Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Mengundang (1)



Mengundang (1)

1Di hari kedua setelah perayaan ulang tahun Qu Xin Rui, sekelompok orang berkumpul di luar Ruang Awan Surgawi di waktu fajar. Mereka semua adalah wanita dan penampilan mereka bervariasi, mengenakan pakaian yang berbeda-beda, namun wajah mereka semua, terlihat begitu menderita.     

Mereka semua berdiri di luar Ruang Awan Surgawi, pandangan mereka tertuju pada anggota keluarga mereka yang mengantar sampai ke pintu, tidak tahu kapan mereka akan berjumpa lagi dengan keluarga mereka.     

Orang-orang keluar dari Ruang Awan Surgawi dan ada sepuluh kereta kuda yang parkir di luar. Para pria dari Ruang Awan Surgawi mempercepat langkah para wanita ini ke kereta kuda, benar-benar memutus semua jejak kerinduan dari benak mereka.     

Seraya roda kereta berputar, semua orang di sekeliling Ruang Awan Surgawi tidak bisa melakukan apa pun namun hanya mengamati para istri dan anak-anak mereka perlahan pergi menjauh dari mereka, dan bagaimana pun mereka membenci nasib mereka, tidak ada yang bisa dilakukan untuk menghentikan semuanya.     

Sepuluh kereta kuda berjalan melewati gerbang Kota Seribu Monster seraya mereka perlahan bergerak menuju ke hutan di pegunungan. Mereka pergi melalui hutan kecil dan melewati sebuah desa kecil di luar Kota Seribu Monster.     

"Lihat! Mereka di sini." Pemuda berpakaian polos berkata seraya ia menepuk pelan pundak kawannya.     

Pemuda yang sedang makan memutar kepala mereka dan lewat sebuah jendela kecil di penginapan, ia melihat iring-iringan kereta kuda.     

"Pelayan, simpan kembaliannya!" Pemuda itu menyeka mulutnya cepat-cepat dengan punggung tangannya, dan melemparkan bongkahan perak di atas meja kemudian dua sekawan itu mengangkat kaki mereka dan bergegas keluar.     

"Mereka tepat waktu." Qiao Chu berkata seraya menatap deretan kereta kuda, matanya sedikit memicing. Mereka telah menunggu di desa di luar Kota Seribu Monster untuk waktu yang cukup lama dan target mereka akhirnya muncul.     

"Beritahu Kakak Hua dan yang lain, mereka tidak perlu mengawasi gerbang lain lagi." Qiao Chu memutar kepalanya dan berbicara pada Rong Ruo.     

Mereka berlima berpencar dan mengawasi empat gerbang Kota Seribu Monster dari desa di pinggir kota dan Qiao Chu telah mengawasi gerbang ini bersama Rong Ruo.     

Rong Ruo melepaskan Kupu-Kupu Neraka tanpa suara dan beberapa Kupu-Kupu Neraka mengepakkan sayap mereka di bawah cahaya matahari terbang ke berbagai arah sementara Qiao Chu dan Rong Ruo mengikuti di belakang rombongan kereta kuda, segera menghilang ke dalam hutan.     

"Orang-orang ini sudah keluar." Xiong Ba bangun sangat pagi setiap hari. Ia tidak terburu-buru atau cepat-cepat pergi untuk berurusan dengan Klan Amukan Api, namun ingin pergi ke ruangan Jun Xie.     

Setiap bulan di waktu yang sama, adegan perpisahan yang menyedihkan dan penuh air mata ini akan dimainkan di Kota Seribu Monster di mana anggota keluarga yang sudah lama berpisah bertemu kembali hanya untuk satu bulan dan kemudian akan dipaksa untuk berpisah lagi.     

"Tuan Muda Jun. Apakah kau benar-benar yakin bisa menemukan lokasi di mana orang-orang kami ditahan?" Xiong Ba bertanya pada Jun Xie. Setelah tiba di Kota Seribu Monster, Jun Xie tidak banyak beraksi. Walaupun ia tahu kawan-kawan Jun Xie telah berpencar tepat sebelum mereka masuk ke dalam kota, untuk melakukan persiapan, Xiong Ba tak bisa menahan dirinya untuk tidak merasa cemas mengenai semua hal yang terjadi saat itu.     

Jika mereka tidak berhasil kali ini, mereka akan harus menunggu untuk satu bulan penuh. Dan dalam satu bulan tambahan itu, tidak tahu isu apa yang akan muncul.     

Karena Qu Xin Rui berniat untuk memenangkan dukungan Jun Xie, diduga ia akan segera beraksi.     

"Mm." Jun Wu Xie mengangguk, setuju tanpa ekspresi seperti biasa.     

Xiong Ba di sisi lain sangat gelisah, mondar-mandir mengelilingi ruangan tanpa henti.     

Yang hampir membuat Jun Wu Xie pusing.     

"Kau khawatir?"     

Xiong Ba terpaku sesaat. "Ini …. Aku tidak bisa tidak khawatir …. Lebih baik menyelesaikannya dengan cepat sebelum masalah lain muncul."     

"Tidak perlu." Jun Wu Xie berkata, "Entah ini berhasil atau tidak, bukan sesuatu yang bisa kau dan aku ubah sekarang. Dengan Qiao Dungu di luar sana, kita tentu saja harus menyerahkan pada mereka. Karena kita tak bisa melakukan apa pun, mengapa kita harus membuat diri kita pusing mengenai hal ini?"     

Memikirkan hal ini terlalu jauh tidak ada gunanya. Mempertimbangkan alternatif lain tidak ada salahnya, namun ketika nasib berada di tangan orang lain, seberapa pun khawatirnya kita, tidak akan ada gunanya, namun itu hanya akan mengacaukan pikiran dan perasaanmu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.