Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Perjamuan di Istana (1)



Perjamuan di Istana (1)

2Malam pun tiba, dan Ibu Kota Kekaisaran Negeri Yan diterangi dengan cahaya lampion. Kerlap-kerlip lilin yang bersinar, mengusir kegelapan malam yang menyelimuti kota makmur itu.     

Dua kereta kuda milik Akademi Angin Semilir perlahan berjalan dari Penginapan Para Dewa, ke pintu gerbang Istana Kekaisaran.     

Ketika mereka melewati jalan-jalan, ada banyak pemuda dari berbagai akademi yang belum pulang dan mereka berhenti untuk mengintip rombongan itu. Sebelum Turnamen Pertempuran Roh dimulai, tak ada yang menyangka bahwa Akademi Angin Semilir yang kelihatannya sedang merosot, akan berlaga dengan menakjubkan di Turnamen Pertempuran Roh. Ketenaran Akademi Angin Semilir kini telah menanjak, membuat orang merasa mereka akan mengungguli Akademi Penumpas Naga dan Akademi Bendera Perang, untuk meraih posisi puncak sebagai akademi paling elite.     

Istana Kekaisaran dipenuhi dengan hiasan lampion dan bendera warna-warni, untuk menyambut kesepuluh individu berbakat yang unggul di Turnamen Pertempuran Roh tahun ini, di mana di semua tempat di dalam istana dihias dengan begitu meriah.     

Kereta kuda dari akademi lain berhenti di depan pintu gerbang istana. Di antara kesepuluh peringkat terbaik, selain Akademi Angin Semilir yang sudah mengambil enam posisi, Akademi Bendera Perang dan Akademi Penumpas Naga masing-masing mengambil dua posisi. Kesepuluh remaja itu telah tiba di pintu istana hampir bersamaan. Keempat murid Akademi Penumpas Naga dan Akademi Bendera Perang mengenakan pakaian yang begitu megah, jelas tampak khusus berdandan. Mereka semua berdiri di bawah langit malam, kepala mereka terangkat untuk melihat pintu istana yang menjulang megah, mata mereka begitu terpesona.     

Mereka berenam, Jun Wu Xie dan kawan-kawan, masih mengenakan seragam Akademi Angin Semilir karena mereka tidak memiliki pakaian lain.     

Namun ketika enam sekawan ini muncul, sikap murid Akademi Penumpas Naga dan Bendera Perang segera menjadi lemah, keangkuhan mereka segera sirna.     

Kekuatan yang dimiliki keenam remaja ini adalah pakaian terbaik yang dapat mereka kenakan dan tanpa memerlukan perhiasan lain, mereka sudah terlihat seperti monster yang turun dari langit yang mengungguli semua orang!     

Kasim Istana Kekaisaran memandu kesepuluh remaja itu masuk ke dalam. Negeri Yan memang sebuah negeri yang paling makmur. Setiap bagian di dalam istana terlihat mewah dan megah. Walaupun keempat murid Akademi Penumpas Naga dan Bendera Perang berusaha untuk menyembunyikan rasa kagum mereka, mata yang memperlihatkan hasrat menggebu-gebu tidak meredup sedikit pun.     

Jun Wu Xie dan kawan-kawan di sisi lain begitu tenang dan terkendali. Jun Wu Xie adalah Nona Muda Istana Kekaisaran dan ia tidak asing dengan istana kekaisaran. Istana Kekaisaran Kerajaan Qi seperti taman di paviliunnya sendiri di mana ia bisa datang dan pergi sesukanya.     

Walaupun Qiao Chu dan yang lain sudah cukup lama hidup miskin, tetapi mereka tumbuh besar di Dua Belas Istana dan kemewahan di Dunia Tengah adalah sesuatu yang tak dapat ditandingi Dunia Bawah.     

Setelah melalui setengah perjalanan di dalam istana, mereka akhirnya tiba di ruang perjamuan. Di dalam ruang perjamuan, tempat duduk mereka telah diatur dan dialokasikan dan mereka tidak datang terlalu cepat karena sudah ada orang-orang yang duduk menunggu di sana.     

Keempat pangeran Negeri Yan hadir dan di samping mereka, ada orang-orang dari Kota Seribu Monster, termasuk di dalamnya, Xiong Ba, Feng Yue Yang, Qing Yu dan Qu Ling Yue yang semua duduk resmi, dengan punggung tegak di kursi mereka. Xiong Ba telah bertemu dengan Jun Xie di hari mereka mengeluarkan Jun Xie dari penjara dan sekarang ia melihat Jun Xie sebagai pemuda tampan yang menderita karena ketidakadilan. Xiong Ba melihat Jun Xie masuk dan ia mengangguk pada pemuda itu dengan senyuman di wajahnya.     

Qu Ling Yue menatap Jun Xie dengan wajah sangat malu di mana ia hanya bisa tersenyum singkat sebelum menundukkan kepalanya karena ia tidak berani menatap Jun Xie setelah itu.     

Jun Wu Xie yang lain pergi ke tempat duduk mereka dan menikmati musik yang mengalun di Istana Kekaisaran, ditemani dengan para pelayan istana yang menyajikan buah-buahan segar dan anggur. Semua orang menikmati saat itu dengan tenang sambil menunggu acara perjamuan dimulai.     

Lei Chen menatap Jun Xie, senyumnya yang lebar menunjukkan kegembiraannya saat itu. Lei Chen tahu betul bahwa Lei Fan yang saat ini duduk di sebelahnya sedang digerogoti rasa cemburu dan sangat geram dengan senyum lebarnya dan tangannya di bawah meja akan meninggalkan bekas cakaran yang dalam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.