Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Kaki Tangan Kejahatan (7)



Kaki Tangan Kejahatan (7)

1Jun Wu Xie memikirkan kembali jiwanya yang melengkung di sini dan reaksi yang ia dapatkan ketika menyentuh Giok Penenang Jiwa. Biji emas telah melebur ke dalam tubuhnya dan ia benar-benar ingin mencoba dan melihat apakah ia memiliki kemampuan untuk menahan efek artefak roh itu.     

"Nanti, aku akan menemui Paman untuk melihat Giok Jiwa." Jun Wu Xie berkata. Jika biji emas itu memberikan kemampuan padanya untuk menahan efek benda roh itu, maka bahkan jika ia harus menghadapi Dua Belas Istana di masa depan, ia akan dilengkapi dengan lapisan pengaman tambahan, lagipula ….     

[Ada berapa banyak artefak magis yang dimiliki Dua Belas Istana, mereka tidak mengetahuinya.]     

Jun Xian mengangguk.     

Jun Wu Xie menyadari bahwa Jun Xian terlihat sedikit berwaspada dan ia tidak ingin mengganggu kakeknya lagi. Ia mundur dari kamar itu dan tidak tergesa-gesa menyelesaikan urusannya tetapi berjalan di halaman paviliun Istana Lin yang menjadi tempat tinggalnya.     

Ketika Prajurit Rui Lin melihat Jun Wu Xie muncul, mereka langsung bersiaga. Walaupun wajah mereka tidak menunjukkan ekspresi apa pun, mata mereka dipenuhi dengan senyuman.     

Mereka semua tahu, bahwa Kaisar kecil Negeri Api di hadapan mata mereka ini, adalah Nona Muda mereka sendiri!     

Jun Wu Xie tidak dihentikan oleh siapa pun yang berpapasan dengannya di dalam Istana Lin. Semua orang sudah paham. Kembali ke tempatnya sendiri yang sudah ia tinggalkan sejak lama, ia melihat meja dan kursinya bersih seperti baru. Bahkan ketika ia menyuruh Long Qi menyampaikan kabar bahwa ia tidak akan kembali untuk waktu yang lama, kamar dan paviliunnya masih terawat dengan bersih dan rapi, seolah tempat itu selalu menunggunya untuk kembali.     

Jun Wu Xie berbarin di kamarnya sendiri, urat syarafnya yang telah tegang selama satu tahun akhirnya bisa langsung rileks begitu ia berbaring di kamarnya.     

Kucing hitam kecil duduk di tepi ranjang, menjilat tapak kakinya bermalas-malasan seraya menatap santai Tuan Mbek Mbek dan Kelinci Darah yang berlompatan dari luar menuju ke pintu.     

Dua Binatang lugu ini sudah memainkan pertunjukan besar di pertempuran dan mereka kini datang untuk meminta pujian dari Jun Wu Xie.     

Jun Wu Xie mengangkat dua binatang kecil itu ke atas ranjangnya dan menikmati saat yang begitu damai dan tenang.     

Berharap waktu bisa berhenti ketika itu ….     

Tanpa diketahui, Jun Wu Xie sebenarnya mengantuk ketika ia berbaring di ranjang, tidak sempat membersihkan noda darah di seluruh tubuhnya, tertidur pulas dengan pakaian perangnya yang berlumuran darah masih melekat di tubuhnya, di mana bahkan noda darah yang selalu membuatnya mual tidak bisa membangunkan dirinya dari mimpinya.     

Supaya mereka bisa tiba di Kerajaan Qi secepatnya, ia bahkan tidak sempat memejamkan matanya sejak meninggalkan Kota Seribu Monster, dan terus berpacu selama perjalanan, kemarahan dan rasa khawatir membuatnya tidak bisa merasa tenang. Hanya setelah pembantaian sadis dan akhirnya kembali ke rumah lamanya, hatinya yang begitu merindu akhirnya terpulihkan di mana ia bisa melepaskan kewaspadaannya, dan keletihan akhirnya membawanya ke dalam tidur pulas.     

Kucing hitam kecil tetap bersimpuh di sebelah Jun Wu Xie dan Tuan Mbek Mbek serta Kelinci Darah juga begitu lelah. Mereka bersandar di tubuh Jun Wu Xie dan juga tertidur pulas, meninggalkan Kucing hitam kecil sendirian yang merupakan tubuh spiritual yang tidak merasa lelah sedikit pun.     

Tidak tahu berapa lama waktu telah berjalan ketika suara langkah ringan membuat Kucing hitam kecil bersiaga. Ia mengangkat kepalanya dan melihat ke arah pintu dan melihat Jun Qing baru saja melangkahkan kakinya ke dalam kamar. Setelah melihat Jun Wu Xie tertidur pulas di ranjangnya, ia sedikit terkejut dan tanpa sadar ia memelankan langkahnya, dan dengan tenang menuju ke pinggir ranjang, menarik selimut untuk menutupi tubuh Jun Wu Xie, sebelum akhirnya ia keluar tanpa suara.     

Kucing hitam kecil berbaring lagi di ranjang dan melihat Jun Qing menarik pintu hingga tertutup. Ia menatap wajah Jun Wu Xie yang tertidur pulas dan mengibaskan ekornya bermalas-malasan sebelum menyelinap masuk ke dalam tubuh Jun Wu Xie.     

Ia ….     

Benar-benar layak mendapatkan tidur pulas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.