Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Hancur dan Jatuh (1)



Hancur dan Jatuh (1)

0Xiong Ba tertegun beberapa saat. Ia tidak mengatakan apa-apa lagi namun hanya membungkukkan punggungnya dan memberi hormat pada Fan Zhuo.     

Ketika Qiao Chu dan yang lain tiba di Ruang Awan Surgawi, Jun Wu Xie sedang merawat luka Qu Ling Yue dan ketika pemuda itu melihat gadis bertubuh kurus dan pucat tergeletak di atas tempat tidur, mereka semua kompak tidak membuka mulut supaya tidak mengganggu Jun Wu Xie yang sedang merawat luka Qu Ling Yue.     

Mereka semua berpikir bahwa apa yang dialami Qu Ling Yue sangat menyedihkan namun ketika mereka benar-benar melihat keadaan Qu Ling Yue sekarang, mereka menyadari bahwa apa yang dialami gadis itu jauh lebih buruk dari yang dapat mereka bayangkan.     

"Aku berpikir …. Aku mungkin tidak begitu membenci Qu Wen Hao lagi." Qiao Chu berkata, menggosok hidungnya.     

Pengkhianatan tidak bisa ditoleransi, namun ketika Qu Wen Hao dipaksa menyaksikan putrinya sendiri dipermalukan dengan cara seperti itu, ia pasti telah kehilangan akal sehatnya, dan ia hanya membuat sebuah pilihan yang dapat dilakukan seorang ayah pada waktu itu.     

"Aku harap ia akan sembuh total." Rong Ruo berkata dengan wajah berkerut, matanya penuh dengan simpati.     

Siang dan malam, Jun Wu Xie duduk di tepi ranjang Qu Ling Yue, ia tidak pernah berhenti merawat luka Qu Ling Yue. Hingga keesokan hari di waktu sore, ketika sinar matahari senja masuk melalui jendela, mata Qu Ling Yue yang tak sadarkan diri akhirnya terbuka.     

Apa yang dilihat matanya bukan lagi sel penjara yang gelap dan lembab, namun sebuah kamar dengan dekorasi indah, dan aroma rempah yang samar tercium di udara dan rasa sakit di tubuhnya seakan sirna.     

[Apakah ini sebuah mimpi?]     

Qu Ling Yue berkedip, menatap kain sutra yang dihamparkan di atas ranjang.     

"Kau sudah bangun." Sebuah suara yang sedikit serak terdengar di telinga Qu Ling Yue berasal dari pinggir.     

Hati Qu Ling Yue melompat, sedikit menggeliat sambil memutar kepalanya. Sikap Jun Wu Xie yang dingin muncul di matanya.     

"Jun Xie …." Qu Ling Yue langsung merasakan wajahnya menjadi panas.     

[Mengapa Jun Xie ada di sisi ranjangnya?]     

Merasa panik, Qu Ling Yue ingin membenamkan kepalanya di dalam selimut tetapi ketika ia mengangkat tangannya dan mencoba menarik selimut, rasa sakit yang tajam tiba-tiba terasa di pergelangan tangannya.     

Ia melihat dengan jelas bahwa kedua tangannya, terbungkus dengan lilitan perban, warnanya yang putih bersih begitu kontras dengan luka dan memar di sepanjang lengannya, dan seperti petir yang menggelegar, membangunkan dirinya dari mimpi indahnya!     

Malam-malam panjang penuh teror dan siksaan, kenangan akan adegan yang tak terbayangkan itu, membuncah di dalam benaknya. Matanya membelalak lebar, ingatan menakutkan yang mendorongnya ke dalam jurang keputusasaan, langsung membuat tubuhnya terasa dingin bagai ditenggelamkan ke dalam danau yang membeku!     

"AAhh!!!"     

[Itu bukan mimpi!]     

[Semua itu nyata!]     

Emosi Qu Ling Yue naik turun begitu drastis sekali lagi dan ia berjuang dalam kebingungan berusaha untuk duduk, membungkus dirinya rapat-rapat di dalam selimut, tak mau menatap Jun Xie sekali lagi!     

"Pergi! Pergi saja!" Seperti binatang kecil yang terluka, Qu Ling Yue tidak ingin melihat siapa pun, terutama Jun Xie.     

Ia telah menjadi seperti ini. Begitu kotor …. begitu menjijikkan ….     

Ia tidak ingin Jun Xie melihatnya dalam keadaan menyedihkan seperti ini. Ia lebih baik mati di dalam penjara itu, daripada membiarkan orang yang sangat ia dambakan di dalam hatinya melihatnya seperti ini.     

Jun Wu Xie terlihat bingung menatap Qu Ling Yue. Awalnya, emosi Qu Ling Yue sudah pulih normal, namun dalam sekejap, ia telah meleleh dan hancur lagi, teriakan tak berdaya keluar dari mulutnya, begitu menyedihkan untuk didengar.     

Kening Jun Wu Xie mengerut dan Qu Ling Yue tak berhenti meronta hingga lukanya yang baru saja diperban terbuka lagi dan darah merembes melalui perban itu, terlihat noda darah merah yang segar.     

"Jangan lihat aku … aku mohon … jangan … jangan lihat aku …." Qu Ling Yue memohon dengan isak tangis seraya membenamkan kepalanya di dalam selimut, seluruh tubuhnya bergetar ketakutan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.