Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Mobilitas Massa - Wujud Pertama (1)



Mobilitas Massa - Wujud Pertama (1)

2Kepala Komandan Negeri Kemakmuran hampir pecah memikirkan ia tidak bisa menemukan alasan yang masuk akal mengapa pasukan Negeri Api tiba-tiba muncul di perbatasan Kerajaan Qi, dan dengan jumlah yang sangat besar.     

"Lapor!"     

Prajurit lain bergegas masuk ke dalam tenda dan begitu cemas!     

Wajah Komandan itu pucat pasi seraya bertanya, "Apa … apa lagi kali ini …"     

"Pasukan Negeri Api bergerak cepat, dan mendekat ke perkemahan kita!"     

Sebuah suara benda jatuh terdengar. Sang Komandan tiba-tiba kehilangan keseimbangan di kursinya dan jatuh dari kursinya terjerembab ke tanah. Wajahnya berubah pucat ketakutan sementara keringat dingin bercucuran di keningnya tanpa henti.     

"Apa yang diinginkan Negeri Api …. Apa yang mereka inginkan!" Sang Komandan benar-benar kebingungan dan ia berharap Negeri Api hanya melewati tempat ini. Namun kini pasukan Negeri Api langsung menuju ke perkemahan, jelas datang menghampiri mereka!     

"Komandan, jangan panik! Negeri Kemakmuran kita dan Negeri Api selalu berhubungan baik dan negeri kita memberikan upeti kepada mereka selama bertahun-tahun. Mungkin … mungkin mereka bukan datang untuk bertarung tetapi untuk sesuatu yang lain. Mengapa Komandan tidak melihat dulu dan jika ada kesalahpahaman di antara kita, lebih baik diselesaikan secepatnya sebelum hal yang tak diinginkan terjadi." Prajurit di dalam posko segera berkata.     

Komandan menelan ludah dan berjuang untuk kembali berdiri di atas kakinya sendiri. Senyuman gembira yang ia tunjukkan tadi telah hilang sepenuhnya dan seluruh wajahnya bermandikan keringat dingin.     

"Cepat! Bawa aku keluar untuk lihat, dan aku harap ini hanya kesalahpahaman." Komandan berdiri terhuyung-huyung dan tangannya mulai bergetar.     

Di luar tenda, satu juta pasukan singa yang begitu gagah dan megah sudah terlihat. Berkibar ditiup angin di atas barisan prajurit yang rapat, panji-panji Negeri Kemakmuran dibentangkan. Masih ada jarak antara kedua pasukan prajurit tetapi para prajurit yang berdiri di pos komando Negeri Kemakmuran sudah dapat merasakan getaran bumi tempat mereka berpijak!     

Di dalam posko militer Negeri Kemakmuran, semua prajurit memandang gugup sementara prajurit Negeri Api terus maju. Reputasi Negeri Api sebagai negeri paling kuat di bawah langit terus membayangi kepala mereka bagaikan gumpalan awan gelap, menekan udara di sekitar mereka dan membuat napas mereka sesak. Para prajurit yang tengah memperebutkan hasil rampasan perang kini diam, dan keheningan menyelimuti posko militer itu, yang terdengar hanya suara derap langkah kaki yang terbawa angin, irama hentakan kaki yang menggetarkan hati mereka.     

Komandan Negeri Kemakmuran bergegas berdiri di depan posko, seraya ia menatap prajurit Negeri Api yang tersebar di bukit dan dataran di hadapannya, dan jantungnya langsung naik ke tenggorokannya, wajahnya tak berwarna lagi.     

Sebelum pertarungan bahkan dimulai, hanya melihat formasi prajurit Negeri Api, itu sudah membuatnya grogi. Ratusan ribu prajurit yang berada di bawah kendalinya, tidak bisa membuatnya percaya diri walau hanya sedikit, dan berdiri di hadapan pasukan berkuda Negeri Api, ia tak bisa menahan lututnya yang mulai gemetar!     

Memandang Pasukan Negeri Api semakin mendekat, seluruh tubuh Komandan perang menjadi lemah seperti sehelai daun dan ia pun terus berjuang menahan rasa takut yang merayapi hatinya. Ia mengumpulkan kekuatan spiritualnya ke dalam tenggorokannya dan ia membuka mulutnya lalu mengatakan, "Aku penasaran kenapa tamu kami yang terhormat datang jauh-jauh dari Negeri Api ke sini? Kami hanya lewat di sini dan jika itu mengganggu kalian semua, aku mohon pada kalian untuk mengatakan jika ada masalah supaya setidaknya kami tau apa yang sedang terjadi."     

Dengan efek kekuatan spiritual, suara Komandan Negeri Kemakmuran terdengar sampai di kejauhan, menggelegar di telinga semua orang.     

Namun!     

Pasukan perang Negeri Api tidak melambat sedikit pun, hanya terus maju mendekati mereka, tanpa memberikan satu jawaban pun.     

Komandan Negeri Kemakmuran menunggu namun tidak berhasil mendapatkan jawaban dan ketakutan di dalam hatinya semakin kuat. Ia tidak bisa menahan mulutnya dan bertanya lagi, dan kali ini, suaranya terdengar sedikit bergetar.     

"Teman-teman dari Negeri Api, apakah kita bisa membicarakan hal ini!? Kami adalah prajurit Negeri Kemakmuran dan Negeri Kemakmuran selalu menghormati dan memandang Negeri Api, apakah mungkin ada kesalahpahaman di sini? Aku memohon Prajurit Negeri Api katakan sesuatu! Negeri Kemakmuran tidak akan pernah melakukan apa pun untuk menyinggung Negeri Api! Jika teman kami yang terhormat perlu lewat, aku akan langsung pergi dari perkemahan untuk memberi jalan!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.