Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Hutan Pertempuran Roh (2)



Hutan Pertempuran Roh (2)

3Qiao Chu melakukannya sesuai perintah Jun Wu Xie dan setelah itu botol tersebut berkeliling dan semua orang bergantian ikut melakukannya.     

Jun Wu Xie berbaring di dahannya setelah itu dan kucing hitam kecil berbaring di atas kepalanya, ekor berbulunya menggantung di dahan, berkibas ke depan dan ke belakang.     

"Miauw."     

[Hutan ini agak mirip dengan tempat itu.]     

Mata Jun Wu Xie memicing mengingat kenangan itu. Ia menghabiskan sepuluh tahun hidupnya di masa lalu di dalam kurungan iblis itu yang terletak di tengah hutan lebat persis seperti ini, di antah berantah, dikelilingi oleh kesunyian.     

Menolak untuk memikirkan masa lalunya lagi, Jun Wu Xie perlahan menutup matanya.     

Ketika cahaya matahari pertama menyinari puncak pepohonan, sebuah teriakan memecah kesunyian di udara, menyebabkan kawanan remaja yang tertidur pulas di dahan pohon yang tinggi tersentak kaget dan terbangun.     

Teriakan itu semakin dekat dan daun-daun di pohon mulai bergemerisik.     

"Roh binatang buas?" Fei Yan tiba-tiba duduk. Auman garang yang memekakkan telinga kemudian menggelegar di telinga mereka.     

Fan Jin sudah duduk tegang di dahan pohonnya dan wajahnya mengerut bingung. "Kita masih di tepi hutan dan seharusnya tidak ada roh binatang buas tingkat tinggi di area ini."     

Begitu Fan Jin menyelesaikan kalimatnya, beberapa sosok yang compang camping berlari ke arah tanaman liar. Ada total tujuh belas orang dan mereka mengenakan seragam Akademi Angin Semilir. Saat ini, mereka sudah kehilangan penampilan agung yang diperlihatkan dari awal sebagai murid Akademi Angin Semilir yang disegani. Wajah mereka kini berlumur kotoran dan pakaian mereka tercabik-cabik. Beberapa dari antara mereka memiliki luka dan darah mereka meninggalkan noda merah di pakaian. Namun mereka kelihatannya tidak menyadari luka di tubuh mereka karena mereka semua berlari tunggang langgang menyelamatkan diri.     

Kawanan pemuda itu sudah kehabisan napas karena berlari ketakutan dan mereka semua bersembunyi dengan punggung mereka bersandar ke pepohonan, terlalu lelah untuk melangkah lebih jauh.     

Berikutnya, segerombolan besar anjing hutan terlihat, mengikuti jejak bau darah. Perhitungan cepat menunjukkan setidaknya ada lebih dari tiga puluh serigala di dalam gerombolan itu!     

Anjing hutan adalah roh binatang buas yang memiliki tingkatan paling rendah dan mereka lebih kecil daripada serigala dan juga tidak memiliki kekuatan serangan yang dahsyat. Berhadapan dengan seekor anjing hutan, selama roh cincin seseorang sudah bangkit, mereka akan dapat mengalahkan binatang itu tanpa kesulitan berarti. Tetapi anjing hutan adalah roh binatang buas yang suka berkelompok dan mereka selalu bergerak bersama di dalam kelompok berjumlah setidaknya tiga atau empat dan jumlah itu bisa naik hingga ratusan dalam satu kelompok. Setiap kelompok selalu dikepalai oleh satu ketua ketika berburu mencari makanan.     

Satu ekor anjing hutan dapat dikalahkan dengan mudah, tetapi ketika jumlah anggota di dalam kelompok banyak, kekuatan serangan mereka dapat menjadi berkali lipat.     

Anjing hutan dengan badan yang lebih kecil berarti kaki mereka lebih tangkas. Mereka diwarisi dengan kecerdikan dan mereka mengkoordinasikan serangannya ketika mereka berburu.     

Tim yang berlari tunggang langgang ini kurang beruntung. Mereka meraba-raba menelusuri hutan lebat di malam hari dan karena kurangnya indera penglihatan, mereka tersesat dan menyimpang jauh. Mereka tidak sengaja bertemu dengan kawanan anjing hutan ini ketika kelompok pemuda ini sudah kelelahan akibat menyusuri hutan sepanjang malam melewati medan yang sulit dan tanaman lebat. Ketika mereka mendadak diserang oleh sekawanan anjing hutan, banyak di antara mereka yang panik dan lari menyelamatkan diri. Untung saja, mereka memiliki beberapa senior di kelompok yang bisa berpikir lebih baik, dan itu menuntun mereka lari ke sini.     

Tetapi para senior itu kebanyakan sekarang terluka dan anjing hutan itu tak menyerah dan terus mengejar mangsa mereka dengan agresif.     

"Sial. Kita dikejar oleh segerombolan anjing hutan." Seorang senior yang tangannya digigit anjing hutan berkata, seraya darah mengucur dari keempat luka dalam yang telah diikat kencang dengan sehelai kain yang disobek dari pakaiannya.     

"Aku … aku tidak bisa lari lagi." Salah satu pemuda itu berkata, terengah-engah kehabisan napas, dan bersandar di pohon.     

"Zi Mu! Kita tidak bisa berhenti!" Seorang senior yang terluka berteriak, menggertakkan giginya menahan rasa sakit.     

Pikiran Li Zi Mu benar-benar kosong, dan kakinya mulai kram karena ketegangan yang ia rasakan setelah mengerahkan segala tenaga untuk menyelamatkan diri, dan wajahnya dipenuhi keputusasaan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.