Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Bertemu Giok Penenang Jiwa Lagi (1)



Bertemu Giok Penenang Jiwa Lagi (1)

2Ketika Jun Wu Xie terbangun dari mimpinya, berkas cahaya matahari bersinar melewati jendela yang sedikit terbuka, tumpah menyinari permukaan lantai.     

Tuan Mbek Mbek tertidur dengan keempat kakinya menghadap ke atas sementara Kelinci Darah tertidur pulas di atas perut empuk Tuan Mbek Mbek. Salah satu kaki Tuan Mbek Mbek sesekali akan berkedut dan Kelinci Darah tanpa sadar akan mengangkat tapak kakinya untuk menahan kaki Tuan Mbek Mbek.     

Pikiran Jun Wu Xie masih belum sadar betul karena baru saja terbangun dan hidungnya mencium bau darah yang begitu menyengat. Ia memijit pelipisnya sambil turun dari tempat tidur dan perlahan melepaskan baju perangnya satu per satu dan melemparkannya ke lantai, hingga hanya menggunakan jubah.     

Baju perangnya jatuh di lantai dengan suara nyaring, suara itu segera membuat para penjaga dari Prajurit Rui Lin yang berdiri di depan pintu agak menggigil.     

"Yang Mulia dari Negeri Api, kami telah menyiapkan air panas untuk Anda gunakan. Apakah Anda mau mandi?" Dari luar pintu, suara tegas Prajurit Rui Lin terdengar di dalam kamar.     

Jun Wu Xie mengernyitkan keningnya dan berkata, "Bawa ke sini kalau begitu."     

"Ya." Prajurit Rui Lin di luar menahan kedutan di ujung mulutnya, berusaha keras untuk bersikap tenang dan ia langsung berlari ke dapur untuk menyuruh orang mengantar air panas.     

[Nona Muda sudah bangun!]     

Suasana hatinya gembira, langkahnya tiba-tiba terasa lebih ringan!     

Ketika air panas dibawa masuk ke dalam kamar, Jun Wu Xie menatap cahaya di langit dan bertanya pada Prajurit Rui Lin yang mengantar air.     

"Berapa lama aku tertidur?"     

"Tidak lama, hanya satu hari setengah." Prajurit Rui Lin itu berkata, memaksakan sikap tenang, tangannya langsung menarik bak mandi untuk Jun Wu Xie.     

" …. " [Satu hari setengah?]     

Jun Wu Xie tidak menyangka ia tertidur begitu lama.     

"Sepanjang waktu itu, apakah ada yang terjadi di luar sana?" Jun Wu Xie berpikir tidak perlu lagi menyembunyikan identitasnya di hadapan Prajurit Rui Lin dan ia bertanya dengan sikap acuh tak acuh dan santai seperti biasanya, sama sekali tidak seperti "Kaisar Negeri Api" ketika pertama kali menginjakkan kakinya di Istana Lin, tetapi bersikap seperti anggota Keluarga Jun.     

Dari sikap yang ditunjukkan oleh Prajurit Rui Lin di hadapannya, ia tahu bahwa para pria itu pasti sudah menebak identitasnya jadi mengapa ia harus terus menyembunyikannya dari mereka?     

"Melapor pada Nona … Erm, Yang Mulia dari Negeri Api, Tuan Muda telah menginstruksikan untuk mengatakan setelah kau bangun, kami sudah menyiapkan air mandi dan pakaian bersih untukmu, dan hanya setelah kau makan, kami diizinkan untuk mengatakan padamu mengenai apa yang terjadi di luar."     

Jun Wu Xie sedikit terkekut, dan pandangan dingin di matanya tanpa sadar sedikit melunak.     

"Baik, silakan pergi."     

Pamannya telah membuat pengaturan, supaya ia tidak khawatir dan lebih banyak beristirahat. Tak menjadi soal siapa pun dirinya di luar, kembali di Istana Lin, Jun Qing adalah pamannya, seorang yang lebih tua. Instruksinya, oleh sebab itu harus ditaati.     

Setelah bersusah payah membersihkan diri dari noda darah di tubuhnya berulang kali, ia akhirnya bisa menyingkirkan bau yang melekat padanya. Pakaian yang dipersiapkan Jun Qing untuk Jun Wu Xie adalah satu set pakaian pria dengan ukuran yang sesuai, pamannya yang manis dan penuh perhatian telah memikirkan segalanya untuknya.     

Dengan bau darah yang sudah hilang dari tubuhnya, perlahan aroma rempah tercium dari tubuhnya.     

Setelah ia selesai mandi, tidak lama kemudian makanan yang beraroma sangat harum dibawa masuk ke dalam kamar. Setelah ia menyuap makanan itu, Jun Qing dan Long Qi berjalan masuk, dengan senyum lebar di wajah mereka.     

"Setidaknya kau tahu kau harus makan setelah bangun tidur. Sudah berapa lama, gadis kecil ini, tidak beristirahat dengan cukup hingga kau langsung tertidur pulas selama satu setengah hari begitu kau menyentuh kasur? Kau bahkan tidak bisa bangun cukup lama untuk makan sebelum tidur dan itu membuatku khawatir kau akan kelaparan." Jun Qing merajuk seraya memandang Jun Wu Xie. Melihat pemandangan di mana kemenakannya yang begitu terobsesi dengan kebersihan masih mengenakan pakaian perangnya sambil tertidur pulas begitu kepalanya menyentuh bantal, Jun Qing merasa itu sangat menyejukkan dan di saat yang sama ia merasakan hatinya sedikit pilu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.