Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Hancur dan Jatuh (3)



Hancur dan Jatuh (3)

2Jun Wu Xie melepaskan cengkeramannya pada Qu Ling Yue dan mundur ke satu sisi tempat tidurnya. Tidak ada sedikit pun ekspresi di wajahnya dan tatapan dingin di matanya begitu menakutkan untuk dilihat.     

"Hidup atau mati, kau pilih sendiri."     

Qu Ling Yue tertegun. Berita kematian ibunya dan ayahnya yang menjadi gila begitu mengejutkan baginya dan ia merasa mustahil untuk mencerna semua itu dalam waktu yang sangat singkat. Ia merasa tak berdaya duduk di atas ranjang dan meremas ujung selimut, menangis tanpa suara karena duka yang menghancurkan hatinya tanpa ampun.     

Jun Wu Xie berbalik dan berjalan keluar dari kamar dan sesaat sebelum ia menutup pintu kamar, suara isak tangis dapat terdengar dari balik pintu yang tertutup.     

Berdiri di luar pintu, Qiao Chu menelan ludah tanpa suara ketika ia mendengar suara tangisan. Semua yang Jun Wu Xie katakan pada Qu Ling Yue tadi, ia telah mendengar semuanya kata demi kata dengan jelas.     

Fakta bahwa Qu Ling Yue berpikir untuk bunuh diri adalah sesuatu yang mereka semua sudah duga. Namun bahkan jika kau memukulinya hingga mati, ia tak akan pernah menyangka Jun Wu Xie akan menggunakan cara seperti itu untuk menghentikan keinginan bunuh diri Qu Ling Yue.     

Cara Xie Kecil sendiri sangat brutal!     

"Mengatakan semua padanya seperti itu, apakah tidak apa-apa?" Qiao Chu bertanya, kelihatannya dilema dengan apa yang dirasakan di dalam hatinya ketika melihat Jun Wu Xie. Orang yang ada di dalam kamar baru saja mengalami mimpi buruk yang tak terbayangkan dan tanpa mengatakan apa-apa untuk menenangkan hatinya, Jun Wu Xie malah mengancamnya!     

"Jika tidak, bagaimana?" Jun Wu Xie bertanya, menatap Qiao Chu dengan kerutan di wajahnya.     

Ia tentu saja tidak mengerti bagaimana cara menenangkan seseorang. Terlebih lagi, ia tidak berpikir kata-kata yang terdengar enak itu akan ada efeknya. Saat ini, Qu Ling Yue benar-benar membenci dirinya sendiri dan bagaimana pun manisnya kata-kata yang diucapkan padanya, Qu Ling Yue tentu saja tidak akan mendengarnya sedikit pun. Jadi, ia memilih metode yang tepat sasaran untuk mencegah Qu Ling Yue menghabisi nyawanya sendiri.     

"Err ….." Qiao Chu tercengang dengan jawaban Jun Wu Xie dan ia tidak tahu apa yang harus diucapkan. Ia juga tidak berusaha menenangkan orang lain dan yang lebih penting adalah ia tidak bunuh diri.     

"Kau datang mencariku untuk sesuatu?" Jun Wu Xie bertanya seraya menatap Qiao Chu yang masih sulit berbicara.     

Qiao Chu langsung mengingat alasan ia menari Jun Wu Xie. "Er …. Kakak Wu Yao menemukan sesuatu di dalam Ruang Awan Surgawi dan ia menyuruhku memberitahumu untuk datang ke sana. Di lantai enam."     

Jun Wu Xie menganggukkan kepalanya dan berjalan pergi, meninggalkan Qiao Chu berdiri di pintu sendirian, untuk mendengarkan suara tangisan dari dalam kamar, seraya memijit-mijit hidungnya beberapa kali karena putus asa.     

Ruang Awan Surgawi, kini telah menjadi tempat tinggal sementara Jun Wu Xie. Namun setelah ia menyelamatkan Qu Ling Yue, ia tidak keluar dari kamar itu walau hanya sejenak dan ia tidak terlalu akrab dengan tempat ini. Semua pria pilihan yang tadinya ada di Ruang Awan Surgawi telah diusir keluar oleh Ye Sha dan Ye Mei. Setelah melihat kekejaman Jun Wu Yao, tidak satu pun di antara pria penakut itu berani berbicara ketika diberikan perintah untuk pergi dan mereka tidak membuang-buang waktu untuk membereskan barang mereka dan segera pergi dari Ruang Awan Surgawi tergesa-gesa.     

Lantai enam dapat dikatakan agak kosong di mana sebuah pintu kayu menutupi sebagian besar area itu. Ketika Jun Wu Xie datang ke Ruang Awan Surgawi untuk pertama kalinya menghadiri pesta perayaan ulang tahun Qu Xin Rui, ia sudah melihat pintu di lantai enam itu. Lewat pintu kayu itu, aroma samar darah berembus keluar darinya dan aroma itu sampai sekarang masih ada.     

Ye Sha dan Ye Mei berdiri di pintu dan ketika mereka melihat Jun Wu Xie mendekat mereka langsung berlutut dengan satu kaki untuk memberi hormat.     

Jun Wu Xie mengangkat tangannya untuk menyuruh mereka berdiri dan berjalan melewati pintu itu sendirian.     

Namun, begitu Jun Wu Xie melangkahi batas pintu, bau darah yang begitu kuat langsung menyerangnya dan apa yang dilihat matanya di dalam membuat keningnya mengernyit.     

Di balik pintu, lempengan batu di bawah batunya dipenuhi dengan lapisan tebal darah yang mengental. Darah itu memenuhi setiap sudut lantai itu dan karena darah itu sudah membeku sejak lama, warnanya berubah menjadi sedikit hitam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.