Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Dengki (3)



Dengki (3)

1Pemimpin yang ingin membela Kaisar kecil mundur.     

Kaisar kecil terus menatap dengan matanya yang besar dan lugu, sama sekali tidak menyadari kejamnya dunia ini.     

Kaisar Negeri Kondor menatap Kaisar kecil dengan mata bulan sabitnya sambil tersenyum dan berkata, "Apa yang bisa kau berikan, aku tidak peduli. Namun jika kau benar-benar ingin menyelamatkan kakakmu, kau lihat belanga besar berisi air merah di sana?"     

Kaisar kecil menoleh melihat belanga itu dan dengan gemetaran, ia berpaling kembali dan mengangguk pada Kaisar Negeri Kondor.     

"Kau hanya harus duduk di dalam situ, dan aku akan menyelamatkan kakakmu." Kaisar Negeri Kondor berkata sambil tertawa memperdaya.     

Kaisar kecil itu tertegun.     

Pemimpin lain di samping benar-benar tidak sanggup lagi melihat. Mereka ingin meminta Kaisar kecil pergi tetapi prajurit Negeri Kondor di belakang mereka sudah meletakkan tangan mereka di pedang yang tergantung di pinggang mereka, dan begitu ada yang berbicara, darah akan langsung tertumpah di tempat.     

Menahan keinginan mereka, mereka ingin menolong Sang Kaisar kecil, namun hati mereka tidak cukup kuat untuk melakukannya.     

Mereka hanya bisa berdoa di dalam hati mereka, Kaisar kecil tidak akan benar-benar percaya kebohongan yang dimuntahkan oleh ular berbisa itu.     

Kaisar kecil hening cukup lama, dan ia menatap belanga yang dipenuhi dengan cairan merah dengan bibir tegang.     

"Apakah kau mengatakan kebenaran padaku?" Kaisar kecil akhirnya berbicara setelah terdiam cukup lama.     

Kaisar Negeri Kondor tersenyum lebar padanya dan berkata, "Seorang pria tidak akan mengingkari kata-katanya, apakah kau pernah mendengar hal itu sebelumnya?"     

"Baik! Aku setuju!" Kaisar kecil itu menarik napas panjang, dan membuat keputusan mematikan itu.     

Kaisar Negeri Kondor tersenyum semakin lebar. "Bagus. Maka cepat ke sana. Kau duduk di dalam belanga itu, dan aku akan menyelamatkan kakakmu."     

Kaisar kecil mengepalkan jari-jari tangannya begitu erat, dan ia menatap wajah Kaisar Negeri Kondor yang mengerut karena tersenyum, sebelum melangkah ke arah belanga besar itu.     

Ketika ia semakin dekat dengan belanga itu, ia dapat mencium bau yang sangat menusuk keluar dari belanga itu. Bau itu membuatnya mual namun ia menahannya. Prajurit Negeri Kondor sudah membawakan bangku pendek, untuk membantunya memanjat ke dalam belanga.     

Melangkah ke atas bangku pendek itu, Kaisar kecil memutar kepalanya di bawah cahaya matahari untuk menatap Kaisar Negeri Kondor.     

"Kau telah mengatakannya. Kata-kata seorang pria bukanlah lelucon."     

Kaisar Negeri Kondor mengangguk.     

"Itu benar. Kata-kata seorang pria bukanlah sebuah gurauan."     

Dengan kepastian itu, Sang Kaisar kecil tidak ragu lagi. Ia menarik erat-erat pakaiannya, dan dengan cipratan, ia melompat ke dalam air berwarna di dalam belanga itu!     

Air yang berwarna merah itu terpercik, terlihat persis seperti darah, berkilauan di bawah sinar matahari, kilauan kekejaman yang sangat cemerlang.     

Kaisar kecil baru saja melompat ke dalam belanga dan air merah itu membasahi seluruh tubuhnya. Ia langsung merasakan sakit yang luar biasa menjalar di tubuhnya dan dalam sekejap, ia merasa kesadarannya langsung hancur menjadi pecahan!     

[ARGH! SAKIT! INI BENAR-BENAR MENYAKITKAN!]     

Kaisar kecil tak pernah berpikir, di bawah langit ini, rasa sakit yang begitu menyiksa ada.     

Tangisan memelas keluar dari mulut Kaisar kecil, seraya ia berjuang meronta tanpa henti di dalam belanga, tetapi rasa sakit yang tak terbayangkan itu mendorongnya lebih dalam ke lubang neraka itu!     

Di tengah tangisan dan ratapan menyedihkan seorang anak, Kaisar Negeri Kondor tertawa histeris.     

"Kakakmu adalah seorang idiot dan kau juga! Tidakkah kakakmu mengatakan padamu? Yang menyebabkan dia berubah menjadi monster sejak awal adalah aku? HA HA HA!"     

Ketika Kaisar Negeri Kondor sudah puas tertawa sambil mengamati Kaisar kecil ditelan oleh air merah, matanya dipenuhi dengan kekejian yang tak terkendali. Ia kemudian berbalik dan menatap sekumpulan pemimpin yang ketakutan setengah mati.     

"Hanya dalam waktu setengah hari, kalian semua akan bisa melihat, seperti apa kekuatan super itu. Kalian semua di sini harus berterima kasih pada idiot kecil dari Kerajaan Soba ini, untuk bisa mendapatkan kesempatan langka. Lagipula, menjadi kuat, lebih berarti daripada terus menjadi seorang idiot."     

Kata-kata Kaisar Negeri Kondor itu, membuat semua orang yang berdiri di sana merinding. Mereka semua menatap belanga air merah itu, telinga mereka, dipenuhi dengan tangisan Kaisar kecil yang semakin melemah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.