Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Jamuan Makan Malam (11)



Jamuan Makan Malam (11)

3Lei Chen merasa agak bingung, tidak tahu persis apa yang terjadi karena situasi kelihatannya sedikit berbeda dengan apa yang ia pikirkan.     

Lei Yuan kembali ke kursinya tanpa mengatakan apa pun. Kali ini, tatapan yang ia lemparkan pada Jun Xie tidak lagi melecehkan atau menghina.     

Acara sudah dimulai dan para penari meluncur di tengah sorak-sorai yang gaduh, mengayunkan pinggul mereka yang ramping dengan gerakan anggun dan putaran indah, bibir mereka menyunggingkan senyuman lembut. Pemandangan berbunga itu sepenuhnya memikat para pemuda dengan pikiran yang belum matang. Mereka menikmati makanan dan anggur yang disediakan di perjamuan itu, tersihir dan mabuk kepayang dengan kemegahan dan kemeriahan pesta di Kediaman Putra Mahkota, banyak di antara mereka yang tergoda dengan kemewahan itu dan pikiran mereka mati rasa dengan kenikmatan sesaat itu. Acara perjamuan yang diselenggarakan Lei Chen kali ini telah menggoda hati banyak murid, membuat mereka tamak dan penuh hasrat.     

Mencicipi sedikit kekayaan Putra Mahkota Negeri Yan, mereka membandingkan situasi itu dengan kehidupan mereka sekarang yang semakin membuat mereka tergoda dan mendambakan semua itu.     

Qiao Chu dan yang lain tidak terlalu tertarik dengan anggur, dan makanan lezat yang dihidangkan tidak dapat membangkitkan selera makan mereka yang hanya membuat mereka semakin mengidamkan masakan Ye Mei.     

Lei Chen selalu tersenyum, puas dengan semua mata murid-murid yang memandang iri dan mendamba. Itu adalah hasil yang ia harapkan. Tanpa mengabaikan apakah mata itu milik orang-orang yang ingin ia dekati, ia ingin memamerkan pada mereka semua apa yang dimiliki oleh Putra Mahkota. Lei Chen tahu betul pemuda di usia remaja adalah yang paling lemah terhadap godaan kemewahan.     

Ia tanpa sadar berputar menatap Jun Xie tetapi ia tidak melihat apa yang diharapkannya di wajah Jun Xie. Ia hanya duduk diam di kursinya, matanya menunduk, seolah tidak peduli dengan semua kericuhan di sekitarnya. Matanya begitu jernih dan dingin, terisolasi dari yang lain, kelihatan tidak bisa melebur menjadi bagian dari keramaian di Kediaman Putra Mahkota saat itu.     

Para murid Akademi Penumpas Naga, tidak berusaha untuk mencari masalah dengan Akademi Angin Semilir seperti yang sudah diduga Lei Chen dan itu membuatnya gagal melakukan aksinya. Acara jamuan makan yang telah direncanakan susah payah walaupun membuat semua orang bersorak-sorai, tetapi sayangnya, semua orang itu tidak termasuk Jun Xie, satu-satunya orang yang paling ingin ia dekati.     

Teknik Penyembuhan Roh Gu Li Sheng telah mengguncang dunia dan Lei Chen sebelumnya menyuruh orang mendekati Gu Li Sheng, untuk mencoba mengundangnya ke Negeri Yan, menjadi bagian dari fraksinya. Namun, Gu Li Sheng langsung menolak tawaran itu. Teknik Penyembuhan Roh Gu Li Sheng juga sekaligus menjadi senjatanya dan bahkan Lei Chen tidak berani memaksa Gu Li Sheng untuk tunduk padanya. Maka, ia telah mengincar Jun Xie sekarang.     

Tetapi ….     

Sepertinya tidak ada yang menarik minat bocah kecil itu. Walaupun ia tidak mempermalukan Lei Chen … ia juga tidak menunjukkan reaksi positif.     

Ini adalah pertama kalinya Lei Chen merasa tak berdaya dan tak menentu bagaimana ia harus bergerak untuk mengejar sasarannya. Frustrasi karena dirinya belum bisa memenangkan hati Jun Xie, bahkan anggur yang melewati lidahnya terasa sedikit hambar, menjadi tawar dan membosankan.     

Acara jamuan itu semakin meriah dan Pangeran Ketiga dan Keempat yang seharusnya hadir masih belum muncul. Bahkan ketika acara jamuan makan itu selesai, kedua orang itu juga tidak datang.     

Sepanjang acara jamuan makan berlangsung, Lei Chen berusaha untuk berbicara dengan Jun Xie tetapi ia tidak diberi kesempatan. Kepala Jun Xie tidak pernah sekali pun terangkat dan ia tidak mengucapkan satu patah kata pun sepanjang acara dan Lei Chen tidak memiliki pilihan lain selain menyerah, berpaling untuk mengobrol dengan Qu Ling Yue yang lebih ramai.     

Malam semakin larut, dan di Kediaman Putra Mahkota yang terang benderang, jamuan makan malam akhirnya tiba di penghujung acara. Banyak pemuda yang masih belum puas bersenang-senang ketika mereka berjalan keluar dari tempat yang meriah, berjalan dengan langkah berat keluar dari Kediaman Putra Mahkota, wajah mereka merona karena anggur yang memabukkan, banyak di antara mereka yang melihat ke belakang dengan perasaan mendamba setiap beberapa langkah, menatap istana yang mereka tinggalkan.     

Di sisi lain, pemuda dari Akademi Angin Semilir pergi tanpa menoleh sekali pun. Di bawah kerumunan murid-murid yang enggan pergi, tak ada yang menyadari bahwa seekor kucing hitam kecil tiba-tiba menyelinap ke dalam tangan Jun Wu Xie.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.