Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Merindukan Seseorang Adalah Sebuah Bentuk Penyakit (3)



Merindukan Seseorang Adalah Sebuah Bentuk Penyakit (3)

3Jun Wu Yao membaca setiap kata-kata yang tertulis di surat itu dengan teliti dan senyuman melengkung di bibirnya. Senyum ini sangat berbeda dengan senyuman seram dan licik yang diperlihatkan sebelumnya, senyuman ini melengkung begitu lembut, senyuman yang membuat wajah tampan tanpa cela yang keindahannya terlihat begitu memabukkan.     

"Apakah itu mengenai Nona Muda?" Ye Mei bertanya, ketika ia melihat senyuman di wajah Tuan Junnya, langsung menebak isi surat itu. Di bawah langit, satu-satunya orang yang bisa membuat Tuan Junnya tersenyum "wajar", hanya Nona Muda.     

"Si kecil, kelihatannya memikirkan aku." Jun Wu Yao berkata sambil tersenyum, suaranya terlihat begitu bersemangat.     

"Tuan Jun pergi sangat lama kali ini dan wajar saja jika Nona Muda merindukan Tuan Jun. Kita sudah menemukan satu dari benda-benda ini, jadi apakah kita kembali dulu dan menyerahkannya pada Nona Muda?" Ye Mei bertanya, menatap Jun Wu Yao.     

Jun Wu Yao meremas-remas pelan surat itu dengan jari-jarinya dan surat itu berubah menjadi debu dan terbang ditiup angin.     

"Jangan katakan padanya mengenai hal ini untuk sementara waktu. Namun …. Ini saatnya bagi kita untuk kembali dan melihatnya. Si kecil itu benar-benar bisa bergerak, baru sebentar dan ia sudah bergerak menuju ke Kota Seribu Monster."     

"Tuan Jun! Bukankah ada orang-orang dari Dua Belas Istana di Kota Seribu Monster? Jika kau ke sana sekarang …." Ye Mei tidak bisa menahan kekhawatirannya. Ia tidak takut dengan Dua Belas Istana, namun ini bukan saat yang tepat bagi Tuan Jun untuk menampakkan diri di hadapan Dua Belas Istana. Jika berita bahwa Tuan Jun masih hidup bocor ke luar, ia takut ….     

"Tidak masalah." Jun Wu Yao melambaikan tangannya cuek.     

"Jika aku membunuh mereka semua, tidak akan ada orang yang akan bicara." Jun Wu Yao berkata sementara senyuman sadis terbentuk di wajahnya.     

Di dunia ini, hanya orang mati yang tidak akan berbicara.     

….     

Di Balai Klan Es, Lin Feng mondar-mandir gelisah di kamarnya, wajahnya begitu ketakutan dan cemas.     

"Ketua Muda …." Seorang pelayan memberi salam seraya ia masuk.     

Lin Feng segera bertanya cemas, "Apakah kau sudah menemui ayahku?"     

Pelayan itu menggelengkan kepalanya.     

"Kepala Klan sangat sibuk sekarang. Aku pergi menemuinya, tetapi ia tidak ada di sana."     

"Sial!" Lin Feng memukulkan tinjunya di atas meja. Wivern Licik sudah tidak ada. Bagaimana ia akan menjelaskan semuanya pada ayahnya?     

Bahkan jika ayahnya memaafkan dirinya karena ia adalah putranya sendiri dan bersikap lunak padanya, namun Wivern Licik seharusnya diberikan pada orang itu. Wivern Licik sekarang mati, bagaimana ia akan menghadapi hal ini?     

"Pergi dan awasi gerbang! Begitu ayahku kembali, beritahu aku secepatnya!" Lin Feng berkata gusar.     

Pelayan itu segera meninggalkan ruangan.     

Lin Feng menghempaskan dirinya di atas kursinya sangat gelisah, tangannya menjambak-jambak rambutnya.     

Bahkan walaupun ia adalah putra dari Kepala Balai Klan Es, jika orang itu tahu ia yang mengeluarkan Wivern Licik hingga terbunuh, ayahnya pun tidak akan sanggup melindunginya.     

Memikirkan bagaimana keji dan brutalnya orang itu, Lin Feng langsung merasa tulang punggungnya dingin, dan hatinya dipenuhi rasa penyesalan tanpa henti.     

Jika ia tahu Binatang Roh Jun Xie adalah Kelas Pelindung, ia lebih baik menderita kesal diam-diam, daripada mengeluarkan Wivern Licik.     

Seraya Lin Feng menunggu dengan cemas di dalam kamarnya, Kepala Klan Es, Lin Que, akhirnya tiba. Begitu ia melangkah masuk, pelayan segera pergi memberitahu Lin Feng dan Lin Feng bergegas datang dalam sekejap.     

Lin Que baru saja melangkah di kebun belakang ketika ia melihat putranya datang menghampirinya dengan langkah lebar-lebar, dan tiba-tiba jatuh bersimpuh di atas lutut dengan dentuman keras.     

"Putraku? Ada apa ini?" Lin Que bertanya, menatap putranya heran.     

Wajah Lin Feng begitu murung dan suaranya begitu panik, "Aku memohon ayah untuk menyelamatkan putramu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.