Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Kau Tidak Kedinginan? Aku Kedinginan (2)



Kau Tidak Kedinginan? Aku Kedinginan (2)

1Mata Jun Wu Yao segera terbakar dengan kemarahan yang mematikan!     

Walaupun Kucing hitam kecil tahu kemarahan itu tidak ditujukan padanya, namun tatapan itu telah membuatnya menahan napas dan ketika pandangan Jun Wu Yao mendarat di tubuh mungilnya, ia berpikir ia pasti akan mati!     

Mata Jun Wu Yao memicing terlihat bengis dan ia mengulurkan tangannya untuk mengangkat wajah kecil Jun Wu Xie. Begitu matanya kembali menatap Jun Wu Xie, tatapan mematikan itu hilang tanpa jejak dan hanya ada senyuman tipis di wajahnya.     

"Itu hanya penyihir tua. Lagipula Xie Kecil adalah seorang gadis dan apakah dicium seorang wanita bisa membuatmu begitu putus asa?" Jun Wu Yao menggoda dengan lembut.     

Jun Wu Xie menggelengkan kepalanya.     

"Hanya merasa jijik."     

Jun Wu Xie tidak tahu mengapa ia merasa begitu buruk mengenai hal itu. Sebuah ciuman sebenarnya tidak asing lagi baginya karena setiap kali Jun Wu Yao menemuinya, ia akan selalu mencium keningnya. Dengan ciuman Jun Wu Yao, ia tidak merasa jijik sedikit pun, ia malah merasa itu sangat alami seperti yang seharusnya. Ketika bibir Qu Xin Rui mendarat di wajahnya dengan tegas, ia merasa sangat jijik hingga ingin muntah saat itu juga.     

Dorongan yang begitu keras untuk merobek wajahnya terlalu kuat tadi.     

Jun Wu Yao bertanya sambil tertawa, "Menciummu di mana?"     

Jun Wu Xie mengulurkan tangannya dan menunjuk sebuah titik di pipinya.     

Tanpa menunggu Jun Wu Xie mengalihkan tangannya, Jun Wu Yao tiba-tiba merendahkan kepalanya ke tempat yang ditunjuk Jun Wu Xie dan mendaratkan sebuah ciuman yang lembut dan halus, bibirnya yang halus dan hangat menyapu pipi Jun Wu Xie yang masih nyeri dan ujung jarinya.     

"Masih merasa jijik?" Jun Wu Yao bertanya, memandang Jun Wu Xie berseri-seri.     

Jun Wu Xie tertegun sejenak ketika ia melihat senyuman Jun Wu Yao yang akrab baginya dan begitu menyejukkan, dan perasaan jijik itu langsung sirna sepenuhnya dari dalam dadanya, digantikan dengan kelumpuhan yang menjalari tubuhnya.     

Ia menggelengkan kepalanya tanpa berkata-kata.     

Jun Wu Yao memegang wajah mungilnya dan tersenyum misterius sambil menggoda, "Ciumanku tidak menjijikkan?"     

Jun Wu Xie merenungkannya sekejap dan kemudian menganggukkan kepalanya penuh semangat.     

Jun Wu Yao langsung tertawa gembira terbahak-bahak sambil memeluk Jun Wu Xie erat di dalam dekapannya.     

"Jika itu tidak menjijikkan, maka aku harus menciummu beberapa kali lagi supaya kau melupakan kejadian tadi." Dan Jun Wu Yao mengambil kesempatan ini untuk mendaratkan beberapa ciuman ringan di wajah Jun Wu Xie.     

Wajah Jun Wu Xie masih merah, namun wajahnya tidak lagi dingin, sekarang malah berkilau dengan sedikit sensasi hangat.     

Perasaan yang halus tumbuh di dalam hatinya. Ia tak mengira dinginnya udara di musim dingin yang begitu menusuk, entah kenapa sirna dan ia tiba-tiba merasakan ia sebenarnya merindukan dekapan Jun Wu Yao, dan tidak ingin pergi darinya.     

Apakah itu karena … dinginnya air es yang tadi membasahi wajahnya?     

Jun Wu Xie berpikir keras mencoba untuk mencerna alasan di balik semua ini.     

"Aku melihat pesan yang dikirimkan Ye Sha padaku." Jun Wu Yao tiba-tiba berkata.     

Jun Wu Xie menatap Jun Wu Yao bingung. Ia tahu Ye Sha sewaktu-waktu mengirim kabar mengenai keadaan mereka pada Jun Wu Yao lewat Ular Tinta tetapi … ia jarang menerima kabar dari Jun Wu Yao.     

Ia tidak tahu apa yang dilakukan Jun Wu Yao sehari-hari, dan ia tidak peduli dengan hal itu di masa lalu, namun kini …. Ia merasa sedikit penasaran.     

"Ia berkata, kau merindukanku?" Suara Jun Wu Yao berubah menjadi sedikit parau, matanya yang hitam legam melihat Jun Wu Xie tak tergoyahkan, menatap ke dalam mata gadisnya, melihat pantulan dirinya sendiri.     

Saat itu juga, tidak ada orang lain di matanya, kecuali dia.     

Mulut Jun Wu Xie terbuka namun ia tidak bisa berbicara, tetapi hanya mengangguk pelan, tanda setuju tanpa suara.     

Di dalam mata Jun Wu Yao yang hitam pekat, jejak emosinya mendadak terlihat, dan kilasan warna ungu muncul di dalam mata hitamnya.     

"Dari mana saja … kau?" Jun Wu Xie tiba-tiba bertanya, tatapannya begitu serius melihat Jun Wu Yao.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.