Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Negeri Kondor (2)



Negeri Kondor (2)

3Jika ekor kelinci itu bukan roh cincin, maka apa itu?     

Mengapa Guru Besar He berusaha menyembunyikannya?     

Walaupun Jun Wu Xie menyimpan keraguan ini di dalam hatinya, ia tahu bahwa ini bukan sesuatu yang bisa ia tanyakan. Guru Besar He selalu setia pada Kaisar kecil dan itu adalah sebuah hal yang tak mungkin ia palsukan. Alasan ia mengatakan hal itu pasti karena alasan khusus.     

Jun Wu Xie teringat gambaran kereta aneh di belakang iring-iringan yang melintas di benaknya. Apa yang ada di kereta itu, ia tidak tahu.     

"Xie Kecil …. Apakah kau baik-baik saja?" Qiao Chu bertanya ketika dari ujung matanya, ia melihat ekspresi Jun Wu Xie semakin lama semakin kelam, dan ia pun menjadi khawatir.     

Jun Wu Xie kembali tersadar. "Tidak ada apa-apa. Sesuatu melintas di benakku, itu saja."     

"Jika ada sesuatu, kau harus mengatakannya pada kami. Kakak Wu Yao pasti akan membelamu!" Qiao Chu berkata, menjadi sangat bersemangat.     

Ekspresi di wajah Jun Wu Xie langsung berubah drastis.     

Fan Zhuo di samping berusaha keras menahan tawa. Ia berpikir bahwa Qiao Chu akan berkata ia pasti akan membalaskan dendam bagi Jun Wu Xie tetapi akhirnya … ia tidak tahu malu dan melemparkan semuanya pada Jun Wu Yao.     

Qiao Chu tidak malu tetapi malah terlihat sangat bangga dan berkata, "Apa? Apakah aku salah? Kakak Wu Yao hanya perlu menjentikkan jari kelingkingnya dan semua yang ada di hadapannya mati. Keren sekali bukan?!"     

Jun Wu Xie diam-diam memutar matanya, awan kecurigaan yang memenuhi benaknya tadi tiba-tiba sirna karena sikap antik Qiao Chu.     

Fei Yan berjalan untuk mencari Rong Ruo, wajah "cantiknya" menarik perhatian para tamu penginapan ketika ia berjalan di hotel itu. Ia melemparkan beberapa kedipan sadis pada salah satu pria yang terpikat, dan tidak lama setelah itu, ia mendengar suara benturan yang keras ketika pria di tangga itu terlewat satu langkah dan jatuh berguling menuruni tangga.     

Berdasarkan karakter bawaan mereka berenam, Fei Yan memiliki kepribadian yang paling tercela.     

Di depan pintu kamar Rong Ruo, Fei Yan hampir mendorong pintu yang tertutup rapat dengan santai, gembok kecil di pintu itu lemas bagaikan bakmi dengan kekuatan monsternya.     

Fei Yan masuk ke dalam begitu saja dan tidak melihat tanda kehadiran Rong Ruo di dalam kamar. Ia menatap ke sekeliling kebingungan dan kemudian sepertinya ada suara pelan dari samping dan ia berjalan ke arah sumber suara itu.     

Kabut tipis menyebar di tempat itu dengan udara dingin di sekelilingnya, terasa sedikit lembab. Dalam kabut tipis itu, sosok yang langsing dan anggun perlahan muncul, berkas cahaya matahari yang redup menyinari bentuk tubuh yang berlekuk itu dengan begitu kontras.     

Senyuman di wajah Fei Yan langsung membeku, matanya membelalak lebar seraya menatap, seluruh tubuhnya membeku di tempat ….     

Rong Ruo yang sedang mandi mendengar suara dan memutar kepalanya. Ia melihat Fei Yan berdiri di sana dan menatapnya kosong, dan senyuman hangat di wajahnya tetap tersungging.     

"Aku rasa semua pintu masuk dan keluar bagimu, hanyalah sebuah dekorasi dan kau memperlakukannya seolah pintu itu tidak ada."     

Fei Yan berdiri tak bergerak di tempatnya. Dalam sekejap Si Rong Ruo yang telah berbalik tadi, ia kelihatannya ….     

'Tes tes …..'     

Dua aliran darah mengalir di tangan Fei Yan, menetes ke lantai.     

Aroma darah yang tipis membuat kedua orang ini terpaku sesaat, dan Fei Yan tiba-tiba berbalik, berlari tergopoh-gopoh kabur.     

Sementara Rong Ruo tetap berada di dalam bak kayu, matanya dipenuhi dengan keheranan seraya menundukkan kepalanya, dan melihat godaan yang terbuka di dadanya.     

"Sial!" Ia kemudian memukulkan telapak tangannya di keningnya, dan ia pun kembali bersandar di bak kayu, tiba-tiba merasa bingung.     

[Bagaimana ia bisa lupa ….]     

"Maaf." Kening Rong Ruo sudah berkerut, dan mengatakan hal itu tidak masuk akal.     

Fei Yan berlari seperti orang gila, menyerbu ke kamar Qiao Chu. Qiao Chu sedang menyanyikan lagi pujian bagi Jun Wu Yao memutar kepalanya terkejut ketika melihat Fei Yan yang datang sambil memegang hidungnya, wajahnya kosong, matanya tak menyala.     

"Yan Kecil, ada apa denganmu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.