Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Akhirnya Merindukanku? (2)



Akhirnya Merindukanku? (2)

2Mata Jun Wu Xie berkedip beberapa kali, tetapi ia tak bersuara dan hanya menyerahkan diri sepenuhnya ke dalam pelukan Jun Wu Yao, persis seperti hewan kecil yang terluka, mencari kenyamanan dari aroma yang familiar.     

Senyum Jun Wu Xie di wajahnya membeku sesaat. Jun Wu Xie yang tiba-tiba menaruh kepercayaan padanya membuat Jun Wu Yao sesaat tidak tahu harus berbuat apa. Sepasang tangan kecil itu mencengkeram pakaiannya erat-erat, tubuh Jun Wu Xie yang rapuh ditekan ke dada bidang pria itu, kedua sosok itu hanya berpelukan.     

Mereka berdiri cukup dekat hingga Jun Wu Yao dapat mendengar suara napas yang naik turun di dadanya.     

Setelah terpaku untuk sesaat, Jun Wu Yao mempererat cengkeraman tangannya dan menarik Jun Wu Xie lebih dekat. Senyum di wajahnya semakin lebar, dan ia meletakkan dagunya di kepala Jun Wu Xie, bergumam pelan, persis seperti anak kecil yang merajuk.     

"Apakah kau ditindas? Jangan khawatir, kakakmu di sini sekarang. Dengan Kakakmu di sini, tak ada yang dapat mempermainkanmu walau hanya sedikit."     

Satu tangan mendekap Jun Wu Xie di pinggangnya, memeluknya dari dekat, dan tangan satunya perlahan membelai rambut ikal Jun Wu Xie yang lembut. Suara yang dalam dan lembut itu begitu memikat, dan siapa pun akan tersihir hanya dengan mendengar suara itu.     

Kepala Jun Wu Xie yang bersandar di dada Jun Wu Yao bergeleng mengingkarinya, tetapi ia tak mengatakan apa pun.     

Ia tidak diperlakukan tidak adil dan tidak ada yang mempermainkannya. Ia hanya rindu pada rumah ….     

Ia merindukan kampung halamannya, tetapi ia tidak bisa kembali.     

Jun Wu Yao tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan selain memeluknya erat. Ia tak tahu mengapa gadis kesayangannya begitu manja kali ini, tetapi ia sangat menyukai perasaan ini.     

Ia tak keberatan Jun Wu Xie lebih berserah padanya.     

Pemandangan kedua sosok yang terjalin dalam sebuah pelukan di bawah sinar matahari yang turun berkilauan dari celah dedaunan lebat untuk sesaat, seolah mereka hanya berdua di situ.     

Semua orang di sekeliling perkemahan menahan napas mereka, tidak sadar takut akan menodai dan mengganggu kedamaian dan suasana harmonis itu.     

Mata Qiao Chu terbuka lebar tak bisa percaya seraya menatap Jun Wu Yao yang memeluk Jun Wu Xie erat-erat, matanya menunjukkan kekagetan luar biasa.     

Jarinya yang gemetar menunjuk ke dua sosok itu sementara wajahnya yang begitu terkejut menoleh ke arah Hua Yao, yang juga terlihat penasaran selain terkejut.     

[Sial! Siapa itu!? Ia berani memeluk Xie Kecil seperti itu! Apakah dia sudah bosan hidup!?]     

[Mengapa Xie Kecil membiarkan dirinya ditahan seperti ini? Aku juga mau! Tetapi aku bahkan tak berani mencobanya! ARRRGH!]     

Hua Yao tidak menjawab, masih belum pulih dari rasa terkejutnya, karena adegan di depan mata mereka agak sulit untuk dicerna.     

Hanya ekspresi Rong Ruo yang sedikit aneh.     

Jun Wu Xie berbaring di dalam dekapan Jun Wu Yao, memanjakan diri dengan sosok yang familiar yang menenangkan semua kegelisahan dan kecemasan yang tersembunyi di balik wajahnya yang dingin dan kaku.     

Ia mungkin bisa menyelesaikan perjalanannya sendiri, tetapi ia terlalu menikmati kasih sayang keluarga yang ia dapatkan setelah begitu banyak kesulitan.     

Sedikit mengendurkan tangannya, Jun Wu Yao menarik dirinya dari sosok kecil yang menyandarkan diri di dadanya, menyisakan jarak kecil di antara mereka. Sedikit kekurangan oksigen membuat wajah kecil Jun Wu Xie merona merah. Itu membuat Jun Wu Xie terlihat malu-malu dan melihat itu membuat hati Jun Wu Yao terasa seolah cakar kucing baru saja menggaruk hatinya, begitu merindu.     

"Jujur saja, apakah kau merindukanku?" Jun Wu Yao berbicara dengan suara rendah, tangannya bergantung di pinggul Jun Wu Xie, tak membiarkannya membuat jarak lebih besar.     

Hidung Jun Wu Xie sedikit merah, dan ia mengangkat satu jarinya menunjuk hidungnya dan mengangguk tanpa sadar.     

Ia merindukan rumah.     

Jun Wu Yao merasa mulutnya penuh dengan madu, dan hatinya hangat. Ia langsung menarik Jun Wu Xie kembali ke dalam pelukannya yang hangat.     

Namun ….     

Bersembunyi di balik bayangan selama ini, Ye Sha mengamati semua ini dengan diam. Dengan wajahnya yang sangat kaku dan serius, tak ada yang memiliki ide apa yang sedang dipikirkannya. Tetapi ia tiba-tiba berkata pada dirinya sendiri, "Kapan Tuanku akan belajar, tidak dapatkah ia melihat bahwa reaksi Nona Muda seperti itu karena ia merindukan rumah? Bukan seperti yang dipikirkan Tuanku! Tuanku! Cepat sadar!"     

Saat ia menyelesaikan kalimatnya, Ye Sha menjadi kaku. Ia segera menutup mulutnya dengan tangannya, matanya dipenuhi kebingungan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.