Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Tamparan Kedelapan (3)



Tamparan Kedelapan (3)

1Nangong Xu tiba-tiba jatuh ke lantai dan darah menyembur keluar dari mulutnya sementara matanya menatap Gu Ying yang tersenyum lebar padanya.     

"Orang yang tahu terlalu banyak akan selalu tidak bisa hidup lama. Bukankah kau setuju? Senior Nangong?" Gu Ying bertanya, tersenyum pada Nangong Xu, mengamati pria itu mengembuskan napas terakhirnya. Gu Ying kemudian mengangkat kepalanya dan menatap tangannya yang berlumuran darah, ujung mulutnya naik semakin tinggi. Ia berputar menghadap Ning Rui.     

"Aku tidak menyangka ada orang di Akademi Angin Semilir yang dapat mengenali jalan menuju ke Tebing Kaki Surga. Sepertinya hal ini tidak bisa ditunda lebih lama lagi."     

Ning Rui menganggukkan kepalanya. Fakta bahwa Nangong Xu bahkan tahu mengenai Tebing Kaki Surga sangat mengejutkan bagi Ning Rui dan untuk mencegah orang lain mengetahui hal ini, Ning Rui tidak memiliki pilihan lain tetapi menjawab, "Aku akan segera membuat pengumuman bahwa semua murid Akademi Angin Semilir harus segera pergi."     

Gu Ying menganggukkan kepalanya, puas dengan jawaban Ning Rui.     

"Mereka akan tiba tidak lama lagi. Mereka seharusnya bisa sampai di sini sebelum kita bergerak pergi."     

Memanfaatkan murid-murid Akademi Angin Semilir adalah salah satu cara yang mereka ambil untuk menjelajahi dasar Tebing Kaki Surga. Gu Ying tahu jelas, dengan sekumpulan murid muda, tidak akan cukup untuk menjelajahi medan di bawah sana dengan akurat dan ia telah mengatur beberapa orang dari pihaknya untuk pergi bersamanya, tetapi tugas untuk membuka jalan akan dilakukan oleh murid-murid Akademi Angin Semilir.     

Niat Gu Ying dalam ekspedisi ini adalah menggunakan nyawa begitu banyak murid Akademi Angin Semilir untuk keperluannya, perlahan menemukan jalan ke dasar Tebing Kaki Surga!     

Ning Rui mengangguk dan langsung memanggil Gong Cheng Lei yang berjaga di luar untuk menyampaikan pesan ini. Mata Nangong Xu masih membelalak lebar, mungkin terkejut hingga saat kematiannya, tidak menyangka ia akan dibunuh oleh tangan seorang pemuda yang masih remaja.     

Waktu yang sudah ditetapkan tiba-tiba dipercepat dan banyak murid Akademi Angin Semilir yang mulai protes dengan berbisik. Di bawah pemerintahan Ning Rui yang sekarang, tidak seorang pun di antara mereka berani mengungkapkan keluh kesah mereka. Dalam waktu empat jam, semua murid Akademi Angin Semilir sudah siap dan berkumpul di lapangan di depan gerbang Akademi Angin Semilir. Ketika mereka menatap barisan kereta kuda, para pemuda itu melihat perjalanan mereka menuju ke pelatihan akan dimulai.     

Ning Rui sudah mengatur orangnya untuk menunggu di gerbang utama, dan mereka hanya menunggu para guru dari masing-masing fakultas untuk melengkapi kelompok dan mereka akan keluar segera setelah itu.     

Namun, tepat ketika para guru melaporkan jumlah mereka pada Ning Rui, suara derap tapak kaki terdengar di telinga semua orang dari kejauhan.     

Saat itu hari sudah senja dan para murid melindungi mata mereka ketika memandang ke arah kilauan cahaya hangat yang berwarna jingga kemerahan menyinari dataran di hadapan mereka. Sebuah kereta kuda berderap mendekat di bawah langit jingga, dan di bawah pandangan yang menanti, kereta itu berhenti tepat di depan gerbang Akademi Angin Semilir yang megah.     

Kereta kuda itu biasa saja, dan kusir yang bertubuh tinggi bukan seseorang yang mereka kenal. Para murid yang berkumpul di depan gerbang Akademi Angin Semilir tidak dapat menahan diri untuk tidak menjulurkan leher mereka untuk melongok dan mengintip, begitu penasaran mengapa sebuah kereta kuda tiba-tiba muncul di gerbang mereka di saat seperti ini.     

Kereta kuda itu sepertinya bukan milik Akademi Angin Semilir. Gerbongnya satu ukuran lebih besar dari milik Akademi Angin Semilir, dan tidak ada simbol akademi di pintunya.     

Ning Rui memalingkan kepalanya untuk melihat. Mereka baru saja hendak pergi ke Tebing Kaki Surga dan ia tidak ingin ada insiden tak diinginkan yang timbul.     

Dengan semua mata memandang kereta kuda itu, sosok yang tinggi dan anggun bergerak perlahan, melangkah keluar dari gerbong. Ketika wajah sosok itu dilihat oleh semua orang yang ada di sana, seluruh murid Akademi Angin Semilir tiba-tiba menganga terkejut di saat yang bersamaan!     

Melangkah keluar dari kereta kuda, tidak lain dan tidak bukan adalah seseorang yang sudah lama menghilang, Fan Zhuo!!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.