu selama ini padaku hanyalah kebohongan! Kamu bahkan memiliki simpanan seorang bintang kecil seperti itu! Aku sudah salah karena mempercayaimu!"     

Giana melemparkan bantal ke kepala Yoga. Yoga juga tidak menghindar.     

"Aku bajingan! Aku binatang! Kamu boleh memukulku dan memarahiku, asalkan kamu bisa memaafkanku," jawab Yoga, "Istriku, kemarin aku bertemu dengannya hanya untuk menyelesaikan hubunganku dengannya dan tidak ingin menemuinya lagi seumur hidupku. Dia mengamuk karena merasa sudah dipermalukan. Itu sebabnya dia berbuat seperti ini padaku. Giana, aku berjanji. Aku tidak akan pernah menyentuh wanita lain di masa depan!"     

Yoga memohon begitu lama pada Giana. Giana juga tidak berniat untuk secara tegas menceraikan Yoga. Ditambah lagi dengan tekanan dari keluarga Wangsa, maka dia hanya bisa memaafkan Yoga. Namun, meskipun dia memaafkan Yoga, cintanya pada Yoga telah sangat berkurang. Selain itu, sesudah dikecewakan Yoga, Giana memikirkan Sean lagi...     

————     

Pada saat yang sama, ketika acara pernikahan Yoga dalam kekacauan dan hubungannya dengan Giana rusak, Chintia diam-diam datang ke gedung Best Express yang merupakan perusahaan pengiriman paket kilat terbesar kedua di Indonesia.     

Chintia hendak melamar untuk sebuah posisi di sini. Orang-orang setingkat Chintia biasanya tidak perlu bertemu dengan bagian personalia dan bisa bertemu langsung dengan presiden direktur atau wakilnya. Karena Presiden direktur Best Express sedang tidak berada di Banten, kali ini Chintia membuat janji dengan Wenardi Hendarto selaku wakil presiden direktur.     

Sebelum Chintia dan Wenardi bertemu, wakil presiden direktur perusahaan Best Express lainnya, Anthony Tantra, yang juga menjabat sebagai sekretaris dewan direksi, diam-diam menghubungi Yoga di kantornya.     

"Yoga."     

"Paman Anthony."     

Keduanya memiliki hubungan dekat karena Anthony meninggalkan Secepat Kilat Express dan berada di bawah naungan kakek Yoga.     

Kemarin, Yoga menebak bahwa Chintia akan mendatangi pesaing mereka, Best Express, untuk melamar pekerjaan. Jadi, dia lebih dulu menyapa wakil presiden direktur Best Express, Anthony Tantra. Karena itu, selama Chintia melamar pekerjaan di sana, dia tidak akan diterima.     

Anthony melapor, "Yoga, Chintia benar-benar datang. Paman tidak berencana untuk bertemu dengannya, tapi Wapresdir Wenardi bersikeras untuk bertemu dengannya."     

"Wenardi Hendarto? Apa Paman tidak memberitahunya bahwa Chintia adalah orang yang sedang bermasalah denganku?" tanya Yoga yang merasa kesal, "Apa maksud pria tua yang tidak lulus perguruan tinggi itu?"     

Meskipun Secepat Kilat Express dan Best Express adalah saingan, mereka harus saling menghargai. Hal-hal yang harus diperjuangkan di bidang bisnis pasti akan diperjuangkan. Hanya saja, Chintia bahkan bukan orang yang berbakat di industri logistik sehingga seharusnya Best Express tidak memerlukannya.     

Anthony menjelaskan, "Paman sudah menyampaikan padanya dan memberikan Bentley pemberianmu padanya, tapi dia tetap tidak mau dengar. Sepertinya Wenardi sangat menyukai si Chintia ini. Paman merasa sepertinya kemungkinan dia ingin menerimanya!"     

Yoga mendengus dingin. "Aku tidak percaya Wenardi berani menyinggung kakekku dan bersikeras untuk mempertahankan Chintia! Bahkan Presdir kalian saja tidak berani menyinggung kakekku! Katakan padanya, jika sampai dia berani menerima si wanita bernama Chintia itu, maka kami keluarga Liono pasti tidak akan melepaskannya!"     

———     

Sepuluh menit kemudian, Chintia muncul di kantor Wenardi dengan setelan profesional. Saat Chintia muncul, Wenardi menelan ludah dengan penuh semangat. Siapa pun dapat melihat apa yang dipikirkan Wenardi tentang Chintia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.