Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Ruang Awan Surgawi (2)



Ruang Awan Surgawi (2)

0Lin Que menunggu di luar Ruang Awan Surgawi untuk dipanggil seraya semua bawahan dan pelayannya memegang benda berharga di tangan mereka dan berdiri sampingnya.     

Beberapa saat kemudian, seorang pria berkulit putih dan berwajah tampan keluar dari dalam Ruang Awan Surgawi. Pakaiannya begitu ringan dan tipis, pembawaannya sangat santai. Ketika ia melihat Lin Que, ia mulai berkata acuh tak acuh, "Bibi Buyut terlalu sibuk untuk menemuimu hari ini dan jika tidak ada hal lain lagi, kau bisa pergi sekarang."     

Mata Lin Que memicing. Di dalam Ruang Awan Surgawi, selain beberapa orang berkekuatan tinggi yang dibawa bersamanya, ia juga mengasuh sekumpulan pria muda yang tampan di dalam. Semua pria itu dipelihara di dalam sana untuk mengurus dan memanjakan orang itu setiap hari di Ruang Awan Surgawi, orang itu adalah satu-satunya perempuan di dalam sana dan yang lain tanpa kecuali, hanya ada laki-laki.     

Menurut peraturan di Ruang Awan Surgawi, tidak ada perempuan lain yang bisa menginjakkan kaki di ruangan itu dan bahkan Qu Ling Yue hanya bisa menunggu di luar Ruang Awan Surgawi.     

Para pria tampan itu kebanyakan dipilih dari dalam kota dan mereka tidak memiliki keahlian luar biasa dan juga hanya memiliki kekuatan spiritual yang sedang-sedang saja. Namun mereka semua diberkati dengan penampilan fisik yang menarik dan orang itu menyukai pria-pria tampan seperti ini.     

Yang membuat bahkan orang-orang yang memiliki jabatan tinggi seperti Kepala Klan Es tidak berani terlalu kasar dengan "pria-pria pilihan" ini.     

Menelan kembali kemarahannya. Lin Que berkata sambil tersenyum, "Aku harus memohon dengan sangat pada Tuan Muda Yun untuk menolongku menyampaikan sebuah pesan untukku, katakan bahwa alasanku ke sini hari ini adalah mengenai Wivern Licik. Aku yakin Bibi Buyut tertarik pada hal ini." Seraya ia berbicara, Lin Que mengeluarkan sebuah kotak brokat yang mewah dan menyodorkannya ke tangan Tuan Muda Yun.     

Tuan Muda Yun mengangkat alisnya sebelah dan membuka kotak brokat itu. Ia melihat sebuah hiasan berupa ucapan kebaikan yang berkilauan keemasan terletak di dalamnya dan rasa tidak sabar di wajahnya langsung sirna tanpa jejak, segera tergantikan dengan senyuman puas.     

"Karena Kepala Klan Lin memiliki hal penting untuk dibicarakan, aku akan berusaha walaupun sulit, untuk menolongmu menyampaikan pesan sekali lagi." Setelah mengatakan itu, Tuan Muda Yun menyelipkan kotak brokat itu ke dalam lengan bajunya dan berjalan ke dalam Ruang Awan Surgawi sambil mengayunkan pinggangnya.     

Segera setelah pria itu berbalik dan pergi, kilat licik langsung bersinar di mata Lin Que.     

"Ketua Klan, mengapa kau bersikap sopan begitu pada orang-orang ini?" Seorang pelayan di sebelah Lin Que bertanya, tidak suka melihat sikap arogan Tuan Muda Yun.     

Lin Que mencibir, suaranya menghina, "Kau berpikir aku memperlakukan orang-orang ini dengan rasa hormat? Jika mereka tidak disayang oleh orang itu, sampah tak berguna seperti ini bahkan tidak layak untuk membersihkan sepatuku!"     

Setelah beberapa saat, Tuan Muda Yun keluar dan mengatakan pada Lin Que bahwa Bibi Buyut mau menemuinya sekarang.     

Lin Que tersenyum ramah dan mengucapkan terima kasih berulang kali pada Tuan Muda Yun sebelum ia memimpin orang-orangnya masuk ke Ruang Awan Surgawi.     

Ruang Awan Surgawi bertingkat tujuh dan orang itu tinggal di lantai paling atas.     

Lin Que mengikuti di belakang Tuan Muda Yun seraya ia bertanya mengenai suasana hati orang itu hari ini. Tuan Muda Yun yang telah menerima hadiah tentu saja memberitahukan semua yang ia tahu dan ketika mereka tiba di tingkat paling atas, Lin Que tiba-tiba menutup mulutnya.     

Di lantai paling atas Ruang Awan Surgawi, seluruh lantainya ditutup dengan karpet yang terbuat dari kulit rubah putih. Setiap titik di ruangan itu dihiasi dengan kemewahan. Hiasan dari emas dan giok tersebar di seluruh ruangan dan beberapa pria berbaju tipis dan tampan sedang duduk di satu sisi, ada yang sedang bermain sitar, ada yang bermain pipa, dan yang lain meniupkan melodi dari seruling giok.     

Sekelompok pria tampan lain sedang bersandar di samping-samping bangku panjang permaisuri, memegang nampan yang berisi buah-buahan dan anggur, wajah mereka dipenuhi senyum yang menggoda.     

Seorang wanita berpakaian merah sedang duduk bermalas-malasan di sebuah bangku panjang, dilayani oleh begitu banyak pria muda. Ia sangat cantik dan ujung matanya sedikit meruncing naik, terlihat masih berusia 20-an. Seikat rambut hitam terurai di belakang tubuhnya, seorang pria sedang berlutut di lantai, menyisir ikatan rambut wanita itu.     

Lin Que memandang sekilas wanita cantik itu, wajahnya tersenyum tertahan.     

Siapa yang menyangka kecantikan tiada tara ini sebenarnya adalah seorang wanita tua yang berusia ratusan tahun?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.