Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Mengundang (3)



Mengundang (3)

2[Peringatan dari Penerjemah: Penggambaran secara detail mengenai penyiksaan ada di bab ini. Bagi pembaca yang memiliki perut sensitif untuk detail yang mengerikan atau imajinasi tinggi, dipersilakan untuk melewati bab ini. Saya akan memberi tanda kurung "{ }" di paragraf dengan detail mengerikan.]     

[Kalian telah diingatkan!]     

Para pria yang sangat patuh itu mundur dari ruangan dan di aula di lantai paling atas, hanya Jun Wu Xie, Qu Xin Rui, dan Shen Chi yang tersisa. Jun Wu Xie duduk di sebuah kursi di pinggir sementara Shen Chi hanya berdiri di satu sisi.     

"Aku semalam terlalu banyak minum alkohol sehingga harus beristirahat lebih cepat, dan karena itu aku tidak bisa mengobrol dengan Tuan Muda Jun, sayang sekali." Qu Xin Rui berkata, menatap Jun Xie dengan wajah murung, pembawaannya begitu menggoda. "Aku berniat untuk sedikit mengobrol dengan Tuan Muda Jun kemarin malam tetapi Lin Feng tak diduga merusak suasana. Lin Feng berasal dari Kota Seribu Monster dan ia bersikap sangat tidak sopan pada Tuan Muda Jun. Aku harap Tuan Muda Jun tidak marah akan hal ini."     

Setelah mengatakan hal itu, Qu Xin Rui mengangkat dagunya untuk memberi isyarat pada Shen Chi. Shen Chi langsung berbalik dan turun tangga, kembali dalam sekejap sementara ia menyeret seorang pemuda yang berpakaian compang-camping ketika ia masuk.     

Keempat kaki dan tangan pemuda itu telah dipatahkan oleh orang-orang ini hingga menghadap ke sudut yang aneh. Ketika ia diseret oleh Shen Chi, darah dari tubuh pemuda itu membentuk sebuah jejak merah di belakangnya di atas karpet rubah putih di lantai. Jejak darah merah terlihat kontras dengan warna putih murni dan sebuah kalung logam membelenggu leher pemuda itu. Rantai setebal dua jari manusia dikaitkan pada logam itu yang ujung lainnya digenggam oleh Shen Chi. Dengan dua kaki yang patah dan tak bisa berjalan, serta dua tangannya diikat di belakang punggungnya, pemuda itu hanya dapat berbaring tak berdaya di lantai sementara ia diseret di atas lantai oleh Shen Chi ke hadapan Jun Xie.     

"Lin Feng hampir berusia delapan belas tahun dan bukan anak-anak lagi. Jika ia melakukan kesalahan, ia tentu saja harus bertanggung jawab dengan tindakannya. Aku penasaran apakah Tuan Muda Jun puas dengan hukuman yang kuberikan padanya?" Qu Xin Rui berkata, melangkahkan kakinya ke lantai dan berjalan ke hadapan pemuda itu, sebelum mengangkat dagu pemuda itu dengan ujung kakinya.     

Dengan kepala terangkat, Jun Wu Xie bisa melihat dengan jelas wajah pemuda itu.     

Pemuda itu bukan siapa-siapa tetapi orang yang telah membuat Qu Xin Rui marah kemarin malam, Lin Feng!     

Namun saat itu, Lin Feng terlihat berbeda sekali dengan penampilannya kemarin!     

{{ Wajah yang lumayan tampan itu sekarang dipenuhi darah, kedua matanya dijahit hingga terpejam, bibirnya yang kering pecah dan mulutnya menganga, dengan darah mengering di sudut mulutnya. Dengan mulut terbuka, giginya terlihat telah dihancurkan hingga akarnya yang masih melekat di gusinya tampak, dan lidahnya telah dicabut! }}     

Jika bukan karena fakta bahwa wajahnya tidak berubah, siapa yang akan menyangka orang yang hampir mati ini adalah Ketua Muda Klan Es?     

Jun Wu Xie terlihat acuh tak acuh dengan keadaan Lin Feng. Hanya satu malam berlalu dan Qu Xin Rui sudah menyiksa Lin Feng hingga seperti ini. Saat itu, Jun Wu Xie akhirnya mengerti mengapa Lin Que begitu frustrasi ketika melihat Shen Chi muncul.     

Lin Que pasti sudah tahu saat itu, apa hasilnya jika Lin Feng jatuh ke tangan Shen Chi.     

Keempat kaki dan tangannya patah, matanya tak dapat melihat, mulutnya tak bisa berbicara, Lin Feng tergeletak lemah di atas lantai, raungan dan erangan kesakitan perlahan terdengar dari mulutnya yang kering dan tenggorokannya yang serak.     

Qu Xin Rui diam-diam mengamati reaksi Jun Xie dan hanya melihat reaksi Jun Xie jauh lebih tenang dari yang ia duga. Setelah melihat keadaan Lin Feng, Jun Xie tidak menunjukkan sedikit pun kesan kaget atau takut dan sepasang mata itu hanya tetap dingin dan cuek seperti biasanya, tanpa sedikit pun luapan emosi.     

"Nona Qu mengundangku ke sini hanya supaya aku melihat ini?" Jun Wu Xie memalingkan kepalanya datar, tidak sedikit pun simpati untuk Lin Feng tumbuh di dalam hatinya, atau sedikit pun rasa takut terhadap metode keji Qu Xin Rui.     

Qu Xin Rui memegang tangannya erat-erat untuk menutupi mulutnya dan tertawa ringan, "Tentu saja tidak. Itu hanya untuk menunjukkan ketulusanku pada Tuan Muda Jun, itu saja."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.