Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Jiwa Seorang Prajurit Tetap Hidup (1)



Jiwa Seorang Prajurit Tetap Hidup (1)

3Angin yang menggelora bertiup kencang, membentuk badai pasir berwarna kuning, sementara pasukan Negeri Kondor meratakan pos komando Prajurit Rui Lin, menyerbu ke Ibu Kota Kekaisaran Kerajaan Qi.     

Di posko perkemahan Prajurit Rui Lin, semua tenda militer sudah dibakar, nyala api yang meledak-ledak terlihat di udara, menerangi langit yang redup. Di tengah api yang membara, Komandan Prajurit Rui Lin berdiri tegak, tubuhnya begitu gagah dan punggungnya tidak membungkuk sama sekali, menunjukkan kemauan keras seperti baja dari pasukan penyerang tangguh, tak akan pernah mengalah!     

Di tengah lidah api yang menjilat-jilat, ia berdiri tegak dan bangga, begitu banyak anak panah menembus pakaian perangnya, menusuk tubuhnya, dan begitu banyak luka pedang yang menutupi seluruh permukaan tubuhnya. Darah mengalir seperti mata air dari luka-lukanya, membasahi baju perangnya. Matanya sudah kehilangan kehidupan yang selalu menyala, sinar perlahan menghilang dari kedua matanya. Ia tidak bisa lagi melihat tanah yang ia dan para prajuritnya lindungi dengan segenap hidup mereka, dan telinganya pun tidak bisa mendengar desir angin yang bertiup lagi.     

Hingga mati, ia tidak menyerah di hadapan musuh, jiwa seorang prajurit memancar keluar dari seluruh tubuhnya, tangannya menggenggam tombak seraya ia berdiri tegak seperti sebuah patung di atas tanah yang digenangi darah!     

Tombak yang telah berubah wujud dari sebuah roh cincin itu berkilauan di bawah cahaya api, kematian pemiliknya tidak akan membuatnya bisa tetap tinggal di dunia fana, tetapi ….     

Bahkan ketika darah Sang Komandan menyelimuti tombak itu, roh cincin itu tetap tidak mau, dan menolak untuk pergi ….     

Hingga perjuangan terakhirnya selesai, tombak itu perlahan menghilang bersama dengan desiran angin dan nyala api yang berkobar, tubuh Sang Komandan yang telah kaku tetap berdiri dan kilauan yang terpancar dari api yang berkobar terpantul di baju perangnya, selama … lamanya … pantang menyerah, begitu gigih!     

Lebih dari tiga puluh ribu Prajurit Rui Lin telah dilenyapkan, lebih dari seratus ribu pasukan Tentara Kerajaan Qi telah menjadi korban di medan pertempuran, darah mereka yang tertumpah menyebabkan aroma darah yang begitu kuat menyebar di seluruh dataran.     

Pasukan musuh telah dikalahkan, prajurit mereka meninggal, pasukan Negeri Kondor menyerbu masuk, membawa diri mereka ke jantung Kerajaan Qi. Beberapa kota lagi telah dibersihkan dengan api peperangan yang berkobar tak terkendali, sementara pasukan berkuda Negeri Kondor bergerak melewati mereka!     

Tanpa pertahanan dari pasukan prajurit, warga di beberapa kota berlarian karena panik ke segala arah, sementara pembunuhan berdarah dingin dan tanpa ampun terus memenuhi mata mereka. Mereka hanya warga yang tak memiliki kekuatan untuk bertarung, dan di bawah pedang Negeri Kondor yang tak mengenal ampun, mereka tidak bisa lari!     

Lebih dari sepuluh kota telah dikalahkan, tanpa satu pun orang yang tersisa!     

Pasukan Negeri Kondor semakin dekat ke Ibu Kota Kekaisaran Kerajaan Qi, dan para warga yang lari menyelamatkan diri dari berbagai tempat sudah kelelahan dan sangat ketakutan.     

"Cepat! Keluarkan semua orang dari kota!" Pemimpin kota itu berkata di malam sebelum Negeri Kondor tiba di tempat mereka, memindahkan semua warga keluar dari kota. Di tembok perbatasan kota, para prajurit berjaga memegang pedang mereka di tangan sementara mereka meneropong dari kejauhan, darah di dalam tubuh mereka mendidih, bahkan semua urat syaraf di tubuh mereka menjadi tegang.     

[Sebentar lagi!]     

[Hanya sedikit lagi!]     

Mereka berdoa di dalam hati mereka, supaya mereka punya cukup waktu, untuk mengantar keluarga mereka keluar dari neraka pencucian ini.     

Bahkan jika itu hanya secercah harapan, mereka berharap keluarga mereka bisa tetap hidup.     

Seraya warga terus dilarikan keluar, satu pasukan prajurit malah datang dan berjalan di depan gerbang belakang kota.     

"Dan kalian semua adalah?" Pemimpin kota itu bertanya, wajahnya heran, sementara ia terus menyibukkan dirinya dengan evakuasi para warga.     

Pemimpin pasukan prajurit itu melangkah maju, mengenakan pakaian dinas, wajahnya sudah lusuh, jenggot berwarna putih keabu-abuan menunjukkan usianya yang sudah tua, tetapi di dalam sepasang mata keriput itu, dapat dilihat ia memiliki sifat kesatria yang membuat seseorang terkejut ketika melihatnya!     

"Aku adalah Panglima Jenderal Prajurit Rui Lin sebelum ini, Long Zhan! Aku menerima kabar bahwa pasukan kita di barisan depan telah dibantai dan aku membawa sejumlah orang di sini untuk bersiap melawan musuh!" Mata Long Zhan menyala-nyala, tak menunjukkan sedikit pun tanda penuaan!     

Mata pemimpin kota ini membelalak lebar seraya menatap tidak percaya. Nama Long Zhan begitu terkenal di Kerajaan Qi lebih dari dua puluh tahun yang lalu. Itu adalah awal Kerajaan Qi baru saja berdiri, ketika Prajurit Rui Lin berada di puncak kejayaannya, di mana Prajurit Rui Lin berjumlah beberapa kali lipat dari sekarang!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.